Kita gak bisa balikan?

639 70 7
                                    

Seperti biasa sembari menunggu surat izin dari guru piket yang sedang di usahakan oleh Athalla, ketiga temannya -Jaka Fenly dan Wawan- menunggu di ruang musik.

Jaka duduk di bangku kecil sembari memainkan gitar asal.

"Eh, lagu kemarin kalo pake kunci D kayanya enak yah." Kata Jaka sembari memetik gitar di tangannya.

"Tapi enakan bunyi ini," Fenly yang sedang merebahkan badannya menghadap kanan berbalik menghadap perut buncit Wawan, ia memukul-pukul perut cowok gempal itu layaknya gendang.

"Tapi ada lagi bunyi yang lebih enak, tau." Wawan ikut menimpali.

"Apa?" Tanya Fenly penasaran.

Wawan mengangkat sedikit pantatnya hingga--

"Bruuutttt---"

Sontak hal itu membuat Jaka dan Fenly melotot dan segera menyelamatkan organ pernafasan mereka. Jaka menarik kaus yang ia kenakan hingga menutupi mulut dan hidungnya sementara Fenly segera berlari menghindar sembari menutup hidung dengan tangan.

"Enakkan," cengir Wawan, tak berdosa.

"Gila--- makan apa lo bau banget, arghh" Fenly sampai terbatuk.

Jaka meraih knop pintu membukanya, menghirup udara sebanyak-banyaknya untuk menetralkan hidung.

"Gila, sarapan bangke tadi pagi lo?"

"Enggak sarapan gue, makannya mules." Wawan mengelus-elus perutnya sambil menyengir.

"Guys,"

Mendengar suara Athalla, ketiga temannya langsung menetralkan wajah, memasang wajah biasa.

"Tumben nunggu di luar?" Tanya Athalla yang baru sampai.

"Sengaja nunggu lo, biar setia kawan." Jawab Fenly sambil tersenyum.

Athalla manggut-manggut. "Ya udah yuk latihan." Ajaknya, tanpa menaruh curiga sedikitpun.

Jaka mempersilahkan Athalla untuk masuk terlebih dulu, Athalla yang tak tahu apa-apa membuka pintu lalu masuk. Baru saja satu langkah pria itu kembali mundur sembari mengibas-kibaskan tangannya di hadapan wajah sembari terbatuk.

"Bau apaan di dalem?"

"Biasa aroma terapi," sahut Wawan cengengesan.

Aroma alami yang di keluarkan Wawan memang mampu bertahan hingga setengah jam, membuat keempatnya terduduk di lantai depan ruangan.

***

Jane menyandarkan kepalanya di dinding kelas jengah mendengar celotehan Nara tentang Kinan. Gadis itu terus saja membela Kinan dan menyalahkan dirinya, padahal jelas-jelas ketua osis sialan itu yang tidak memiliki otak dan tidak bersyukur atas kehadiran Nara yang sangat gila mencintainya, sedangkan dirinya malah enak-enak selingkuh dengan Tante girang Kayla. Mana suka sekali playing victim.

"Jane dengerin gue gak sih?" Kesal Nara karna tak di acuhkan.

"Gue harus komentar apa? Toh pada akhirnya lo akan ngebantah ucapan gue dan belain si bego itu." Kata Jane, sinis.

"Lagian lo ngotak dikit lah jadi cewek, gak usah ngerendah demi sampah." Ucap Jane datar namun menusuk.

Mulut Jane memang sebelas dua belas dengan netizen, tak pernah pikir panjang jika bicara dan selalu mampu membuat lawan bicaranya kicep sambil mematung, tapi tidak berlaku untuk Nara.

"Tapikan sampah emang di bawah, makannya kita harus merendah." Sahut Nara.

Jane hanya memutar bola matanya malas, Nara meraih ponsel di meja berjalan keluar kelas.

Nathalla [Selesai]Where stories live. Discover now