Bakso kantin

482 43 1
                                    


Athalla dan Nara berjalan berdampingan menuju kantin, sesekali Athalla melirik Nara dengan seuntai senyum saat melihat rona merah di pipi chubby gadis itu.

Entah kenapa akhir-akhir ini Athalla sangat suka menggoda Nara. Sekarang melihat rona merah terlukis indah di pipinya lebih menyenangkan dari melihat wajah kesal gadis itu.

"Tha," panggil Nara setelah beberapa saat hanya diam.

Mata Nara masih fokus kedepan, memperhatikan jalan, berbeda dengan Athalla yang justru menatap gadis itu dengan hangat.

"Hadir,"

"Hm-- kalo gue balik lagi sama Kinan gimana?" Tanya Nara.

Athalla menghentikan langkahnya, membuat Nara juga ikut terhenti.

"Kenapa?" Tanya Nara lagi.

Athalla menggeleng, kembali melanjutkan langkah.

"Kasih gue alasan kenapa lo mau balik lagi ke Kinan setelah apa yang dia lakuin ke lo?" Tanya Athalla dengan wajah datar.

"Hm--"

"Gue gak bisa bohong kalo gue masih sayang sama dia," Nara menjeda kalimatnya.

"Dua tahun bukan waktu yang singkat kan Thala buat kita lupa semua rasa hanya dengan kejadian satu minggu ini?"

"Tapi--" Nara menatap bola mata Athalla lekat, mencari sesuatu disana yang akan meyakinkannya pada sesuatu.

"Gue juga gak munafik kalo gue nyaman sama-- lo." Jujurnya.

Nara tertawa pelan, menertawakan kebodohan yang ia lakukan barusan.

"Udah lupain deh."

"Buruan jalannya, bakso mang Aul keburu habis." Nara mempercepat langkahnya.

***

Wawan menaikan satu kakinya keatas kursi kayu panjang, bercerita panjang prihal ulangan Kimia dadakan yang sukses membuatnya pusing tujuh keliling.

"Bu Widia demen banget bikin murid mabok." Keluh Wawan, tangannya mencomot satu gorengan di atas meja.

"Gue sih enggak, karna gue pinter gak kaya lo, oon." Jaka yang datang dengan semangkuk mie ayam menimpali.

Wawan melempar Jaka dengan sisa cabai yang di gigitnya.

"Tapi emang bener kata si curut sih, Bu Widia suka banget mempersulit siswa tampan kaya gue ini." Sahut Fenly.

"Mana tadi ada soal SMP juga, gue mana inget." Ucap Wawan mulutnya sibuk mengunyah gorengan tempe.

"Benda cair dan gas kalo di panasin bakal gimana sih mereka? Gue tadi jawabnya ngaco banget sih." Ucap Fenly.

"Mendidih lah," jawab Wawan santai dengan percaya dirinya.

Jaka menatap Wawan dengan dahi yang mengkerut. Teori dari mana lagi itu.

"Mana ada mendidih, sih." Protes Jaka.

"Ye, gak percaya, coba lo ambil air terus lo taruh di atas kompor gas abis itu hidupin gasnya. Pasti mendidihkan." Jelas Wawan sedikit sewot.

Fenly mengangguk kecil, teori baru yang Wawan cetuskan memang sangat logis.

"Bener juga sih." Fenly manggut-manggut

Wawan mengangkat sedikit kepalanya dengan sombong, lalu memukul-pukul dadanya pelan.

Jaka hanya mengembuskan napas berat. Untung saja mereka tidak sekelas, bisa repot Jaka nantinya.

"Liatin-liatin." Athalla yang baru saja datang bersama Nara, menunjuk Wawan yang tengah menggigit gorengan.

"Dia suka makan lima bayar tiga, hati-hati." Kata Athalla yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Wawan.

Nathalla [Selesai]Where stories live. Discover now