Apa?

378 34 1
                                    

Jane mengutuki Nara tanpa henti, bisa-bisanya gadis itu membuat ulah pagi-pagi begini. Padahal Jane sudah senang di beri bekal oleh Nara, sialnya ia lupa bahwa Ainara Dhevania bukan gadis waras.

Roti isi ayam yang Jane kira akan sangat enak itu ternyata di isi banyak cabai kering bubuk, membuat Jane kelabakan mencari air. Sedangkan Nara, gadis itu malah tertawa dengan puasnya.

"Sial." Pekik Jane.

"Hahah. Maaf tapi muka lo lucu." Tawa Nara kembali menyumbar.

Jane sudah mangap-mangap sembari mengipasi mulutnya saking pedasnya.

"Eh, pacar kenapa?" Tanya Fenly yang tiba-tiba saja datang entah dari arah mana.

Jane memasang wajah melas, seolah meminta di kasihani oleh sang pacar.

"Pacar, aku di kerjain Nara, masa." Rengek Jane mengadu.

Nara hanya bengong, mencoba mencerna hal aneh yang baru saja didengarnya. "Eh, sejak kapan kalian pacaran?" Tanyanya penasaran.

Fenly tersenyum dengan sombong, "Seminggu lalu." Sahutnya.

"Kok lo mau sih Jane sama si Fenly ini?" Nara menunjuk Fenly tepat di jidiatnya yang langsung di tepis oleh cowok itu. "Dia kan alay."

Fenly menyentil jidat Nara.

"Eh, Sukiyem, sembarangan kalo ngomong." Ketusnya.

Nara mengelus jidatnya, cemberut.

"Yah jelas mau dong. Fenly Abraham kan ganteng, baik hati dan kaya raya." Katanya, bangga.

Nara memutar bola matanya malas. "Pede banget anda." Sinisnya.

"Pacar, pedes." Jane kembali merengek, matanya sudah berair saking tak kuat menahan pedasnya.

Fenly tersadar, ia menghentikan perdebatan kecilnya dengan Nara.

"Aduh aku lupa, pacar." Fenly mulai panik, pria itu segera berlari menuju kantin untuk membeli sebotol minum.

"Aneh banget lo, pacaran sama Fenly," Komentar Nara, ia mengeluarkan botol minum di dalam tasnya memberikan kepada Jane.

Jane langsung menyambarnya cepat, meleguknya tanpa ampun.

"Dari tadi kek, dodol! Doyan banget liat gue tersiksa." Umpat Jane tajam.

Nara hanya cengengesan.

"Tapi kok lo bisa pacaran sama Fenly?" Tanya Nara lagi, kali ini dengan wajah serius.

Jane menutup botol minum terlebih dahulu. "Gue gak tau kenapa, tapi soal hati kan emang gak pernah ada yang tahu jalannya mau kemana." Jelas Jane.

"Lo pernah gak sih ngerasa nyaman banget dekat seseorang?" Tanya Jane, menoleh ke Nara sebelum melanjutkan ucapannya.

"Ngerasa kalo dia satu-satunya manusia yang paling ngertiin lo, dimana kalo dekat dia bawaannya jantung dugem terus gitu, dan perasaan seolah bergejolak di penuhi oleh kupu-kupu yang berterbangan dengan bahagianya. Nah itu jawabannya, kenapa gue bisa pacaran sama Fenly." Ungkap Jane, tersenyum kecil.

Nara hanya menggaruk kepalanya, bingung dengan apa yang di ucapkan Jane.

"Duh, gue puyeng deh."

Jane membuang napasnya kasar. "Nanti juga lo paham,"

***

Taman sekolah mungkin menjadi tempat favorit bagi Nara dan Athalla, selain tidak banyak orang yang menjamah tempat ini, udaranya yang cukup sejuk dengan beberapa pohon besar yang seolah menampa sinar matahari dengan daun-daunnya yang rimbun juga menjadikan tempat ini sangat cocok untuk menenangkan diri.

Nathalla [Selesai]Where stories live. Discover now