Gawat!! Berubah jadi Hachi!

421 49 2
                                    

Athalla mengemasi beberapa barang yang di perlukan kedalam tasnya. Hari ini sekolahnya akan mengadakan kegiatan diluar.

Mereka akan pergi ke salah satu hutan yang tidak begitu jauh dari sekolah untuk kegiatan penghijauan. Menanam bibit-bibit pohon baru untuk menggantikan area yang gundul.

Athalla menyandarkan tubuhnya di badan sofa, memainkan telepon genggamnya, mengscroll beranda Instagram.

"Athalla," panggil Shasa, duduk di samping sang adik.

Athalla hanya melirik sekilas kearah Shasa. "Hm," sahut Athalla seadanya, ia lebih tertarik pada gambar-gambar di Instagram daripada menanggapi ucapan sang kakak.

Shasa menyandarkan kepalanya di bahu Athalla, pria itu mengernyitkan kening heran dengan Shasa yang tumben-tumbenan mendekatinya tanpa emosi.

"Tha, mau deh dilamar Vito." Ucap Shasa, lemah, pandangannya kosong kedepan.

"Temen-temen gue udah pada nikah, terakhir Kila di lamar pacarnya."

Athalla menaruh handphone lalu menyentil kening Shasa. "Lulus dulu dodol, kuliah selesai baru nikah."

Shasa meringis, menatap tajam kearah Athalla. "Nikah sambil kuliah kan gapapa."

Athalla memasang wajah sewot. "Si dodol, mana bisa nikah sambil kuliah."

"Lo mau ijab qobul di depan dosen yang lagi ngajar?"

Kali ini giliran Shasa yang menjitak kepala Athalla dengan kencang, memasang wajah ketus yang mematikan. "Gak gitu juga, bodoh!"

"Ah, udah ah, males sama lo." Shasa ngambek, ia berdiri dari duduknya pergi meninggalkan Athalla.

"Dih, ngambekan."

***

Jane memutar bola matanya malas, jengah menunggu Nara yang ribet dengan barang bawaannya.

Mereka akan pergi tidak jauh, mungkin hanya beberapa puluh menit saja, namun Nara malah sibuk membawa alat tempurnya. Bantal leher, kipas tangan, makanan ringan dalam totebag dan beberapa bawaan dalam tasnya.

"Ra, kita gak sampe seharian lho di sana, bawaan lo melebihi orang ngungsi kena banjir." Komentar Jane, heran sedikit jengah.

"Jane, ini aja masih banyak yang gak gue bawa lho."

Jane mengibaskan tangannya, masa bodo dengan Nara dan isi otaknya.

"Terserah deh," Jane pergi duluan menaiki bus yang sudah terparkir cantik di lapangan utama. Menunggu Nara yang ribet sama dengan kehilangan tempat duduk nyaman yang gadis itu imbakan.

"Jane, gak ada inisiatif-inisiatifnya sebagai temen. Bawain kek, udah tau temen lagi kesusahan." Gerutu Nara.

Nara dengan kesulitan memijakkan kakinya ke dalam bus, ia memilih bangku yang sama di samping Jane. Gadis itu menaruh tasnya di atas sedangkan plastik berisi makanan ia biarkan tergeletak di bawah kakinya.

***

Udara sejuk menyambut ramah paru-paru Nara, ia menarik nafas sebayak-banyaknya, jika bisa ia akan menyetok banyak agar bisa di bawa sampai ke Jakarta lagi.

Nara menyapu pandangan ke sekitar, keningnya mengkerut, ia tak habis pikir dengan manusia-manusia yang tega menebang hutan sembarangan, apa mereka tidak berpikir bahwa sumber kehidupan manusia juga bergantung pada hutan. Pohon-pohon yang membantu menyerap air hujan agar tidak terjadi banjir, oksigen bersih, hewan-hewan yang hidup di dalamnya juga tumbuhan yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber makanan.

Meskipun beberapa titik sudah gundul, udara disini masih segar berbeda dengan kota yang penuh akan polusi.

Sebelum kegiatan di mulai, semua murid di kumpulkan, berbaris rapi sembari menyimak penjelasan pengurus hutan dan beberapa wejengan dari ketua yayasan.

Nathalla [Selesai]Where stories live. Discover now