76. HARI PEMBUKTIAN

235 30 29
                                    

Tidak ada kebahagian yang abadi, karena luka dan tawa adalah sepasang yang tak terpisahkan

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

Tidak ada kebahagian yang abadi, karena luka dan tawa adalah sepasang yang tak terpisahkan

_Alula Almathea_

Acara selebrasi tadi sudah selesai, sekarang, hampir semua orang yang tadi hadir dan ikut memeriahkan acara sudah pulang, mungkin hanya ada anak-anak OSIS yang tersisa karena masih tugas membereskan semua peralatan fasilitas sekolah yang sebelumnya di pakai.

Selepas acara selesai, Alula pulang di antar Gara menggunakan mobil miliknya yang baru Alula ketahui jika laki laki itu ternyata mahir juga mengendari mobil.

Sebenarnya, selama di perjalanan tadi pikiran Alula penuh dengan apa yang ingin ia tunjukkan kepada Ayahnya, gadis itu masih ragu dan takut jika semuanya tidak berjalan sejalan dengan harapan.

Yang membuat Alula sedikit yakin adalah dengan adanya banyak bukti yang ia miliki, dan tentunya bukan hanya rekaman Luna tentang sabotase saja yang ia punya, tapi juga soal kekerasan yang sering Vanya lakukan terhadapnya.

Bukti visum, bukti video rekaman dimana Vanya dan Luna bertengkar masalah saham perusahaan, dan juga bukti video di mana Vanya berpelukan dengan laki laki lain di kafe yang sempat Alula datangi bersama Gara, itu semua Alula ambil secara diam diam pasca kejadian ia hampir mati jika saja Gara tidak menyelamatkannya waktu itu, dan Alula pikir, dengan apa yang ia punya sudah lebih dari cukup sebagai bukti pembelaan diri.

Keadaan rumah setelah Alula pulang cukup sepi, di depan rumahnya, gadis itu melihat mobil Renan yang sudah terparkir di tempat biasanya, itupun karena memang Alula meminta agar Ayahnya pulang lebih awal.

"Assalamualaikum Yah, aku pulang," Ucap Alula begitu kakinya melangkah masuk ke dalam rumah, dan Indra penglihatannya menangkap sosok Ayahnya yng tengah duduk di sofa depan televisi sambil bermain ponsel.

"Waalaikumasalam, sini duduk," Jawab Renan, menepuk tempat kosong di sampingnya.

"Ada apa nyuruh Ayah buru buru pulang?"

Alula membuang nafasnya berat, ia tau tidak seharunya menghancurkan kebahagiaan Ayahnya dengan cara seperti ini, namun Alula berharap jika yang ia lakukan adalah yang terbaik meskipun banyak yang harus di korbankan.

Tidak langsung menjawab pertanyaannya, Alula lebih dulu mengambil sesuatu yang ada di dalam tasnya.

Yang pertama adalah surat hasil visum dari dokter, yang kedua Alula menunjukkan beberapa foto bagian tubuhnya yang sempat memar, lebam lebam hingga berdarah, dan yang terakhir Alula juga menyimpan sebuah flashdisk berisikan rekaman dan juga video yang ia dapatkan.

Dengan tangan gemetar Renan mengambil beberapa lembar foto yang tergeletak di atas meja, ia melihat ke arah putrinya dengan perasaan yang campur aduk, dan melihat Alula mengangguk membuatnya lebih tidak karuan.

"Iya, itu Alula Yah," Renan tercekat di tempatnya, laki laki paruh baya itu menarik tangan Alula, menggulung lengan cardigan untuk melihat tangan putrinya.

HEKSAGARA PRANADIPTA (END)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora