Jangan menangis

320 34 1
                                    

Rasa gondok Nara terharap Beby semakin menjadi.
Nara bahkan berjalan dengan rasa jengkel sembari menghentak-hentakan kakinya.

"Ra."

Langkah Nara terhenti, ia berbalik menghadap orang yang memanggilnya.

Kinan berjalan mendekati Nara dengan sebuah kotak di lengannya. Nara menyunggingkan senyum kecil kepada Kinan. Gadis itu sejenak mengesampingkan rasa kesalnya.

"Ra."

"Apa, Nan?"

Kinan menggaruk belakang kepalanya.

"Hm," Kinan menyusun kata yang tepat terlebih dahulu di hatinya sebelum berbicara.

"Kamu masih sedih?" Tanya Kinan.

Nara menggeleng kecil, "Enggak dong, kenapa emang?"

"Gapapa sih," cengir Kinan.

"Eh, aku boleh gak kasih kamu hadiah?"

Nara menurunkan bibir bawahnya sembari mengangguk kecil.

"Boleh, kamu mau kasih aku uang 1M kah?"

Kinan tertawa pelan, "Itu sih yang bisa ngasih cuma Rafi Ahmad, bukan aku, Ra."

Kinan menyodorkan kotak yang di bawanya ke hadapan Nara.

Nara menerimanya.

"Asik nih, di kasih hadiah sama mantan," goda Nara, tersenyum jahil.

Kinan tertawa lagi, "Kemana aja yah, pas pacaran kayanya jarang banget aku kasih hadiah ke kamu." kata Kinan, sambil mengingat-ingat kisah lalu bersama Nara.

"Aneh banget yah, Kinan Aghino Sadewa ini." tambah Nara.

"Semoga kamu suka yah, Ra."

"Pasti dong, apa pun yang di kasih mantan aku suka, sampai luka aja aku suka," kata Nara sedikit menyindir.

"Maaf yah, Ra," Kinan merasa tidak enak.

Nara terkekeh kecil melihat ekspresi Kinan, "It's okay, Ainara Dhevania kan gadis baik hati dan penyabar."

***

Nara membuka kotak dari Kinan, sebuah lipstik dengan warna yang Nara banget, tergeletak manja di dalamnya, Nara terkekeh. Padahal dulu Kinan sangat marah saat Nara mengoles benda itu di bibirnya, tapi hari ini penomena langka terjadi dalam hidup Nara. Memang yah, kehilangan adahal cara terbaik untuk menyadarkan bahkan untuk penyesalan.

Langkah Nara kembali mengayun menuju kelas, dari kejauhan gadis itu melihat Jaka yang tengah menyandarkan punggungnya di tembok kelas dengan tangan yang terlipat di bawah dada.

"Jak," sapa Nara.

Nara menyembulkan kepala di pintu kelas, melihat kedalam untuk memastikan sesuatu.

"Lo nunggu siapa di sini, Athalla gak masuk kayanya deh." Tanya Nara, ia celingak-celinguk kedalam kelas memastikan keberadaan Athalla

Jaka menegakkan badannya, menatap Nara datar.

"Gue cari, lo, Ra." kata Jaka.

Nara hanya menatap Jaka dengan heran, tumben-tumbenan.

"Gue punya hutang, kah?"

Jaka tersenyum tipis, "Enggak."

"Gue mau bicara sebentar boleh?"

***

Di atas sini, Jaka dan Nara dapat menyaksikan pertandingan basket yang tengah seru-serunya.

Nara hanya diam, menunggu Jaka memulai obrolan, sementara Jaka pria itu bingung harus mulai dari mana.

Nathalla [Selesai]Where stories live. Discover now