Peluk.

343 36 4
                                    

"A-- aku, aku hamil." Ucap Beby sangat lirih.

Athalla kaget bukan main, ia tak percaya dengan apa yang di ucapkan Beby barusan sebelum akhirnya ia melihat benda kecil yang di berikan Beby. Sebuah tes kehamilan dengan dua garis merah di tengahnya.

"Lo hamil sama siapa, Beb. Bilang sama gue siapa yang hamilin lo." Tanya Athalla tak habis pikir.

Dengan berat Beby kembali mengeluarkan suara lirihnya. "Ka-- kamu, aku hamil sama kamu, Thalla."

Bruk..

Athalla dan Beby sontak menoleh, dua gelas jus sudah bercecer menodai lantai.

"Nara--" gumam Athalla.

Nara menatap Athalla tak percaya, ia sangat kecewa dengan pria itu sungguh. Air matanya bahkan sudah terjun bebas tanpa perintah. Dengan mulut terbuka dan sedikit gemetar Nara menggeleng kecil.

"Lo--" Nara menunjuk Athalla, ia tak sanggup lagi mengeluarkan kata-kata. Gadis itu berlari meninggalkan Athalla dan Beby berdua.

"Ra, gue bisa jelasin, Ra." Teriak Athalla lantang.

Athalla ingin mengejar Nara namun Beby menahannya. Gadis itu memegang lengan Athalla erat, tak membiarkan pria itu pergi.

Athalla melotot tajam, dengan kasar menarik lengannya dan mendorong tubuh Beby menjauh.

"GILA! LO GILA, ANJI**" Tajam Athalla, ia sedikit menoyor jidat Beby penuh emosi.

Athalla tak habis pikir dengan lelucon konyol yang di buat gadis itu, ia mengejar Nara yang sudah jauh dengan langkah lebar.

***

Setelah menunggu beberapa menit dua gelas jus pesanan Nara pun jadi, dengan perasaan senang gadis itu kembali ke taman.

Dari ke jauhan Nara melihat Athalla yang tengah asyik berbincang dengan Beby entah membahas apa. Ah, iya jika bicara tentang Beby rasanya Nara masih kesal dengan kejadian di rumah sakit.

Samar-samar Nara mendengar sedikit obrolan mereka yang membahas tentang kehamilan, tunggu, jangan bilang Gladis hamil lagi. Kucing betina itu sepertinya baru beberapa Minggu melahirkan.

"Ka-- kamu, aku hamil sama kamu, Thalla."

Dek, dada Nara bagaikan terhimpit batu besar. Rasanya sesak dan nyeri, tengkuknya tiba-tiba saja melemas dan--

Bruk--

Genggamannya seolah tak mampu lagi menahan beban gelas, jus alpukat itu berserakan menodai lantai putih.

Tidak usah tanyakan betapa terkejutnya Nara, bibirnya bergetar, lidahnya terasa kelu. Ia tak mampu lagi mengeluarkan kata.

Nara berbalik, berlari menjauh Beby dan Athalla, tidak mempedulikan teriakan Athalla yang memanggil namanya.

Nara kecewa sangat kecewa, padahal baru beberapa menit lalu ia memuji Athalla, merasa beruntung dengan kehadiran pria itu namun menit berikutnya ia malah di jatuhkan dengan keras.

Nara terus saja berjalan mengikuti langkah kaki yang entah akan membawanya kemana.

Hingga di bawah tangga menuju Rooftop, ia menghentikan langkah, menghapus kasar sisa air matanya.

***

Kebiasaan anak basket adalah ketika selesai bermain tidak mengembalikan bola ketempat semula, gudang ujung. Mau tak mau, Kinan memungut dua bola yang berserakan dan mengembalikannya ke gudang.

Setelah menutup pintu rapat, Kinan kembali berjalan melewati taman untuk menuju kelasnya.

Kening Kinan mengkerut, membentuk beberapa garis disana. Ia melihat Nara berlari dengan air mata yang banjir dan Athalla, pria itu mengejar sembari sesekali menyebut nama Nara.

Nara melewati Kinan begitu saja, tidak sadar dengan keberadaanya.

Nara belok ke arah kiri selang beberapa menit Athalla hanya diam di persimpangan menatap arah kanan dan kiri secara bergantian.

Kinan yang penasaran akhirnya mendekati Athalla.

