Athalla dan tembok sekolah

3.7K 208 36
                                    

Ikutin terus ceritanya yah dan jangan lupa kasih tau temen kalian kalo ada cerita ini di wattpadku. Btw jika ada salah-salah kata boleh di koreksi jariku suka banget salah pencet:v

***

"Tring-- tringgg---"

Alarm di atas nakas berbunyi, dengan malas tangan gadis itu meraba dan mematikannya sembari bergumam lirih khas orang bangun tidur. "Lima menit lagi," dengan mata yang enggan terbuka, ia menyembunyikan diri di balik selimut.

Cahaya mentari masuk tanpa permisi melalui ventilasi kamar dan jatuh tepat di wajahnya membuat mata gadis itu dengan terpaksa terbuka.

Ia mengambil jam kecil di nakas, mengucek matanya dan--

"Mati, gue kesiangan." Pekik gadis itu meloncat dari tempat tidurnya.

__

Tiga puluh menit lagi bel sekolah akan berbunyi, sialnya Ainara Dhevania baru saja bangun beberapa menit lalu, padahal sejak malam ia sudah mewanti-wanti dirinya untuk bangun lebih awal. Memang dasarnya gadis kebo.

Secepat kilat ia menyambar handuk setelah terlebih dahulu mencuci wajah dan menyikat giginya.

Nara mengancingkan bajunya dengan terburu-buru, menatap pantulan dirinya dalam cermin, menaburkan bedak dan memoles sedikit lipstik.

Nara memasukan buku kedalam tasnya dengan  asal, memakai sepatu, berjalan cepat sembari memakai dasi.

"Sial!!!" Pekik Nara menghentakkan kakinya keras, kesal.

Sebuah usaha yang sia-sia, gadis itu bahkan telat lima belas menit dari perkiraannya yang hanya lima menit. Padahal jarak rumahnya dengan sekolah tidak begitu jauh.

"Pak satpam." Teriak Nara di depan gerbang, sesekali ia memukul gerbang besi dengan cincin yang ia kenakan di jari tengah.

Setelah beberapa kali memanggil dan tak ada tanda-tanda satpam kumis tebal itu datang untuk memberikan rasa kasihan padanya, Nara sedikit melipir ke samping sekolah.

Tembok dengan cat kuning luntur yang sedikit mengelupas seolah menjadi tantangan berikutnya, di sana bahkan tersedia bangku kayu yang sengaja di taruh anak-anak 'bandel' untuk membolos atau bahkan telat seperti yang di alami Nara saat ini.

Temboknya memang tidak begitu tinggi, hanya sedada gadis itu saja, tapi bukan hal mudah untuk ia yang memakai rok.

Nara sudah berdiri di atas bangku, namun untuk memanjat tembok ia masih memikirkannya matang-matang. Bagaimana jika ada yang mengintip nanti?

"Eh, lama banget lo!" Teriak Athalla lantang, berdiri di belakang Nara.

Nara memutar bola matanya, malas. Untung saja belum manjat, pikirnya.

"Jadi manjat gak? Kalo gak, minggir gih, biar gue aja." Cibir Athalla.

"Biasa gak sabar sedikit?" Balas Nara, tak santai.

"Ya elo kelamaan! Gue mau masuk sekolah tau."

"Kalo mau masuk sekolah itu lewat gerbang, bukan lewat tembok." Sinis Nara tajam.

"Dih," Athalla mengernyitkan dahi.

"Elo sendiri ngapa di sini, ngab, berenang?" Sindir Athalla.

Nara hanya mendengus sebal, lupa bahwa ia juga senasib dengan pria itu.

"Ra, plis deh, gak usah kelamaan mikir keburu jam pertama habis." Athalla kembali bersuara, membuat Nara lagi-lagi mendengus sebal.

"Nanti dulu kenapa sih, gue lagi usaha ini." Nara menepuk-tepuk tembok, mengukur-ukur sebelum memutuskan untuk memanjatnya.

Nathalla [Selesai]Where stories live. Discover now