Langit Malam

479 58 3
                                    

"Langit malam berhasil membuat hati lega dengan taburan bintang yang cantik."

Taburan bintang kelap-kelip diatas langit malam, kilauan keindahanya berhasil membuat hati kacau Nara sedikit menenang.

Nara menarik nafas dalam lalu menghembuskannya perlahan, membuang segala sesak dan sakit di dadanya.

Ia merentangkan tangannya, membiarkan angin malam menerjang tubuhnya. Mengangkat kepala menatap langit sembari menghirup udara sebanyak-banyaknya.

Setelah di rasa cukup tenang, Nara menurunkan tangan. Nara memajukan kaki kanannya menginjak udara yang kosong. Baru saja ingin mendudukkan bokong, seseorang berteriak dengan histeris di belakangnya.

"JANGAN BUNUH DIRI!"

Nara berdecak kecil, bisa-bisanya berpikiran senegatif itu.

"Ra--"

Nara hanya diam, tidak bergerak sama sekali bahkan berbalik untuk menatap manusia di belakangnya pun tidak.

"Lo ingetkan kata pepatah, mati satu tumbuh seribu? Atau masih banyak ikan berenang di lautan?" Katanya mengingat pepatah yang pernah di sampaikan guru bahasa Indonesianya itu.

"Plis, Ra, jangan bunuh diri. Gue belum wujudin cita-cita lo buat masuk club' bola ternama soalnya."

Nara melepas tas di punggungnya, berbalik dan melempar tas itu tepat mengenai wajah pria di belakangnya.

"Gila! Lo kira gue gak punya iman!" Pekik Nara.

Athalla menangkap tas Nara yang sudah terlanjur mendarat di wajahnya, ia bernapas lega karna Nara masih memakai otaknya yang kecil itu.

"Gue gak nyangka, lo masih punya iman." Kata Athalla, dengan nada meledek membuat Nara memutar matanya, malas.

"Lagian, lo, dicariin kemana-mana taunya disini, mana pake lagu-laguan rentangin tangan kaya mau senam." Ucap Athalla sedikit mengejek.

Athalla berjalan mendekati Nara yang sudah duduk ditepi roftoop, mengayunkan kakinya.

"Kalau ada setan lewat terus jorogin, lo, nanti mati beneran gimana?" ucap Athalla ketus.

"Yah gak apa-apa, udah takdir berarti, yang penting gue gak ada niatan bunuh diri." jawab Nara enteng.

Athalla berdiri di belakang Nara, menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir, gadis itu benar-benar menantang angin malam yang berhembus kencang, masih menggunakan seragam sekolah dengan lengan pendek dan rok di atas lututnya.

Athalla membuka jaket jinsnya untuk menutupi tubuh Nara yang mulai dingin.

"Lain kali kalo mau keluar malem, pake baju yang bener. Gak mungkinkan gue kasih jaket gue terus buat lo?" omel Athalla, ia duduk di samping Nara setelah memakaikan jaket.

"Mungkin aja, lo mana tega liat gue kedinginan," Nara tersenyum jail.

Fakta terbaru tentang Athalla, teman sejak di bangku SMPnya itu adalah ia tak pernah tega membiarkan Nara kenapa-napa, jangankan tersentuh angin malam, nyamuk baru saja menempel pun terkadang Athalla akan sangat heboh mengolesi lotion anti nyamuk sambil mengomel bagaikan ibu tiri meskipun dengan gaya tengil dan gengsinya yang tinggi.

Nara jadi ingat saat ia mengerjakan tugas kelompok sampai hampir larut malam di rumah Keke, Athalla dengan cepat meminta lotion anti nyamuk milik neneknya Keke, mengusapkan ke semua tubuh Nara yang terbuka sambil bilang, "Gue gak mau yah, nanti emak lo ngomelin gue, terus minta ganti rugi biaya rumah sakit cuma gara-gara lo gak pake lotion anti nyamuk terus DBD."

Nathalla [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang