Gapapa, cuma gagal

353 37 0
                                    


Kalian masih ingat, tentang seleksi band yang pernah D'Black Boys bahas untuk tampil di acara festival musik akhir bulan ini.

Setelah hampir satu bulan latihan, hari yang di tunggu akhirnya tiba. Satu Minggu lalu, Athalla dan Wawan sudah mengisi lembar pendaftaran audisi dan hari ini mereka akan kembali ke gedung tiga tingkat yang terletak di pinggiran jalan Jakarta untuk mempersembahkan penampilan terbaik mereka.

Pagi-pagi sekali, Wawan sudah heboh di grup chat, mengingatkan ketiga temannya untuk tidak terlambat. Tak terkecuali Fenly, ia bahkan menelpon Jaka dan Athalla setengah jam sekali sejak pukul 04:00 pagi.

Athalla meraih gelas berisi susu, meleguk cepat tanpa membiarkan pantatnya menyentuh kursi.

"Eh, kuda. Minumnya duduk dong, biar kaya anak manusia." Tegur Shasa.

Athalla tak mengacuhkannya, ia menaruh gelas yang isinya sudah lenyap masuk kedalam perut lalu menyalimi Rohmat dan Karin secara bergantian, tak lupa meminta doa restu agar penampilannya lancar.

"Pa, doain Athalla sama temen-temen yah, semoga bisa lolos seleksi dan bisa manggung di festival musik tahunan." Ucap Athalla meminta restu, ia meletakan hidungnya di punggung tangan Rohmat.

Rohmat mengelus punggung anak lelakinya dengan lembut, menyalurkan semangat kepada Athalla. "Iya, Dhe, papa doain. Kamu jangan mikirin apa-apa, jangan mikirin bisa tampil di festival musik dulu. Karna yang terpenting sekarang hanya penampilan terbaik aja." Kata Rohmat, memberi wejengan.

"Pokoknya, kamu harus berikan yang terbaik. Soal lolos atau enggaknya kan bonus."

Athalla mencium punggung tangan Rohmat lalu melepaskan jabatan tangannya, ia mengangguk kecil. Athalla bergeser ke Karin, melakukan hal yang sama kepada Mamanya itu.

"Mama tau Ade anak hebat, meskipun nanti Ade gagal disana, jangan patah semangat. Karna festival musik bukan tolak ukur kesuksesan band Ade kedepannya." Ucap Karin.

Athalla mencium pipi Karin setelah salaman.

"Ya udah, Athalla berangkat yah. Pa, Ma." Athalla berpamitan, ia berjalan melewati Shasa begitu saja.

"Eh, anak tikus." Teriak Shasa, melempar sobekan roti ke arah Athalla.

Athalla menoleh. "Parah banget ngatain Papa sama Mama tikus."

"Gak gitu, lagian elo gak ada sopan-sopannya sama gue. Main nyelonong aja." Gerutu Shasa, tak terima.

"Ya terus gue harus apa?" Athalla mulai sewot.

Shasa mengukurkan tangannya di depan Athalla. "Salim, bulak balik sepuluh kali." Titah Shasa.

Athalla memutar bola matanya malas. "Ogah!" Ketusnya, menolak mentah-mentah.

Athalla mengayunkan kaki tanpa mengindahkan makian Shasa di belakangnya juga tawa kecil kedua orangtuanya.

***

Tidak usah tanyakan bagaimana perasaan D'Black Boys saat ini. Ritme jantungnya 5kali lebih cepat dari biasa. Bahkan Jaka yang tenang saja mulai cemas, keringat dingin mengalir di pelipisnya wajah gelisah pria itu sangat ketara sekarang.

Fenly meremas-remas tangannya yang mulai mendingin, sedangkan Wawan, pria itu sedari tadi mundar-mandir tak jelas untuk menghilangkan nervous, bahkan kakinya pun sudah mulai bergetar dan lemas.

Athalla, pria itu hanya diam menatap kedepan dengan mulut yang sibuk kumat-kamit layaknya Mbah dukun yang sedang mengobati pasiennya.

"Tha, lo ngapain?" Tegur Jaka.

"Baca mantra pak Tarno biar gak nervous." Sahutnya, asal.

Seorang pria memanggil D'Black Boys untuk masuk kedalam ruangan, keempat anak laki-laki itu kompak membuang napas perlahan melalui mulutnya.

"Semangat, yuk." Jaka menepuk pundak Athalla sebelum melangkahkan kaki memasuki ruangan.

Nara yang sedari tadi hanya duduk di samping Athalla kini ikut berdiri, gadis itu bersorak dengan lantang memberikan semangat kepada keempat temannya.

"Semangat, guys, kalian pasti bisa." Ucap Nara.

Kurang lebih sepuluh menit sudah D'Black Boys berada di dalam ruangan dan Nara hanya duduk dengan dagu yang ia tempelkan di lengan sebagai penopang, menunggu mereka keluar dengan perasaan harap-harap cemas.

Beberapa detik berikutnya, pintu hitam besar itu terbuka. Muncul Wawan paling depan dengan raut wajah masam, lalu Fenly dengan memasang wajah kecewa sedangkan Jaka dan Athalla hanya diam tanpa kata, wajah keduanya datar tanpa ekspresi.

Nara bangkit untuk menghampiri mereka.

"Gimana?" Tanya Nara.

Athalla menggeleng lemah. "Belum lolos." Katanya lirih.

Nara tersenyum menatap mereka secara bergantian. "Gak masalah, masih ada tahun besok." Ucap Nara, menenangkan.

Jaka mengangguk. "Ya udah yuk, balik. Gue laper." Ajaknya.

***

Nara mengajak keempat pria itu ke satu restoran untuk menghibur diri, membuang segala kekecewaan dan ke pasrahan yang saat ini sedang menerpa mereka.

View restoran yang cantik berhasil membuat hati mereka sedikit menenang.

"Mau pesan apa? Bebas, gue yang bayar." Ucap Nara.

Wawan yang berdiri sembari menghirup udara segar sebanyak-banyaknya itu menoleh.

"Serius?"

Nara mengangguk.

"Ada maksud apa, lo. Tumben banget."

Nara memutar bola mata jengah. "Kenapa sih, lo, doyan banget memfitnah gue." Kesalnya.

"Gue cuma tanya. Tapi makasih, gue mau take away sekalian gapapa kan?"

Nara mengembuskan napas kasar. "Cih, sok jual mahal, padahal gak mau rugi." Sindir Nara.

Nathalla [Selesai]Where stories live. Discover now