Extra part 2

365 36 5
                                    

Baru saja hendak keluar dan membuka pintu, seseorang berdiri di depan pintu utama rumah Athalla, meneriaki namanya dengan lantang. Athalla meringis, menepuk jidatnya lalu pergi ke pintu samping.

Seorang gadis berpakaian kumel berdiri di depan sana, berteriak memanggil Athalla dan sesekali bertepuk tangan riang.

"Suami ganteng," teriaknya.

"Athalla suami aku yang ganteng,"

Siapa dia? Kalian ingin tahu? Dia adalah Nia, gadis yang usianya 3 tahun di atas Athalla. Parasnya cantik jika saja bersih dan terurus, tapi sayangnya gadis itu tidak waras. Ini memang terlalu kasar, tapi kenyataannya memang seperti itu. Dia di tinggal calon suaminya entah kemana, pergi begitu saja tanpa pamit padahal hanya satu hari lagi menuju hari penting mereka. Yang lebih mengenaskan, dia hamil dan karna depresi di tinggal kabur calon suami kandungannya keguguran. Makin hancur gadis itu. Kasihan bukan.

Athalla mengendap-endap melalui pintu samping, berharap gadis itu tak melihatnya.

Sayangnya baru tiga langkah, Athalla malah menginjak ranting pohon yang tergeletak manja di halaman hingga mengeluarkan bunyi cukup nyaring.

Gadis itu menoleh, mendapati Athalla disana ia girang bukan main. Loncat-loncat lalu berlari mendekati Athalla.

Athalla yang sigap langsung menghindar, berlari sekuat tenaga untuk menjauh.

Athalla melompati tong sampah, mendorong keras pagar rumahnya.

Napasnya memburu, Athalla sesekali melihat kebelakang untuk memastikan. Sialnya, gadis itu seperti memiliki tenaga extra, enggan menyerah padahal mereka sudah sangat jauh berlari.

Masih ingat, jika dulu Nara pernah ke rumahnya hanya dengan mengayuh sepeda? Kali ini Athalla yang mendatangi rumah Nara dengan lari. Rumah mereka memang satu perumahan, hanya beda kompleks saja.

Tanpa salam, Athalla membuka gerbang rumah Nara.

"Eh," Dion yang tengah asyik membaca koran kaget dengan ke hadiran Athalla yang ngos-ngosan seperti dikejar hantu.

"Om--" Athalla mengatur napasnya yang memburu.

"Tolong-- saya di kejar--" belum sempat melanjutkan ucapannya Athalla langsung membuka pintu rumah Nara, masuk, menutup kembali. Bersembunyi di baliknya.

"Kenapa, ay?" Tanya Nara heran.

Athalla menempelkan jari di bibirnya, "Jangan berisik," bisik Athalla dengan wajah paniknya.

Sementara di luar saat Dion masih keheranan, seorang gadis masuk dan menghampiri Dion di teras.

Melihat gadis itu Dion jadi tahu kenapa Athalla sangat ketakutan.

"Lihat suami aku?" Tanyanya.

Dion menggeleng, "Enggak,"

"Tapi tadi dia masuk sini loh,"

"Gak ada suami kamu disini,"

Gadis itu cemberut, menundukkan pandangannya. Detik berikutnya dia mengangkat wajahnya menatap Dion dengan sorot senang.

"Kalau gitu, om aja yang jadi suami aku yah," cengir gadis itu.

Dion menggeleng cepat, enak saja. "Enggak-enggak, saya udah punya istri, udah punya anak. Istri saya juga cantik,"

Gadis itu memainkan rambutnya, "saya juga cantik, om. Gak apa-apa jadi yang kedua juga, saya siap."

Dion bergedik ngeri, dasar Athalla sialan. Bisa-bisanya ia bersembunyi sendirian.

"Enggak. Udah kamu cari lagi suami kamu sana, mungkin dia lari ke sana," Dion menunjuk keluar rumahnya.

Setelah di bujuk lama akhirnya gadis itu pergi, Dion bisa bernapas dengan lega.

Athalla keluar dari dalam rumah, celingak-celinguk untuk memastikan situasi.

"Aman, om?"

Dion menyoroti Athalla kesal. "Kamu sudah punya istri masih aja ngapelin anak saya."

"Om--," rengek Athalla.

Nara hanya terkekeh di belakangnya.

Athalla mengusap tenggorokan, "Gak ada yang mau kasih minum, nih? Lari dari rumah lho aku," celetuknya.

***

Biarlah tadi siang menjadi pengalaman mengerikan bagi Athalla. Tapi jangan untuk malam ini.

Seperti pasangan lain, Athalla juga mau jalan-jalan santai di malam Minggu. Paling tidak untuk sekedar menyapa angin.

Jika biasanya cewek-cewek minta malam mingguan di tempat manis dan romantis, berbeda dengan Nara yang justru minta pergi ke flyover.

Disana juga banyak pasang muda-mudi yang tengah asyik berpacaran. Aneka pedangan gerobak juga terpangkal di pinggiran.

Dari atas sini Nara bisa melihat pemandangan lampu-lampu dari kendaraan yang memadati jalanan.

Athalla memberikan Sempol, "Aneh banget si ayang, pacaran kok di flyover udah kaya cabe di terongin aja kita,"

"Gpp, disini banyak jajanan," Nara menggigit Sempolnya.

Sedang asyik-asyiknya mengobrol, suara musik khas ondel-ondel membuat Nara menoleh kegirangan.

Nara segera bangkit dari duduknya, menepuk-nepuk bokong yang kotor.

"Ondel-ondel," girang Nara bukan main.

Ondel-ondel itu mendekat, berlenggak-lenggok di depan Nara.

"Misi kak," seorang pemuda menyodorkan ember bekas cat kehadapan Nara.

Nara mengambil selembar uang lima ribu dari sakunya, memasukannya kedalam ember.

Nara menunggu dengan wajah senang, tersenyum lebar siap menerima.

Sayangnya, pemuda itu malah melewati Nara membuat wajahnya seketika muram.

Athalla yang sadar dengan perubahan sang pacar mendekat.

"Kenapa?"

"Gak di kasih bendera sama abangnya," lirih Nara sendu.

Athalla terkekeh gemas. Ada-ada saja.

"Bang!" Teriak Athalla.

Pemuda itu berhenti, menatap Athalla heran.

Athalla mendekat.

Entah apa yang di katakan, Nara hanya melihat Athalla mengeluarkan uang lembaran limapuluh ribu, memasukannya kedalam ember setelah itu pemuda di hadapannya memberi bendera kepada Athalla.

"Nih, sepuluh bendera buat ayang. Kurang gak?" Athalla memberikan bendera dari lidi itu kepada Nara. Ekspresi Nara kembali senang.

"Makasih, pacar. Tapi ini kebanyakan, tau,"

"Tadinya mau minta semua padahal,"

Nara mengibaskan bendera ke kanan dan kiri. Layaknya bocah, ekspresi Nara sangat menggemaskan di mata Athalla hingga tangannya tanpa komando menarik pipi Nara, menguyel-uyel.

"Gemoy banget ayang aku," gemas Athalla.

Nara menghentikan kegiatannya, menatap Athalla dengan tangan yang di rentangkan.

"Piyuk, piyuk--" rengek Nara layaknya bayi.

Athalla tak bisa lagi menahan senyumnya. Ia mendekap gadisnya dengan erat.

"Ututu-- bayi gede,"

Nathalla [Selesai]Where stories live. Discover now