Akhir

534 36 0
                                    

Jane melempar bantal sofa ke arah Wawan dan Fenly yang tengah asyik bergulat dengan games online di handphone nya.

"Belajar yang bener, mau lulus masih aja main-main." Omel Jane.

"Ganggu aja Lo, nanggung nih bentar lagi menang," ketus Wawan tidak mau di ganggu.

Jane yang jengah akhirnya turun tangan juga, ia menarik paksa handphone dua pria itu, mendudukinya di bawah paha.

"Belajar bego, biar nilai kalian bagus. Gak malu apa sama Jaka."

Wawan mencibir, "Si Jaka mah udah pinter dari sananya. Otak modelan kaya gue sama Fenly mah mau belajar sampe mampus juga tetep aja bego."

Fenly memukul mulut Wawan cukup keras. "Lancar bener Lo ngomong bego nya."

"Fakta!"

"Woy berisik, kodok. Gue lagi fokus kaya Jerome Lo ngebacot terus." Hardik Athalla yang merasa terganggu.

"Udah tau bego, gak mau belajar. Mau jadi apa negara ini kalo isinya orang-orang kaya Lo, kambing."

Wawan hanya mendengus, ia menarik buku paket di depannya mencoba fokus membaca sebelum Jaka dan Nara ikut buka suara yang akan menambah suasana semakin bising dan panas saja nantinya.

"Terus Jak, ini kenapa bisa jumlahnya segini?" Tanya Nara, menunjuk latihan soal di bukunya.

Jaka menjelaskan dengan pelan dan singkat agar Nara dan yang lain dapat memahami dengan gampang.

Belakangan ini mereka memang sering kumpul untuk belajar bareng, karna sudah memasuki kelas 12 akhir. Mereka bahkan mengurangi waktu main tidak jelas karna takut nilai berantakan apa lagi Nara, Athalla, Jaka dan Jane yang bercita-cita masuk universitas jalur SBMPTN. Jangan tanya Wawan dan Fenly, manusia berdua itu bahkan sepertinya tidak minat sama sekali dengan perguruan tinggi, jika pun Fenly minat, ia akan masuk jalur berbayar.

Gajebo belakang rumah Fenly memang menjadi tempat favorit mereka akhir-akhir ini. Selain udaranya yang adem karna di tumbuhi pepohonan, pemandangannya juga cukup menyegarkan karna beberapa tanaman hias tertata rapi dengan kolam ikan cantik disana dan makanan melimpah juga gratis tentunya. Tak hanya itu, Wawan bahkan lebih bersemangat karna Fenly memiliki tetangga seorang gadis cantik bak Syifa Hadju. Kalo kata Wawan itung-itung sekali dayung dua pulau terlampaui, alias sambil belajar sambil caper ke doi.

"Duh bunda gak masak nih, gofood aja gpp kan?" Bunda Fenly muncul dengan dua kresek berisi makanan.

"Gpp Bun, duh maaf ngerepotin terus kita," kata Jane, sungkan.

Bunda tersenyum, mencolek dagu Jane. "Buat calon mantu mah gak ada yang ngerepotin,"

"Uhuy calon mantu," ledek Nara.

Jane hanya tersenyum malu.

***

Satu tahun di kelas 12 berlalu dengan cepat. Banyak hal-hal menarik dan menyenangkan yang mereka lalui.

Hubungan Athalla dan Nara berjalan dengan lancar tanpa hambatan, bahkan semua adik kelas menyoroti hubungan mereka dengan perasaan iri dan kagum.

Athalla memperlakukan Nara bak ratu. Membawakan tasnya hingga tempat duduk, mengikatkan rambut Nara dengan rapi dan telaten, sigap membantu tanpa di pinta dan tak pernah marah dengan rengekan manja dari Nara. Yah, Athalla menjadi sebucin itu pada Nara.

Yang membuat takjub Nara adalah saat beberapa gadis cantik entah itu adik kelas atau teman satu angkatan yang menggoda Athalla dengan cara terang-terangan, Athalla tak pernah tergoda bahkan melirik pun tidak. Ia malah memamerkan Nara dengan bangga di hadapan mereka.

Nathalla [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang