64. SEBUAH PETUNJUK

242 50 41
                                    

Cepat atau lambat, kebenaran akan selalu menemukan jalan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Cepat atau lambat, kebenaran akan selalu menemukan jalan.

_Alula Almathea_

Niatnya untuk pergi ke rumah Carina, Alula gagalkan sebab malam itu ia berakhir tertidur di post depan rumahnya setelah puas menangis.

Karena hari ini hari Minggu, Alula tidak perlu repot repot untuk panik di pagi hari karena takut telat pergi ke sekolah, gadis itu berusaha tersenyum meskipun semuanya terasa menyakitkan.

Ia mengerjapkan matanya ketika sinar matahari kembali muncul dan menyorotinya begitu terbit.

Alula menggeliat, semua tubuhnya terasa remuk karena semalam ia tertidur sambil meringkus dirinya tanpa alas apapun selain ubin lantai yang dingin, namun Alula bersyukur karena setidaknya ia memiliki tempat untuk berteduh malam itu.

Merasa ada perubahan dengan suhu tubuhnya, Alula menempelkan telapak tangannya di dahi, dan seperti sebelumnya, kebiasaan itu masih terjadi, Alula demam, namun ia tidak memperdulikannya.

Dari arah belakang, terlihat Bu Sumi berjalan sambil mengendap ngendap menghampiri Alula.

"Non Lula, non ga papa?" Bu Sumi nampak terlihat khawatir dengan Alula, keadaan gadis itu memang terlihat cukup mengkhawatirkan, rambutnya berantakan, dan wajahnya terlihat memerah karena demam dengan bibirnya yang memucat.

"Ga papa ko Bu, cuma demam aja," Alula tersenyum setelah menjawabnya, dan Bu Sumi ikut tersenyum sebagai upaya menghargai kebohongan yang gadis itu perlihatkan.

"Ayo masuk non, Bibi udah bikinin sarapan buat non Lula."

Bu Sumi membantu Alula berdiri, memapah gadis itu yang terlihat sedikit kesusahan untuk berjalan sebab semalam bukan hanya lututnya saja yang terluka, tapi pergelangan kakinya juga sempat terkilir.

Tidak lewa pintu depan, Bu Sumi membawa Alula masuk ke rumah lewat pintu belakang, hal yang seharusnya Bu Sumi lakukan sejak malam jika saja kunci pintunya tidak di ambil oleh Vanya, si Ibu tiri yang tidak memiliki belas kasihan.

Alula berandai andai jauh dari kenyataan, ia melirik ke arah Bu Sumi yang memapahnya berjalan, andai Bundanya masih ada, dan andai Ayahnya bisa menikahi wanita lain seperti Bu Sumi, mungkin Alula tidak akan sering merasakan sakit seperti saat ini.

Berhasil lolos dari Luna dan Ibu tirinya, Bu Sumi membawa Alula ke dalam kamarnya, mengambilkan makanan dan juga minuman hangat untuk gadis itu.

"Makasih banyak Bu," Ucap Alula, ia merasa hidupnya sudah benar benar seperti Cinderella, yang bahkan tidak bisa makan dengan tenang di meja makan dan harus bersembunyi agar tidak di ketahui ibu tirinya.

"Sama sama Non."

"Ibu udah makan?" Tanya Alula di sela sela suapannya.

"Bibi udah sarapan ko tadi, non Lula makan yang banyak ya, abis itu nanti istirahat, minum obat sama di kompres biar demamnya turun," Alula kembali tersenyum mendengar apa yang di katakan Bu Sumi, mungkin saat ini, bukan hanya Luna yang haus akan kasih sayang, tapi juga Alula merasa kekurangan akan hal itu.

HEKSAGARA PRANADIPTA (END)Where stories live. Discover now