"Tha," Kinan menepuk pundak pria itu.

Athalla sedikit terkejut, ia masih mengatur napasnya yang memburu.

"Kenapa?" Tanya Kinan.

Athalla hanya menggeleng kecil sebagai respon lalu pergi meninggalkan Kinan.

Merasa ada yang tak beres, Kinan melangkahkan kakinya ke arah kiri dimana Nara tadi berlari.

Di bawah tangga Rooftop, Nara terlihat sangat terluka, gadis itu mengusut air mata yang turun di pipinya dengan kasar, lengannya mencengkram besi pegangan tangga.

"Ra," panggil Kinan lembut, ia sudah berada di belakang Nara saat ini.

Nara membalikan badan dengan lemah, menatap Kinan dengan sisa air mata yang masih saja lancang lolos itu.

Tanpa aba-aba Kinan langsung menghamburkan Nara dalam dekapnya, menenangkan gadis itu yang lemah. Nara terisak sejadi-jadinya di sana.

Kinan memang tak tahu apa masalah antara Nara dan Athalla, tapi melihat Nara menangis seperti itu hatinya sangat sakit. Mungkin juga ini yang Nara rasakan dulu saat dengan bodohnya Kinan melukai hati Nara dengan sengaja. Sekarang penyesalan itu sangat terasa dalam benak Kinan.

Kinan hanya mengelus punggung Nara lembut, menyalurkan ketenangan disana.

***

Kakinya sudah mulai pegal, rasa bersalah dan putus asa mulai memenuhi ruang dadanya. Athalla belum juga menemukan Nara. Pria itu bahkan tak henti mengutuki Beby dengan kata-kata kotor.

Ia tak percaya dengan apa yang di ucapkan Beby, apa lagi bukti yang bisa saja di rekayasa. Lagi pula Athalla tak pernah macam-macam pada gadis itu jangankan untuk macam-macam, berduaan saja hanya beberapa kali itu pun tak sengaja bahkan saat di rumah sakit pun di temani suster yang dipaksanya untuk tetap tinggal dalam ruangan. Tapi berbeda dengan Nara, ia mungkin kaget dengan ucapan Beby dan mempercayai kekonyolan gadis itu.

Logikanya, jika Athalla tidak dapat mengontrol nafsu bejatnya, pasti ia lampiaskan pada Nara, gadis yang selalu berhasil membuat jantungnya berdebar tidak karuan. Sayangnya, Athalla sangat menyayangi Nara, hal bodoh macam itu tak mungkin ia lakukan sebelum sumpah pernikahan di depan Tuhannya ia ucapkan.

"Ah," Athalla baru mengingat satu tempat yang kemungkinan besar di datangi Nara saat ini. Ia memutar badannya, kembali berjalan menelusuri lorong untuk sampai ke sana.

***

Isakkan Nara sudah mulai mereda, entah karna rasa sesaknya sudah mulai mengurang atau malu karna keberadaan Kinan.

Mungkin ini kali pertama Kinan sang ketua OSIS yang sangat taat aturan itu membolos pelajaran hanya untuk menemani Nara, padahal biasanya ia sangat melarang tapi kali ini Kinan malah mempersilahkan Nara untuk menenangkan diri di Rooftop.

Kinan hanya menundukkan pandangan, menatap sepatunya tanpa sepatah kata pun yang ia keluarkan padahal mereka sudah sekitar 15menit berada di sana.

Sementara Nara, ia hanya menatap kosong kedepan dengan bermacam-macam pikiran dan pertanyaan yang belum juga mendapatkan jawaban.

"Ra," akhirnya, Kinan membuka mulutnya.

"Aku gak tau masalah kamu sama Athalla apa, tapi sebaiknya kalian selesaikan baik-baik, Ra." Kata Kinan memberi pencerahan.

"Aku takut ini cuma salah paham." Lanjutnya.

Embusan napas berat keluar dari mulut Nara, ia mengangguk singkat sebagai respon.

"Kalo kamu masih pengen nangis, nangis aja, biar hatimu plong."

Nara menoleh ke arah Kinan, "Boleh peluk?"

Kinan mengangguk kecil, ia menarik tubuh Nara dalam dekapannya, mengelus lembut rambut Nara.

Nara kembali terisak disana, air matanya bahkan membasahi dada Kinan.

Nathalla [Selesai]Where stories live. Discover now