Kakak posesif

368 35 1
                                    

Wawan dengan sengaja memesan Boba via gofood, membagikannya ke kedua temannya lalu menyedot dengan sengaja di depan Athalla, menggodanya.

Dengan penuh kenikmatan Wawan meleguk hingga terdengar nyaring bunyi tegukannya. Membuat Athalla dengan susah payah menelan salivanya, membayangkan minuman segar itu membasahi tenggorokannya yang kesat dan pahit. Emang dasar teman tidak punya akhlak.

Wawan menjilat bibirnya sendiri, tangan kirinya mengelus tenggorokan bagaikan iklan minuman penyegar serbuk Adem Sari.

"Seger banget." Ucap Wawan, matanya merem melek.

"Ya Allah lindungilah hamba mu dari setan-setan yang terkutuk." Maki Athalla.

Bukannya berhenti, Wawan malah semakin gencer menggoda Athalla.

"Gimana kalo infus lo di ganti aja sama bobo, gila sih enak banget." Usul Fenly asal.

"Ya udah coba panggil dokter, suru cepet ganti infus gue pake Boba rasa coklat full toping puding mangga yah."

"Gobloknya, natural banget." Ledek Wawan.

Kadang Athalla harus mempunyai kesabaran ekstra untuk menghadapi sahabat-sahabat randomnya yang kadang ngeselinnya lebih dari netizen +62 yang tak berakhlak.

Bilangnya mau menemaninya di rumah sakit, tapi kenyataan yang sebenarnya malah pamer Boba di rumah sakit. Jika saja tidak ada kak Shasa yang melototinya dari sofa Athalla akan merampas Boba di tangan Wawan dan meleguknya tanpa ampun.

"Awas aja, gue sembuh Boba depan sekolah gue borong semua." Ancam Athalla sungguh-sungguh.

***

Setelah Athalla sadar, Shasa sang kakak menjadi orang paling posesif. Padahal biasanya, gadis itu seolah tak mau tahu apa pun tentang adiknya, karna ribet dan memusingkan. Tapi perhari ini, Shasa menjadi kakak yang cekatan dan posesif layaknya ibu muda yang baru di karunia anak.

Athalla gerak sedikit saja Shasa sudah teriak heboh, bukannya senang di perhatikan oleh sang kakak Athalla malah merasa risih dan jijik.

"Kak, udah dong, Athalla kan bukan bocah TK yang habis sunat lho ini." Protes Athalla saat Shasa ngotot ingin menyuapinya, karna takut lengan sang adik kenapa-napa dan membuat masa pemulihannya menjadi lebih lama.

"Bisa gak gak usah rewel?" Shasa melotot dengan wajah datar ke arah Athalla yang ada di depannya, kembali menyodorkan sendok ke mulut pria itu.

Athalla melahap makanannya dengan setengah emosi. Dipikir-pikir lagi, mending Shasa yang cerewet dan ketus dari pada posesif begini membuat Athalla tidak bisa berbuat apa-apa.

"Kalo lo makan sendiri nanti tangannya banyak gerak, lama lagi ke sembuh."

Athalla hanya membuang pandangan ke arah lain sembari menggelengkan kepala kecil mengikuti ritme ocehan sang kakak.

"Mau di tunda sampai kapan pernikahan gue coba, kalo lo nya batu."

"Nikah tinggal nikah, ngapa nyalahin gue." Protes Athalla tak terima.

"Nanti siapa yang jadi kang cuci piring, hah?"

Athalla melotot tak percaya, bisa-bisanya wajah setampan Ohm Pawat jadi tukang cuci piring di acara kakaknya sendiri.

***

"Athalla, taro gak." Teriak Shasa yang baru saja memasuki ruangan inap Athalla.

Athalla mengernyitkan dahi, baru saja datang sudah marah-marah. Rasanya jika sehari saja tidak ngoceh apa kakak Shasa akan meninggal?

"Apa sih kak?"

"Gelasnya taro."

"Astaghfirullah, kak--"

Belum sempat Athalla melanjutkan ucapannya Shasa sudah menarik gelas di tangannya, memapah tubuh Athalla untuk kembali naik ke atas ranjangnya.

