"Lagian ngotak dikit lah, jangan merendah demi sampah!" Ketus Jane.
"Tapi kan sampah emang di bawah, makannya kita harus merendah." Ucap Nara, seenaknya.
--
Awalnya Nara tak terima di putuskan sepihak oleh Kinan padahal jelas-jelas cowok itu yang be...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Tumben anak mama jam segini udah rapi." Kata Reni, mama Nara.
Reni yang baru saja selesai mandi segera menuju dapur saat mendengar gresak-grusuk dari meja makan.
Biasanya, Nara jam segini masih mengenakan handuk di kepala sambil menyirami tanaman bunga kesayangannya, berbeda dengan hari ini yang malah sudah berada di meja makan dengan seragam lengkap tengah mengoles roti dengan selai.
"Tumben bawa bekal?" Tanya Reni, ia ikut duduk di kuris lalu mengambil roti dan menggigitnya.
Nara mengambil apel, mangga, dan anggur di dalam kulkas yang sudah ia potong semalam. Memasukannya kedalam kotak makan yang sama.
"Iya, biar nanti bisa dimakan bareng pacar." Cengir Nara, malu-malu.
Reni hanya manggut-mangut sambil tersenyum tipis. Anak semata wayangnya sudah tumbuh dewasa, padahal rasanya baru kemarin ia mengantar Nara ke taman kanak-kanak.
Tak lupa Nara juga memasukan dua kotak susu.
***
Nara menarik Kinan menuju taman sekolah, ia duduk bersampingan di pilar panjang bawah pohon.
"Taraaaa...." Nara mengeluarkan kotak makan dari paper bag, tersenyum penuh antusias.
Kinan hanya tersenyum tipis sebagai respon.
"Kita makan bareng yah," kata Nara membuka kotak.
"Tumben kamu bawa bekal?"
"Sengaja mau makan bareng kamu biar romantis." Ucap Nara.
Nara mengambil satu potong roti, menyodorkannya di hadapan Kinan.
"Yailah, main suap-suapan" sindir Athalla. Ia duduk tak jauh dari Nara dan Kinan, menyandarkan punggungnya di pohon besar dengan kedua tangan di lipat di belakang kepala sebagai bantal.
"Nanti di ciduk KPK masuk penjara, baru tahu rasa." Lanjutnya.
"Yailah, jomlo iri tuh, sayang." Nara balik menyindir.
"Jangan jangan iri, jangan iri dengki, jangan jangan iri, jomlo Sadar diri." Ledek Nara dengan nada, menjulurkan lidahnya ke arah Athalla.
"Mohon maaf Baginda raja tidak pernah iri dengan manusia bucin macam kalian." Sanggah Athalla.
***
Sudah hampir satu jam lebih Nara menunggu di depan ruang kelas, menanti Kinan yang tengah rapat di ruang osis.