Ngonser, yuk.

513 63 5
                                    

"Lo percaya gak, kalo musik itu bikin tenang?"


Athalla di buat kelimpungan oleh Nara yang sedang patah hati. Gadis itu terus saja terisak meskipun dengan mulut penuh terisi baso, semua mata menatap Athalla seolah mengintimidasi, Athalla melambai-lambaikan tangan ke udara setiap kali orang menyorotinya sebagai isyarat bahwa bukan ia pelakunya.

"Bukan gue," ucap Athalla tanpa suara.

Nara menambah lagi sambal ke mangkoknya, terhitung ini sudah ke 6x sambal itu di masukan.

"Eh-- eh---" Athalla memegangi lengan Nara yang hendak memasukan sambal sendok ke 7 kedalam mangkoknya, ia mengambil paksa sendok sambal menaruhnya kembali dan mengamankan mangkuk sambal itu.

"Lo mencret, emak lo ngamuk." Omel Athalla.

"Mending sakit perut dari pada sakit hati." Decit Nara.

Athalla menoyor kepala Nara pelan. "Eh, pinter. Lo mencret yang repot emak lo, yang kena omel gue." Athalla sudah mulai kesal.

"Kaga ada ceritanya si Kinan sialan itu ngurusin elo, Sukinah!" Gerutu Athalla.

Nara manyun, "Ya udah iya-iya." Melahap kembali baksonya yang tinggal sedikit.

"Galau sih galau, tapi gak nyiksa diri sendiri juga." kata Athalla tajam.

Nara melotot tajam kearah pria itu.

"Banyak omong, pesenein gue bakso lagi mendingan." Titah Nara.

Athalla menempelkan tangan kanan di kepala bagian ubun-ubun Nara.

"Allahu'lailaha illahualhayul'qoyum." Athalla membacakan ayat kursi sampai selesai.

Mendengar lantunan ayat kursi, Nara refleks melotot tajam dengan tangan yang mencengkram layaknya macan.

"Astaghfirullah, beneran kerasukan?" Kaget Athalla.

Nara menghentikan aktingnya, kembali duduk normal dan melahap sisa bakso di mangkuknya.

"Ya enggak lah, bodoh!" Maki Nara.

Athalla mengusap dadanya penuh syukur.

***

Baru saja membuka pintu rumah, Athalla dikagetkan dengan teriakan histeris sang Mama. Dengan langkah seribu athalla segera berlari menuju sumber suara.

Di taman belakang, lebih tepatnya di dekat kandang kelinci, mamanya tengah menangis sembari menggendong Uki -kelinci jantannya- dengan Shasa yang mengelus-elus punggung Karin, memberi semangat. Sementara sang ayah, Rohmat, berdiri di depan mereka dengan kedua lengan di pinggang, menatap bingung.

Athalla menghampiri ketiganya dengan wajah syok dan nafas tak beraturan.

"Mama gapapa?" Athalla memutar tubuh Karin, memastikan dengan teliti apakah ada luka di sana.

Karin menggeleng degan sisa air mata dan wajah masih syok, ia menjawab. "Uki mati--" lirihnya.

Athalla menghembuskan nafas lega. "Kirain apa."

Karin memberikan Uki yang sudah terbujur kaku kepada Athalla. "Titip," kata Karin, berlalu melewati Athalla.

"Mama mau kemana?" Tanya Athalla, membuat Karin menghentikan langkah.

"Mushola, mau ngumumin kematian Uki biar buru-buru di sholatin terus di kubur, mama pengen dia cepet-cepet masuk surga dan hidup bahagia." Jelas Karin, panjang lebar membuat Athalla menggeleng cepat, tidak setuju.

"Gak usah, gak usah." Tolak Athalla, bisa-bisanya mamanya mempermalukan keluarga besar Erwinata, apa kata tetangga nantinya.

"Loh, Athalla, kamu gak kasihan sama Uki?" Karin menatap sendu kearah anak bungsunya.

Nathalla [Selesai]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora