Obsesi

315 46 5
                                    

"Habis dari mana, lo?" Tanya pria berambut gondrong yang duduk bersandar sembari mengisap rokok di tangannya.

Galih mendudukan bokong di samping pria itu, menepuk pahanya pelan.

"Biasa," balasnya, mengambil sebatang rokok yang tergeletak di atas meja.

Ke lima temannya sudah tahu, sejak kejadian itu Galih memang sering menemui gadis yang di tolongnya, mungkin pria tinggi itu sudah mulai terpikat dengan pesona gadis itu yang tidak bisa di ragukan lagi.

"Cuih," pria berambut cepak di depannya membuang ludah, kesal.

"Bro, lo nolongin dia, nemenin dia curhat tapi lo gak gak dapet apa-apa buat apa, bro?" Imbuhnya.

Pria gondrong di sampingnya tadi menuangkan minuman alkohol kedalam gelas, menyodorkannya pada Galih yang langsung di terima pria itu.

"Jangan bego, Bro, kita cowok, munafik aja kalo lo gak mau dia, kan." Celetuk teman satunya, mengompori.

Galih meleguk habis minuman yang di berikan temannya tadi.

"Nih," pria yang tadi duduk di depan Galih, kini mengambil posisi duduk di sampingnya, menepuk pundak Galih.

"Lo bayangin, betapa nikmatnya dia. Parasnya yang cantik, bodynya yang beuh--- anak ayah Rojak aja lewat."

Kelima temannya itu semakin gencer mengompori Galih.

Bayang-bayang gadis itu seolah enggan pergi dari kepala Galih, bagaimana ia tersenyum juga mengibaskan rambut yang semakin membuat pesonanya terpancar.

Ia jadi termakan omongan-omongan brengsek dari mulut teman-temannya. Tapi tak bohong jika memang dia mulai terobsesi pada gadis itu. Lagi pula, ia juga tak kalah hebat dari pria yang sering di ceritakan gadis itu.

"Minum lagi, Bro."

Kali ini satu botol langsung di teguk Galih tanpa sisa, matanya sudah merah, pikirannya sudah terbang tidak beraturan.

"Jangan mau di perbudak cewek, Bro," imbuh pria di sampingnya yang langsung di setujui yang lain.

***

"Lo mau jadi pacar gue?" Tanya pria itu.

Gadis yang duduk di depannya menggeleng dengan cepat, menolak mentah-mentah permintaan pria di hadapannya.

"Enggak, gila aja gue pacaran sama, Lo," pekiknya.

Pria itu tertawa kecil.

"Kenapa?"

"Gue masih anak SMA, baru kelas 11 sedangkan Lo udah kerja."

"Itu bukan masalah, lagian gue baru 20 tahun." Ucapnya enteng.

Gadis itu menatap kesal pria di sampingnya.

"Tetep aja enggak, lo berantakan, hidup lo aja gak beraturan, so-soan mau ngajak gue pacaran."

"Tapi gue udah nolong lo, dari preman-preman itu, mau gak mau lo harus jadi pacar gue sebagai balas budi."

Pria itu terus memaksa sang gadis untuk menjadi kekasihnya, membuat gadis itu hanya geleng-geleng kelapa tak habis pikir. Padahal dari kemarin dia baik-baik saja tidak mengungkit kejadian itu sedikit pun.

"Jadi lo gak ikhlas nolong gue?"

"Bukan soal iklhas gak ikhlas, tapi gue udah nolong lo dari kematian, artinya, lo-- berhutang nyawa sama gue."

Nathalla [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang