Perasaan Beby

440 47 2
                                    

Beby tersenyum hambar saat mengingat kejadian di kantin barusan, Athalla sepertinya sangat dekat dengan Nara akhir-akhir ini, dan hal yang membuat hatinya was-was yaitu kenyataan bahwa Nara dan Kinan sudah putus satu minggu lalu. Membuat peluang gadis itu dekat dengan Athalla sangatlah kecil.

Beby jadi ingat momen masa kecilnya dulu bersama Athalla.

Andai saja waktu tidak berubah, mungkin yang di samping Athalla saat ini dirinya bukan Nara.

Satu tangkai mawar merah terulur di hadapan Beby, membuat gadis itu tersadar dari lamunan dan menatap sang pemilik dengan datar.

"For you," ucap pria itu sangat manis.

"Berhenti kasih gue bunga." Kata Beby.

Pria itu tersenyum tipis. "Bukannya kamu suka mawar, sayang?" Katanya.

"Berhenti panggil gue sayang." Pekik Beby.

"Terus aku panggil apa?"

Beby mengambil bunga yang masih disodorkan pria itu di hadapannya, ia membuangnya ke trotoar jalan lalu menginjaknya.

"Wih, sadis." gumam pria itu, ia tersenyum miring.

"Kayanya, lo berani banget sama gue sekarang, yah." Ucap pria itu, nada suaranya yang berat dan seram berhasil membuat bulu kuduk Beby berdiri.

Dengan berani Beby menyingkirkan pria itu yang menghalangi jalannya, lalu menghentikan angkot dan langsung menaikinya.

***

Angkutan kota itu berhenti di persimpangan jalan, membuat gadis itu mau tak mau harus berjalan beberapa meter untuk sampai ke rumahnya.

Baru saja merah gerbang, pagar besi itu sudah terbuka duluan bersamaan dengan munculnya Athalla dari dalam.

"Eh, Beb, baru pulang?" Tanya Athalla, basa-basi.

Beby tersenyum. "Iya,"

"Kamu ngapain ke rumah?" Tanya Beby.

"Oh, abis anterin titipan Mama buat bunda lo."

"Gue duluan yah." pamit Athalla.

Baru dua langkah, Athalla kembali berbalik menatap Beby saat gadis itu meraih tangannya, menahan agar tidak pergi.

"Kenapa?" Tanya Athalla.

"Hm--" Beby terdiam, matanya menatap lekat manik hitam Athalla yang teduh.

"Eh, hm-- ini," Beby mencari alibi yang tepat.

"Bisa bantuin aku kerjain tugas kimia? Sekalian aku mau pinjam buku kamu buat aku salin, ketinggalan banyak materi soalnya bekas izin kemarin." Kata Beby.

"Gue gak bisa Beb, kalo Penjas mungkin bisa dikit-dikit, lagian juga kita gak sekelas. Meskipun satu angkatan kalo gak sekelas pasti materinya beda deh kayanya, siapa tau kelas lo lebih dulu materinya." Jelas Athalla.

"Tapi kalo lo mau, gue bisa minta temen gue yang pinternya melebihi dukun buat bantuin lo. Namanya Jaka." Athalla merogoh saku celananya untuk mengambil handphone.

"Malu lah, Athalla, aku kan gak kenal."

Beby menangkupkan tangannya di depan dada, memohon dengan mata pupy eye andalannya.

"Pliss, bantuin yah, kamu kan pinter." Mohon Beby.

"Lo kalo ngomong suka hiperbola deh, ya udah gue bantuin, tapi gak bisa jamin dapet nilai 100 lho yah." Athalla akhirnya pasrah.

Beby mengangguk kecil dengan seuntai senyum manis terlukis di bibirnya.

***

Athalla duduk bersila di gajebo kecil belakang rumah Beby, menunggu sang empunya tiba sembari menikmati angin sore yang berembus damai.

Nathalla [Selesai]Where stories live. Discover now