Kejujuran Beby

354 39 1
                                    

Jaka membelokan motornya saat melihat sebuah minimarket masih buka, ia memarkirkan motornya di sana.

"Bentar yah, Ra,"

Nara berdiri di samping motor Jaka, menunggu sang empunya yang tengah masuk kedalam minimarket.

Lima menit kemudian, Jaka sudah kembali, pria itu membawa satu cup kopi hangat dan memberikannya kepada Nara.

"Biar gak kedinginan." Ucap Jaka.

"Gak gue racun, kok."

Nara meraih cup tersebut, tersenyum tipis lalu meleguknya perlahan.

"Makasih, Jak."

Jaka mengangguk, pria itu berdeham kecil membuat Nara kembali menyodorkan cup ke hadapan Jaka.

"Lo juga minum Jak, pasti dingin juga kan?"

Pasti, karna Jaka hanya memakai kaos oblong berwarna putih sekarang.

Jaka menggeleng, "Gue udah."

Nara baru mengetahui sisi lain Jaka, pria baik yang amat menghargai perempuan.

Lagi, Jaka mengambil sapu tangan di jok motornya, dan memberikannya kepada Nara.



"Ma-- makasih, Jak." ucap Nara untuk ke sekian kalinya.

Jaka mengantarkan Nara sampai rumahnya.
Nara turun dari motor Jaka, berdiri di sampingnya.

"Jak, mampir dulu." Tawar Nara sedikit memaksa, gadis itu tak tega dengan Jaka yang sudah kedinginan, baju putih oblongnya bahkan sudah basah akibat gerimis bibirnya pun sudah sedikit membiru.

"Gak usah deh, Ra, udah malem." Tolak Jaka, tidak enak.

"Gapapa tau, bentar aja." Paksa Nara.

"Lo minum aja bentar, yah." Gadis itu terus memohon.

Jaka mengangguk kecil, menuruti kemauan Nara. Pria itu memarkirkan motornya di halaman rumah Nara, duduk di bangku teras menunggu sang empunya.

Tak lama Nara kembali dengan segelas teh hangat, handuk kecil dan baju kaos di tangannya.

"Lo ganti baju yah, pake baju bokap gue gak apa-apa kan?" Nara menaruh gelas di meja bundar kecil lalu menyerahkan kaos dan handuk kepada Jaka.

"Gak usah, Ra, gapapa gue pake ini aja." Tolaknya.

"Jaka, nanti lo masuk angin." Ucap Nara kekeh.

Jaka menarik napas dalam lalu menghembuskannya perlahan. "Capek juga yah berhadapan sama lo, Ra, batu banget anaknya. Salut banget gue sama Athalla bisa sesabar itu."

***

Kejadian malam itu membuat Nara demam karna kehujanan, bahkan ia tak masuk sekolah keesokan harinya. Tapi pagi ini gadis itu sudah kembali beraktivitas seperti biasa.

Setelah menyalimi Reni dan mengambil paper bag di meja, Nara mengalunkan kakinya keluar rumah. Hari ini ia di antar sopir pribadi sang Mama.

"Naraaa--" teriakan heboh itu menghentikan langkah Nara, siapa lagi jika bukan Jane karna di sekolah ini Nara hanya dekat dengan Jane.

Jane memeluk tubuh Nara, padahal baru sehari gadis itu tak masuk sekolah tapi rasanya ia sudah sangat merindukan perdebatan kecil dengan sahabatnya itu.

"Jane," Nara menepak lengan Jane.

"Gue baru sembuh, lo mau bikin gue makin parah? Sesek bego." Ucap Nara dengan makian.

Jane tertawa kecil, ia melepaskan peluknya dan beralih merangkul Nara.

"Udah boleh minum es jeruk? Tea jus? Atau marimas?" Tanya Jane menaik turunkan alisnya, menggoda.

Nathalla [Selesai]Where stories live. Discover now