61. HIDUP SELALU MEMILIKI ALUR YANG TIDAK TERDUGA

290 55 47
                                    

Membangun sebuah kepercayaan itu tidak semudah menghancurkannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Membangun sebuah kepercayaan itu tidak semudah menghancurkannya

_Alula Almathea_

Kembali pada rutinitas setiap hari, Alula berangkat ke sekolah bersama Gara, gadis itu kebanyakan diam tidak seperti biasanya, sebab ungkapan kalimat semalam masih terngiang dalam telinganya, ekspresi Gara pada saat itu masih terekam jelas dalam ingatan, namun, hal yang benar benar membuatnya terdiam saat ini adalah ingatan di mana kemarin Alula sangat sangat salah tingkah, ia berlari di depan Gara meninggalkan laki laki itu hanya karena kekasihnya mengatakan sayang , bukankah itu sudah cukup memalukan?

Alula sebelumnya mengatakan kepada Gara agar tidak menjemputnya ke sekolah, namun pesan singkat yang ia kirimkan hanya di baca tidak di balas, hingga ketika ia keluar gerbang, dirinya dikagetkan dengan kehadiran Gara yang sudah rapih bertengger di atas motor dengan ponsel yang ada di genggamnya, alhasil mau tidak mau niatnya untuk menghindar gagal sebab Gara menghampirinya.

Perdebatan dalam suatu hubungan bukan lagi merupakan masalah besar, entah itu karena malah sepele atau memang pantas untuk di perdebatkan, kedua itu sudah sangat lumrah terjadi, ada yang memilih membiarkannya saja hingga terjadi salah paham, tidak mau saling memahami hingga berakibat fatal dengan berakhirnya hubungan tersebut, namun selain itu ada juga yang lebih memilih berdamai dan menyelesaikan masalah, saling mengalah dan saling mengerti satu sama lain, seperti yang Alula dan Gara lakukan saat ini contohnya.

Berakhirnya sebuah hubungan, tergantung kita yang menjalaninya, jika ingin mempertahankan, maka dua duanya harus saling bekerja sama, jika hanya satu yang mempertahankan, maka hubungan itu tidak akan berlangsung lama.

Sebab dalam suatu hubungan, saling percaya dan saling memahami adalah pondasi utama.

"Udah sampe," Ucap Gara memberitahu, sedangkan Alula hanya bergumam kecil sebagai jawaban.

Begitu turun dari motor, menolak tangan Gara yang hendak membukakan helm untuknya, Alula langsung pergi dari sana setelah menyimpan helm tersebut di jok belakang, berlalu tanpa mengucapakan sepatah katapun kepada Gara yang menatapnya bingung.

Tidak hanya diam, Gara beranjak menyusul Alula, setelah kejadian kemarin, bukankah seharunya Gara yang marah pada gadis itu? Namun justru kenapa malah sebaliknya?

Setelah mengejar kekasihnya, Gara berhasil meraih tangan Alula, menahannya hingga pergerakan gadis itu ikut terhenti.

"Kamu mau diam aja kaya gini?" Alula tidak berniat menjawab, gadis itu mengalihkan pandangannya dari Gara.

"Masih marah gara gara semalem?"

"Atau ungkapan perasaan aku semalem masih belum cukup? Kamu mau aku gimana? Teriak dan bilang sayang sama kamu sekarang?"

Alula membelalakkan matanya, jangan sampai laki laki itu benar benar melakukannya, melihat banyak orang yang semakin tidak suka dengan kedekatannya dengan Gara saja sudah cukup membuatnya di gunjing banyak orang dan di cap sebagai wanita perayu, jangan sampai ia di tuduh menggunakan ilmu hitam untuk membuat Gara mencintainya, gara gara hal itu.

HEKSAGARA PRANADIPTA (END)Where stories live. Discover now