Extra part 1

505 36 3
                                    

Gabut bund, maaf yah😁 semoga sukaaaa💕 nantikan ceritaku selanjutnya yah:)

Pasir putih yang terasa halus saat di injak, deru ombak dan hamparan air biru memanjakan mata mereka.

Ujian kenaikan kelas baru saja selesai, sebagai obat penenang mereka sengaja berlibur ke pantai untuk memanjakan kembali otak yang menegang bahkan hampir terbakar.

Pantai memang selalu jadi penenang paling ampuh bagi jiwa, siapa pun yang datang akan merasa damai.

Begitu pula dengan enam remaja itu, mereka jauh-jauh dari kota, menempuh perjalanan hampir 4 jam untuk menghampiri kedamaian itu.

Embusan angin pantai mengibaskan rambut Nara dan Jane yang terurai, menari kesana-kemari sesuai irama angin.

Nara merentangkan tangannya, membiarkan angin menerjang tubuhnya.

"Berasa pantai pribadi," Nara terkagum-kagum dibuatnya. Apa lagi hari ini pengunjung pantai tidak begitu ramai, malah bisa terbilang sepi. Di sudut ini saja hanya ada mereka berenam.

Jane melempar sunblock ke arah Nara yang sayangnya melenceng dari tangkapannya. Nara memungut botol itu lalu menuang isinya ke tangan dan mengusapkannya ke seluruh tubuh agar tidak gosong.

"Kayanya gue remedial deh, matematika," keluh Jane, merasa ragu dengan semua jawabannya kemarin.

"Paling disuruh bawa buku paket atau makanan, kaya gak tau Bu Jule aja, lo," Nara masih sibuk mengusapkan krim ke tangannya.

"Gak kerasa yah, udah mau jadi senior," Nara terkekeh. Gadis itu sedang memikirkan apa yang akan di lakukan nya saat predikat senior itu tersematkan nanti.

"Gak boleh bully-bully anak baru, mau gue gibeng lo?" Ancam Jane, ia mendelik tajam ke arah Nara dengan tangan kanan yang mengepal di udara.

"Santai galak banget. Lagian kemarin aja lo di bully terus sama tiga anak ayam," Nara bersungut. Jika mengingat kejadian dimana Jane di guyur dengan jus manga hingga membuat bajunya basah dan lengket, dada Nara bergemuruh naik turun tak beraturan karna emosi yang tertahan.

"Bales dendam bukan solusi yang tepat, Ra. Ikhlasin aja, toh Tuhan tau semuanya," ucap Jane sangat bijak.

Nara tersenyum mendengar jawaban Jane. Si preman ini kadang emang suka bener.

"Hey," Athalla yang tiba-tiba muncul itu merangkul Nara.

"Darimana aja sih, ayang?" Tanya Nara dengan wajah cemberut.

Athalla yang gemas menarik hidung Nara dengan dua jarinya. "Habis sewa saung sama anak-anak."

Nara hanya menggut-manggut layaknya anak burung.

"Mainnya agak sorean aja, sekarang makan dulu." ajak Athalla.

Jane berdecak kesal di samping Nara, "Mentang-mentang pasangan baru, bucin terus." gerutu Jane.

"Kaya lo enggak aja."

***

Beberapa menu seafood terhidang dengan bumbu aneka macam. Wawan sudah menampa piring yang terisi nasi dan semua jenis menu.

"Buset, gercep banget yah kalo soal makan." sindir Jane.

"Karna bucin gak bikin kenyang!" balas Wawan, menohok.

Nara mengambil piring dan menyendoki sedikit nasi.

"Ini apa?" Tunjuk Nara pada piring paling pojok.

"Tumis kadal," sahut Wawan asal.

Wawan menunjuk piring di sampingnya. "Yang ini kodok kecap," telunjuk Wawan beralih ke piring berikutnya. "Sup tokek dan ini bakar tikus."

Nara hanya memutar matanya malas. Tak berniat meladeni Wawan.

Mereka menikmati hidangan dengan sesekali mengobrol ringan.

"Harga minyak katanya melangit yah?" Tanya Fenly, random.

"Gue denger sih gitu," sahut Jaka.

"Lah ngapa puyeng sih, lo, masak aja kaga." protes Athalla.

"Ya kan kasihan bunda gue,"

"Kaya bunda lo masak aja." kata Wawan ikut menimpali.

"Tau, harusnya yang dikasihani itu gue. Gue kan jual kue dan aneka gorengan, Lo tau untungnya gak seberapa di tambah harga minyak melambung, gue makan apa coba." kata Jane.

"Ya makan aja kue yang lo jual." kata Wawan.

"Kalo bunuh orang dapet pahala, udah gue bunuh lo, Wan." Pekik Jane tajam.

***

Jane dan Nara heboh meneriaki pacar mereka masing-masing yang tengah bertanding voli pantai di depannya.

Athalla kali ini berpasangan dengan Wawan, mereka harus bisa mengalah Fenly dan Jaka untuk menjadi pemenang.

Sebenernya Nara tidak mengerti permainan voli seperti apa, ia hanya teriak-teriak tak jelas saat bola jatuh ke tanah, kadang ia bersorak gembira padahal poin bukan jatuh ke tim Athalla dan Wawan.

"Lo ngerti permainannya gak sih." Jane menjitak kepala Nara kesal. Kupingnya hampir budek dibuat gadis itu.

Nara mengaduh, mengelus kepalannya yang terasa sedikit perih itu. "Ya-- enggak sih." Cengirnya.

"Natural banget, begonya."

***

Matahari sudah turun, ingin pulang kerumahnya hingga membuat warna jingga telukis indah di ujung pantai sana.

Athalla dan Nara duduk di tepi pantai. Sesekali kaki mereka terkena sapuan ombak. Angin sore yang santai membuat suasana semakin terasa damai.

"Gue mau kaya senja." Athalla menunjuk ke langit jingga.

Nara menoleh sekilas lalu kembali fokus menatap pantai yang ombaknya sedang pasang itu.

"Kenapa?"

"Senja gak pernah lelah kasih keindahan dan kesan baik." kata Athalla.

"Tapi senja cuma sesaat. Seindah apa pun jika datangnya hanya untuk singgah buat apa." Protes Nara.

"Iya juga sih,"

Hening beberapa saat, hanya deru ombak dan embusan angin yang terdengar di antara keduanya.

"Ra," Athalla sudah menatap Nara lekat sedari tadi.

"Hm," Nara menoleh, pandangan mereka bertabrakan. Saling melempar tatapan penuh arti beberapa saat disana.

"Gue boleh minta sesuatu?" Terdengar keraguan dari ucapan Athalla.

"Apa?"

"Hm-- boleh merem?"

Nara tertegun beberapa saat, berpikir sejenak sebelum akhirnya ia mengangguk dan menutup matanya.

Nathalla [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang