Bukankah kau yang memulai?

339 37 4
                                    

Shasa sudah tidak berselera mengerjakan skripsi, padahal gadis itu sangat ingin menyelesaikan kuliah tepat waktu. Tapi mana mungkin bisa konsentrasi jika pemandangannya malah adiknya yang terbaring lemah di atas ranjang dengan selang infus dan oksigen menempel. Bukannya fokus, Shasa malah menangis di buatnya.

Shasa menutup laptopnya, berjalan mendekati ranjang Athalla.

"Bagun woy, gak pegel apa itu mata?"

Tangan Shasa terulur, mengelus kepala Athalla dengan lembut. Satu kecupan ia darat kan di pipi Athalla.

"Dulu pas kecil kakak suka banget lho ciumin kamu, karna Athalla kecil itu gak nyebelin."

Sentuhan Shasa berhenti di hidung mancung milik adiknya itu.

"Kakak juga suka gigitin hidung kamu saking gemasnya."

Shasa tersenyum mengingat kejadian itu.

Athalla kecil menangis kejer, langkahnya yang kecil berlarian menuju Karin yang tengah memasak di dapur.

"Ade kenapa nangis?" Tanya Karin khawatir, ia menaruh wortel di wadah lalu menghampiri anak bungsunya itu.

Athalla yang sedari tadi memegang hidungnya kembali menangis dengan keras. Karin menurunkan lengan Athalla yang menutupi hidung.

"Kok merah? Ada bekas gigi? Kenapa Athalla?" Tanya Karin mulai panik.

Athalla menunjuk-nunjuk ruang tamu sambil terus menangis.

"I--tu kakak nakal--- khis--- khis---" Athalla menjeda kalimatnya karna sesegukan.

"Idu--n Ade di didit-- huaaahhh--- mama auh--,"

"Kakak." Teriak Karin memanggil anak tunggalnya.

Shasa yang ketakutan menghampiri dengan ragu.

"Ade kenapa?"

Shasa menatap Karin sendu. "I--tu, kakak gemas banget sama idung Ade, ma--makannya gak sengaja ke gigit." Jelas Shasa dengan gugup.

Athalla mengusut air matanya, ia menatap Shasa dengan tatapan dendam. Athalla kecil mengigit lengan Shasa dengan cukup keras hingga kakaknya itu menjerit kesakitan.

"Impas, Ade takit, kakak takit, hm." Athalla membuang wajah dengan sombong, berjalan meninggalkan Karin dan Shasa yang sudah meneteskan air mata

***

Beberapa hari setelah kejadian itu, semua mata secara terang-terangan menatap Beby dengan bermacam ekspresi. Menjijikan, iba, ketus, dan tatapan tidak suka lainnya. Bahkan beberapa orang secara terang-terangan menghardiknya dan tak segan mempermalukan Beby di depan umum.

Beby sudah muak dengan semuanya, sore ini ia akan bertemu Galih, pria jangkung itu pasti dalang di balik semuanya.

Beby mengemasi buku-bukunya setelah guru melenggang meninggalkan kelas.

Gadis berambut sebahu yang tak lain adalah kakak kelasnya dan 3 orang lainnya yang mengekor di belakang, menghampiri Beby. Menyilangkan tangan di bawah dada sembari menatap Beby dengan sangat ketus.

"Anak cantik lagi ngidam apa? Mau kakak belikan gak?" Tanyanya dengan nada mencibir.

Gadis itu mengusap perut Beby yang masih rata, mendekatkan wajahnya ke arah perut Beby, seolah berbicara dengan jabang bayi di dalamnya.

"Halo bayi gemas, sehat-sehat di dalam yah. Nanti kalau sudah lahir ke dunia jaga kelakuan kamu yah, Nak, jangan seperti ibu mu." Ucapnya, tersenyum miring.

Nathalla [Selesai]Where stories live. Discover now