D'Black Boys

470 46 0
                                    


Lengkingan suara Jane menggema di lorong kelas, Nara sampai mengamankan pendengarannya, menutup rapat-rapat telinga agar tidak rusak karna ulah Jane.

Jane berjalan cepat menghampiri sahabatnya dengan wajah sangar. Ia berhenti di hadapan Nara yang tengah membersihkan telinganya dari sisa-sisa suara Jane yang tertinggal, dengan tatapan tajam.

"Bego banget sih." Maki Jane.

"Ngotak sedikit bisa gak?" Omelnya tak ada habisnya.

Nara hanya diam menatap datar, sudah biasa dengan ucapan pedas gadis itu.

"Sehari gak bikin kepala gue pusing emang gak bisa?" Ucap Jane sangat ketus.

Nara menggeleng, "Kayanya gak bisa, kan kehadiran lo emang buat gue susahin." Kata Nara, santai.

"Gue keliling ke Toko sahabat terus ke taman kota yang jauhnya se-mars, cuma buat cari lo." Jane geleng-geleng kepala tak habis pikir.

Nara menghembuskan napas, malas. "Udah ngomelnya?"

Tanpa aba-aba Jane meluk gadis chubby di depannya, melepaskan rasa khawatir yang sejak semalam menghantuinya.

"Kalo ada apa-apa dateng ke gue, jangan kabur-kaburan, bikin panik tau gak." Jane berbisik, sedikit terisak dalam pelukan Nara.

Nara tertawa kecil, melepas pelukan Jane. Tawa Nara menyembur keras saat melihat buliran air mata Jane yang lolos.

"Hahah,"

Jane memukul lengan Nara pelan, tangannya dengan cepat mengusut air di pipinya.

"Ih, nyebelin." Ucap Jane, malu.

"Abis lo lucu," Nara tertawa lagi.

"Gue khawatir tau, gimana kalo lo kenapa-napa? Lo kan gitu anaknya, gila. