Basket

278 39 1
                                    

Kopi sachet di taburkan kedalam gelas, setelah air mendidih Shasa mematikan kompor, menuangkan air panas kedalam gelas lalu mengaduknya.

Udara malam yang dingin memang paling cocok meneguk minuman hangat apa lagi untuk teman mengerjakan skripsi, kopi memang pilihan paling tepat.

Shasa menyeruput kopi satu tegukan, menaruh gelas di atas meja lalu memangku laptop berwarna putih dengan stiker lucu di belakangnya.

Sebelum membuka laptop, Shasa meregangkan jari-jemarinya sebagai pemanasan.

Skripsi akhir membuat pening tujuh keliling, jika bukan untuk mencapai tujuan akhirnya yaitu menikah dengan Vito, mungkin Shasa tidak akan repot-repot menyelesaikan S2 nya dengan cepat.

Baru saja membuka laptop dan menyimpan jarinya, Athalla menepuk bahu Shasa, menggantungkan lengannya di pundak kakaknya lalu duduk di sampingnya.

"Astaghfirullah, gue udah ngumpulin mood capek-capek, baru mulai malah di ganggu." Omel Shasa.

Athalla hanya nyengir, ia menyandarkan kepalanya di lengan Shasa dengan manja.

"Kak, Adek mu yang tampan mau tanya boleh?"

Shasa menarik napasnya, jengah. Kali ini Shasa menyabarkan dirinya, ia menaruh laptopnya kembali di meja lalu memfokuskan diri untuk mendengarkan adiknya itu.

Athalla menidurkan dirinya di paha Shasa, sementara Shasa menopang kepalanya dengan tangan yang ia tunjang di punggung sofa.

"Hm, apa?"

Dilihat dari bawah sini, Shasa terlihat sangat cantik. Pantas saja Vito ingin cepat menghalalkan kakaknya itu.

"Dek-dekan, gugup terus suka panas dingin gitu kalo deket seseorang itu kenapa yah, kak?" Tanya Athalla.

"Terus suka kesel, sesek terus bawaannya mau marah-marah aja kalo liat dia sama yang lain itu kenapa?"

Shasa tersenyum, adiknya ini tidak pernah jatuh cinta atau apa? Bisa-bisanya tanda dasar cinta begitu dia tidak tahu.

"Lo pernah punya pacar?"

Athalla menggeleng.

"Jatuh cinta?"

Athalla mengernyitkan dahi, mencoba mengingat-ingat apa kah ia pernah jatuh cinta pada seseorang selama masa hidupnya ini.

"Gak tau, kayanya enggak deh. Eh, tapi-- tau deh, gue gak paham," Athalla menggaruk kepalanya, bingung dengan diri sendiri.

Shasa menjitak kepala Athalla dengan keras.

"Kak," pekik Athalla, kesakitan.

"Bego banget Adek gue," maki Shasa.

Shasa kembali fokus kepada Athalla yang tengah menanti jawaban itu.

"Itu tandanya lo jatuh cinta, dodol."

Shasa tersenyum menggoda, "Lo suka sama Nara yah?" Tebak Shasa.

Athalla menggeleng tapi wajahnya malah tersipu, gelagatnya menunjukan hal yang berbeda dengan ucapannya.

Shasa yang gemas menguyel-uyel pipi Athalla, menariknya layaknya squisi.

"Aa-- kak," Athalla mencoba menghindari serangan Shasa.

Shasa menghentikan kegiatannya, merapikan rambut Athalla yang berantakan karena ulahnya.

"Gue sangat setuju kalo lo sama Nara. Dia baik, apa lagi dia sayang sama anak-anak, udah kaya ibu tirinya. Kalo lo suka sama Nara, buru bilang, cewek cantik kaya dia pasti banyak yang suka."

Nathalla [Selesai]Where stories live. Discover now