45. SEMUA ORANG PASTI PERNAH MENANGIS

324 115 22
                                    

Ternyata menangis tidak bisa menyelesaikan masalah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ternyata menangis tidak bisa menyelesaikan masalah

_Luna Delarisa_

Saat ini sudah ada sekitar 4 jam setelah Alula pulang sekolah, namun keadaan rumah belum juga berubah, sepi, tidak ada siapapun selain Alula dan Bu Sumi, Ayahnya masih ada di kantor, sedangkan Luna yang katanya tengah les privat masih belum pulang juga, sementara Ibunya, Alula tidak tau Vanya pergi ke mana.

Suara gemercik air hujan masih terdengar, namun sepertinya sudah mereda, bisa di dengar dengan suaranya yang tidak terlalu bergemuruh.

Alula saat ini sedang dilanda, bosan, bingung, dan entahlah gadis itu tidak bisa mendeskripsikannya dengan lebih detail, yang pasti saat ini ia sedang melamun di tempat tidurnya.

Tubuhnya yang terasa lelah ia baringkan di atas kasur, matanya tidak terpejam, justru terbuka dengan sempurna melihat ke arah langit langit kamarnya.

Diam diam, Alula memikirkan bagaimana caranya menyudahi sandiwara yang Ibunya Luna lakukan, ia berpikir keras namun tak juga menemukan caranya, sejak kemarin pulang dari rumah sakit, sebenernya Alula ingin sekali berkata jujur pada Ayahnya atas semua luka memar di sekujur tubuhnya, namun tiba tiba tatapan tajam yang menusuk dari Vanya membuat Alula goyah, ia takut jika Vanya dengan kelicikannya akan membuatnya terusir dari rumahnya sendiri, dan akhirnya ia hanya bisa menyimpannya sendiri.

Berlarut dalam upayanya mencari cari cara, perhatian Alula teralihkan pada suara sepeda motor yang terdengar dari luar rumahnya, gadis itu beranjak dari tempat tidurnya, menyibakkan gorden kemudian melihat siapa yang berhenti di depan rumah itu.

Walupun jaraknya yang jauh, namun keberadaan kamar Alula di lantai atas membuat gadis itu bisa melihat cukup jelas apa yang terjadi di depan gerbang sana, apalagi lampu penerangan jalan di depan semakin membuat penglihatan Alula semakin jelas.

Di sana Alula mendapati Luna, gadis itu tengah di peluk tanpa membalas pelukan laki laki di hadapannya, yang tak lain tak bukan adalah Satya Saviera yang malang, laki laki tulus dengan cintanya seluas samudra.

Entah kenapa Alula merasa aneh, Luna terisak dalam pelukan itu, nafasnya terlihat naik turun, seorang Luna yang biasanya tersenyum miring menunjukkan sifat kejamnya, kini tengah menangis tersedu sedu, Alula sempat heran dan hampir lupa jika Luna juga manusia sepertinya.

Interaksi keduanya berakhir dengan Satya yang tersenyum di hadapan Luna sambil mensejajarkan dirinya, kemudian mengacak rambut Luna pelan setelah gadis itu ikut tersenyum, sebuh perlakuan manis, namun Luna masih tidak bisa menyadari sebesar apa perasaan Satya kepadanya.

Tak berselang lama, Alula mendengar suara derap langkah menaiki tangga, gadis itu keluar membuka pintu kamarnya, dan kemudian menemukan Luna yang menatapnya tidak suka.

"Enak banget yang abis di peluk," Ujar Alula sambil tersenyum jahil dan Luna langsung membulatkan matanya dengan ekspresi marah.

"Ngapain lo ngintip ngintip?" Tanyanya emosi

HEKSAGARA PRANADIPTA (END)Where stories live. Discover now