Bianglala dan hiburan singkat

694 91 5
                                    


Shasa mengemas beberapa barang yang di butuhkan Gladis selama beberapa hari di rumah sakit hewan untuk melakukan operasi sesar.

Sore ini adalah jadwal Gladis, kucing betinanya melahirkan anak kesekian. Shasa sendiri sebagai majikan tidak tahu jumlahnya karna tidak semua anak Gladis dapat bertahan hidup setelah dilahirkan.

Kehamilan Gladis kali ini cukup membuatnya cemas karna kucing itu tidak dapat melahirkan secara normal, harus melakukan persalinan sesar.

Shasa merebahkan badannya di kasur membelai-belai Gladis dalam peluknya, menyalurkan semangat pada kucing itu yang sepertinya cemas.

Athalla membuka pintu dengan cukup keras, membuat Gladis ngibrit ketakutan.

Athalla berdiri di depan pintu dengan wajah tak berdosa.

"Athalla brengsek!" Maki sang kakak.

"Gladis butuh rileksasi biar gak stres sebelum operasi, Lu gak ada otak dateng-dateng bikin rusuh." Omelnya.

Athalla hanya nyengir, memamerkan gigi rapinya.

"Pameran di plaza itu masih buka gak sih kak?"

"Mana gue tau," jawab Shasa ketus.

"Kan Lo sering nongki di sana."

"Iya masih buka." Kata Shasa, malas.

"Gue mau nongki bentar yah." Izin Athalla.

"Lo mau di beliin apa baliknya?" Tawar Athalla.

Shasa menatap Athalla dengan tatapan menyelidik. "Tumben."

"Ya ilah, gue lagi baik ini."

"Pizza? Ok sip nanti gue bawakan." Kata Athalla mengambil keputusan sepihak.

Athalla keluar kamar Shasa tanpa menutup pintu dengan terburu-buru.

Shasa yang merasa ada kejanggalan, memeriksa sekeliling dengan teliti.

"ATHALLA BANGSAT! ADIK DURHAKA! GUE KUTUK LO JADI MESIN ATM!!" Shasa mencak-mencak.

Ia baru sadar setelah Athalla keluar terburu-buru tadi, uang di dompetnya yang ia letakan di meja dekat pintu telah raib, hanya menyisakan dua lembar berwarna kuning dan satu lembar hijau.

Bisa-bisanya ia kecolongan, padahal tidak ada gerak-gerik maupun ucapan yang mencurigakan dari adiknya itu. Selain menawarinya pizza. Ah, iya.

"Awas aja balik gue gantung lo bareng burung-burung Papa." Ancamnya.

Shasa mengeluarkan segala sumpah serapah kepada sang adik, ia mengatur nafasnya yang naik turun tak beraturan karena emosi.

***

Nara mengurung dirinya di kamar sejak sepulang sekolah tadi.

Rasa sedih, menyesal dan menyalahkan diri sendiri semua tercampur menjadi satu dalam benak Nara.

Nara memang tak menangis, ia justru sedang merangkaikan kejadian demi kejadian yang mungkin tanpa ia sadari membuat Kinan terluka hingga memutuskannya.

Bersamaan dengan itu, kejadian di ruang osis terus saja terputar layaknya bioskop dalam otaknya.

Kinan mengelus lembut puncak kepala Kayla lalu menarik manja hidung gadis itu. Sedangkan Kayla, ia bergelayut manja di lengan Kinan.

Kinan memuji Kayla dengan sangat manis, di akhiri dengan kecupan kecil di kening gadis itu.

Bohong jika Nara tidak sakit hati, apa lagi saat Kinan memutuskan dirinya secara sepihak padahal jelas-jelas bukan ia yang salah.

"Ini pasti Kinan sengaja bikin Nara cemburu,"

Nathalla [Selesai]Where stories live. Discover now