Menenangkan diri

322 35 0
                                    


Athalla menutup pintu kamar cukup keras, melempar tas ke sembarang arah lalu mendudukan
bokong di ujung kasur.

Athalla menggeram frustrasi, tangannya mengepal kuat-kuat, meninju kasur dengan beruntal.

"Arghh!!" Teriak Athalla.

Otaknya sangat sempit, tak tahu lagi harus berbuat apa sekarang.

Kenapa harus Athalla? Kenapa tidak pria lain saja yang menanggung ini, kenapa harus dirinya. Pikir Athalla.

Hendel pintu bergerak, bersamaan dengan itu pintu terbuka dan muncul Shasa di baliknya.

Shasa masuk ke dalam kamar Athalla, menutup pintu dan berdiri di hadapan sang adik dengan tatapan tajam yang menghujani Athalla.

Athalla sudah pasrah dengan apa yang akan di lakukan Shasa padanya.

Bruk

Sebuah buku paket yang cukup tebal melayang dan sukses mengenai bahu Athalla, Athalla tak menghindar apa lagi mengomel seperti biasanya, ia hanya diam dan menunggu apa yang akan di lempar sang kakak selanjutnya.

"Bego, kenapa lo bego banget sih, hah."

Athalla tak merespon, ia membiarkan saja Shasa mengutukinya dengan sumpah serapah, hingga amarah gadis itu sedikit mereda.

"Kenapa, Tha? Kenapa?" Shasa tak habis pikir dengan isi kepala Athalla.

"Lo percaya, kak?" Tanya balik Athalla pada Shasa.

"Menurut, Lo?"

"Gue maunya gak percaya, tapi bukti yang di bawa cewek itu udah cukup kuat menyatakan lo brengsek." Imbuh Shasa cukup tajam.

Athalla tertawa pelan, ia mengalihkan pandangan ke arah lain.

"Sekuat apa gue ngejelasin dan jujur juga gak akan guna yah, Kak." Ucap Athalla lirih.

"Gue harus nanggung perbuatan yang bukan salah gue."

Mata Athalla sudah memanas, pandangannya sudah sedikit kabur karna air mata yang di tampungnya.

Shasa yang menyaksikan betapa terlukanya sang adik dibuat bingung dengan kejadian hari ini.

Shasa duduk di samping Athalla, memeluk adik satu-satunya itu dengan hangat. Menguatkan Athalla yang rapuh itu dengan belaian.

Shasa yakin adiknya tidak mungkin melakukan hal bodoh itu, tapi bukti yang dibawa pihak perempuan berupa tes kehamilan dan surat dokter menguatkan segala argumen yang mereka keluarkan. Tapi jika di pikir lagi secara logika, mereka tidak memiliki bukti menjurus jika Athalla adalah ayah dari anak yang di kandung gadis itu. Tidak ada foto, rekaman atau bukti chating bahkan jejak Athalla yang tertinggal disana sebagai bukti lebih kuat.

Athalla menyandarkan kepalanya di bahu Shasa, menangis sejadinya disana. Shasa juga ikut menangis, mengapa nasib adiknya ini sangat teragis.

"Kak, gue harus apa?" Tanya Athalla di tengah isakkannya.

"Cari bukti kalo bukan lo pelakunya."

"Gue percaya, lo gak mungkin seperti yang mereka pikirkan." Ucap Shasa menguatkan.

"Papa sama Mama pasti kecewa banget sama gue, kak, Nara juga."

Shasa mengelus rambut Athalla lembut, "Pasti, tapi gue yakin mereka akan mengerti. Lo tenang aja, gue ada di pihak lo. Gue gak mungkin sudi lo dihukum atas kejahatan yang gak pernah lo lakuin."

Athalla tersenyum dengan sisa air matanya, ia memeluk Shasa dengan erat.

"Makasih, kak,"

***

Nathalla [Selesai]Where stories live. Discover now