Ketemu calon mertua

373 42 0
                                    

Setelah memakai cream malam, Nara berjalan ke tempat tidur. Menarik selimut putih ke atas lalu berbaring.

Baru saja memejamkan mata, suara ketukan pintu di luar membuat niatnya untuk tidur cepat menjadi urung. Nara berdecak sebal, ia turun dari kasur berjalan menuju pintu depan sembari menghentak-hentakan kakinya.

"Siapa sih malem-malem bertamu, ganggu aja, heran."

Nara mengambil kuncir rambut di meja, menguncinya asal.

"Iya-iya bentar," sahut Nara  sedikit berteriak dari dalam, karna orang di luar mengetuk pintu rumahnya semakin kuat.

Dengan rasa dongkol Nara membuka pintu.

"Assalamualaikum, cantik,"

Mata Nara membelalak, gadis itu tertegun beberapa saat seolah meyakinkan diri bahwa yang dilihatnya memang sungguhan bukan halusinasi yang tercipta dari sebuah kerinduan yang teramat.

Orang di hadapannya tersenyum sangat tulus sembari merentangkan tangannya. Tak salah lagi, Nara langsung menghamburkan pelukan. Mengobati segala rindu dan membuang cemas dalam dekapan itu.

"Ayah, Nara kangen." Isak Nara.

Pria berkaca mata dengan janggut tipis yang Nara panggil ayah tadi mengeratkan peluknya, mencium puncak kepala anak gadis semata wayangnya itu berkali-kali.

"Ayah juga kangen,  sayang,"

Nara melepaskan pelukan, menatap lekat wajah sang ayah yang sudah hampir satu tahun hanya bertemu via virtual saja.

Kerutan di samping mata, beberapa helai rambut yang memutih. Nara mengulurkan tangan, mencubit pipi sang ayah yang sudah mulai mengendur itu.

"Ini ayah Nara kan? Ayah Dion?" Tanya Nara dengan wajah polosnya, ia masih tak yakin pria di hadapannya ini sang ayah. Karna ini memang seperti mimpi, padahal beberapa hari lalu ayahnya bilang tidak akan bisa pulang karna urusan pekerjaannya belum selesai.

"Kalo hantu gak mungkin bisa di peluk dong." Sahut ayah, tersenyum.

Ayah Dion mengacak rambut anak gadisnya, merangkul Nara, mengajaknya masuk karna angin malam yang semakin kuat menusuk tubuhnya yang sudah tidak muda lagi.

"Masuk yuk, kasian ayah kelamaan kena angin malam nanti masuk angin lagi," ajak Reni yang sedari tadi berdiri di samping sang suami.

Nara mengangguk, ia memeluk tubuh sang ayah dari samping.

***

Senyum Nara terus mengembang sedari tadi, menatap kedua orang berharga dalam hidupnya di depan sana. Setelah sekian lama, akhirnya gadis itu dapat merasakan kembali makan malam dengan keluarga lengkapnya.

Nara hanya menatap lekat setiap gerakan dua orang dewasa yang sedang di mabuk asmara itu. Mama dan ayahnya seolah lupa umur dan lupa anak, mereka asyik saja melepas rindu dengan saling menyuapi satu sama lain, sesekali tertawa kecil lalu ayah mengecup kening Mamanya dengan penuh kasih sayang. Nara sudah seperti nyamuk kebon saat ini. Hanya menyaksikan tanpa di anggap keberadaanya. Nara bisa memaklumi, tapi lama-lama ia malah kesal sendiri.

"Buset, jadi penonton drama ikan terbang nih, aku." Celetuk Nara.

Reni dan Dion hanya terkekeh, lupa jika sedari tadi Nara di hadapan mereka.

"Maaf, ayah lupa," cengir Dion.

"Iya deh, namanya orang kasmaran."

"Kamu gak makan?" Tanya Reni yang melihat piring Nara masih bersih tanpa noda.

Nara menggeleng. "Udah sikat gigi,"

"Aku ke kamar yah, besok ada janji sama Athalla soalnya. Lagian juga gak mau ganggu orang pacaran."

Nathalla [Selesai]Where stories live. Discover now