Ketika tuhan mempertemukan dua manusia dengan karakter yang berbeda, Alula yang penuh luka yang di sembunyikannya, Dan Gara yang datang membawa cinta dan kasih sayang untuk obatnya.
Akankah kisah itu berakhir bahagia?, atau justru malah berkahir sa...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Andai panasea itu nyata, aku ingin mengobati semua luka yang di derita dan menyiksa.
_Alula Almathea_
Ini adalah menit ke empat puluh enam setelah Alula duduk di bangku belajar, mengurung diri dengan mengabaikan kegiatan manusia di bawah sana, alasannya bukan karena ia tida ingin quality time bersama Ayahnya, namun Alula rasa kehadiran Vanya sebagai ibu sambungnya dan Luna sebagai saudaranya tidak bisa di sebut sebuah keluarga karena memang tidak ada tanda tanda kekeluargaan, bahkan keduanya saja tidak segan segan untuk menjatuhkan Alula, memberinya luka seolah olah itu adalah hal yang wajar dan bukan suatu kejahatan.
Karena kedua orang itu, Alula tidak pernah merasa nyaman berada di rumah, ia tidak merasa aman di huniannya sendiri, maka dari itu ia lebih suka ketika menghabiskan waktu bersama Gara, menghabiskan waktu liburnya bersama Carina, sebab setelah kematian sang Bunda, rumah yang biasanya menjadi tempat pulang itu kini tidak lagi terasa hangat dan menyenangkan, dan setiap sudut di ruangan ini kini berganti menjadi luka yang menyayat hati.
Alula menempatkan kepalanya di atas meja dengan tangannya yang di jadikan bantalan, kemudian memejamkan mata, namun bukannya tertidur justru ia malah terisak setelah kehidupan yang ia jalani selama ini terputar dalam memori.
Cairan bening itu turun begitu saja, Alula sudah berusaha menahannya sejak tadi, namun begitu wajah cantik sang bunda yang tersenyum ke arahnya nampak dalam ingatan, Alula runtuh, ia tidak bisa untuk tidak menangis saat mengenang seseorang yang tidak bisa lagi ia temui, tidak bisa lagi memeluknya dengan hangat, Alula tidak mampu jika itu adalah tentang Bundanya.
Perihal kehilangan, tidak ada yang benar benar ikhlas menerimanya, kadang yang di tinggalkan masih sering berandai andai jika yang pergi hanyalah terjadi dalam mimpi, menyalahkan keadaan serta menyalahkan diri sendiri sudah tidak asing lagi bagi mereka yang kehilangan, seperti Alula, gadis itu masih merasa bersalah sampai saat ini, dan berpikir seolah olah kejadian itu baru saja terjadi kemarin.
Terdengar suara pintu di buka dari luar, dan dengan segera Alula menghapus air matanya, pura pura tidur, berharap seseorang yang datang itu akan segera pergi ketika melihatnya yang tengah memejamkan mata.
Tap tap tap
Suara derap langkah itu semakin mendekat, Alula merapalkan doa dalam hati, ia berharap tidak terjadi lagi hal hal menyakitkan hari ini.
Alula tertegun dalam posisinya, ia merasakan sebuh tangan besar yang terasa hangat itu mengelus kepalanya lembut, sebuah sentuhan yang membuatnya nyaman hingga dirinya tidak ingin beranjak dari posisi itu.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.