"Udah gue bilang kalo mau apa-apa itu kasih tau gue. Jangan turun dari kasur Athalla, nanti kalo lo kenapa-napa gimana? Bisa gak sih kalo di kasih tau kakak itu nurut aja gitu. Batu banget jadi anak." Omel Shasa panjang lebar.

Athalla menarik napas dalam, mengembuskannya perlahan. Ia benar-benar seperti anak yang baru sunat, padahal anak sunat zaman sekarang baru kepotong beberapa jam saja sudah bisa goes sepeda keliling komplek.

"Ambil gelas doang kak, haus."

"Kan bisa kasih tau gue,"

"Kan tadi Lo keluar, nunggu balik mah keburu gue dehidrasi."

Shasa menoyor jidat Athalla. "Apa gunanya hp, bego."

Shasa mengambil gelas di atas nakas, membantu Athalla untuk meminumnya.

"Berasa orang lumpuh gue kalo gini," gerutu Athalla.

"Padahal tadi gelasnya udah di tangan lho, tinggal di leguk doang isinya."

"Gak usah banyak omong, cepetan minum, gue pegel." Protes Shasa dengan wajah super juteknya.

Shasa menaruh kembali gelas ke atas nakas setelah Athalla selesai meminumnya. Gadis itu membuka plastik penutup makanan, mengaduk isinya sebentar lalu menyuapinya ke Athalla.

"Eh, omong-omong gue lupa kasih tau Nara kalo lo udah sadar, gue kasih tau sekarang deh biar gak lupa."

Shasa bangkit dari duduknya hendak mengambil handphone di dalam tas yang terletak di atas sofa, namun baru saja membalikan badan Athalla menahan lengan Shasa, menyuruhnya untuk kembali duduk menggunakan isyarat.

Shasa memicingkan mata kearah Athalla, tidak biasanya adik bungsunya ini melarangnya memberi tahu kabar baik ke Nara. Padahal perkara anaknya Gladis bisa manjat saja dia heboh meminta Shasa merekam Vidio dan menyuruhnya memamerkan ke Nara.

"Kenapa?" Tanya Shasa heran.

Athalla menggaruk belakang kepalanya, "I--itu, udah gue kabarin," sahutnya sedikit gugup.

Shasa sepertinya tidak yakin dengan ucapan sang adik, atau mereka masih bertengkar kah? "Beneran?" Alis Shasa terangkat, menatap sang adik penuh selidik.

"I-- iya, gak percaya banget Lo sama gue."

Shasa semakin menatap Athalla lebih dalam.

"Mungkin aja dia, dia sibuk. Jadi belum sempat jenguk gue." Athalla beralibi, padahal ia sendiri pun ragu dengan ucapannya sendiri.

Shasa hanya manggut-manggut, seolah paham dengan situasi antara Athalla dan Nara. Melihat itu Athalla bisa bernapas lega.

Sebenarnya Athalla tidak mengabari Nara, bahkan semenjak kejadian itu ia tak lagi bertemu Nara. Athalla juga yakin bahwa sebenarnya gadis itu sudah tau kabar dirinya dari teman-temannya, dasarnya saja ia tak ingin bertemu Athalla.

'Apa mungkin selama gue koma pun, Nara gak jenguk gue? Sebenci itu dia sama gue?' batin Athalla.

Siapa sih yang tidak mau di jenguk sang pujaan? Rasanya bertemu Nara sebentar saja, cukup dengan melihatnya tersenyum tulus ke Athalla, rasa sakit itu akan minder dan pergi dengan cepat. Bahkan Athalla pasti langsung bisa salto, jungkir balik bahkan roll depan.

"Gue tau lo bohong." Kata Shasa.

Athalla sedikit tersentak, khayalannya buyar seketika.

"Kalo ada masalah selesaikan baik-baik, jangan bunuh diri lagi." Shasa menatap sang adik tajam melalui ujung matanya.

"Kalo lo bertindak di luar otak lagi, gue pastikan Lo akan mati membusuk di rumah sakit." Ancam Shasa membuat Athalla bergedik ngeri.

"Gila sadis banget, kakak gue."

Nathalla [Selesai]Where stories live. Discover now