Gak bisa ngabarin, kah?

650 101 2
                                    


Nara membuka sendal di depan gerbang rumah Athalla, menjinjingnya sambil berjalan dengan sangat pelan menggunakan kaki depan, agar tidak menimbulkan suara sedikitpun.

Athalla memarkirkan sepeda Nara di halamannya.

"Rumah gue aman, gak akan ada maling." Gumam Athalla, memasukan sepeda Nara kedalam halaman rumahnya.

Athalla menaikan satu alisnya, heran menyadari tingkah aneh Nara yang berjalan jingjit di belakangnya.

"Lo ngapain sih? Kaya maling aja." Tegurnya.

Nara meletakan jari telunjuk di bibirnya.

"Hussttt... Jangan berisik."

Athalla melongo, sebelah alisnya terangkat.

"Gue gak mau bangunin tidur nyenyaknya anjing lo," tambah Nara, berbisik sangat pelan, bahkan hampir tidak terdengar.

Athalla yang iseng tiba-tiba saja mengambil batu kecil yang ada di halaman, menimpukannya ke arah anjing.

Hanya dalam hitungan detik, anjing hitam itu bangun dari mimpi indahnya, menggonggong garang ke arah Athalla dan Nara.

"Guk... Guk... Gukk..."

Reflek Nara menaikan satu kakinya ke atas pagar, ketakutan.

"Athalla gila." Teriak Nara.

Athalla hanya terbahak.

"Udah turun sini." Athalla menjulurkan tangannya, membantu Nara untuk turun.

Gadis itu menyoroti Athalla tajam, memakinya tanpa ampun.

__

"Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam." Jawab Sasha yang tengah menggendong Gladis di ruang tamu.

"Eh, ada ibu tirinya Gladis." Sapa Sasha, saat Nara muncul di balik punggung Athalla.

Nara merentangkan tangannya antusias.

"Halo anak tiri," sapa Nara, mengelus gemas kepala kucing itu dengan kedua tangan.

Gladis hanya mengerjapkan mata manja, seolah menikmati sentuhan dari tangan Nara.

"Tante sama om kemana, kak?" Tanya Nara.

"Biasa lah, dateing. Mereka emang gak pernah sadar diri, udah tua gaya kaya anak muda." Cibir Sasha.

Nara hanya tertawa kecil, menanggapinya.

"Udah hamil besar kamu yah," Nara mengembalikan topik, ia menoel-toel perut Gladis yang sudah membuncit.

"Lima hari lagi lahiran dia." Kata Sasha, memberi informasi.

"Tapi harus di sesar." Lanjut Sasha dengan wajah sendu.

Nara mengambil alih Gladis dari Sasha, menggendongnya seperti bayi.

"Kasihannya anak tiriku." Nara mengelus-elus hewan berbulu itu dengan tatapan sedih.

"Kamu pasti kuat. Semangat yah, demi anak-anak yang gomoy kamu harus berkorban." Nara memberi semangat.

"Lama-lama kalian satu frekuensi yah." Celetuk Athalla yang baru saja turun dari kamarnya, membawa buku catatan Nara.

Baik Sasha maupun Nara tidak mengacuhkan ucapan Athalla, mereka memilih mengelus kucing hamil itu.

"Nih buku lo, udah gue isi." Athalla menaruh buku di atas meja.

"Duh pinternya." Puji Nara dengan wajah berbinar.

"Dari dulu pinteran siapa lo sama gue?" Pamer  Athalla dengan sombong.

Nathalla [Selesai]Where stories live. Discover now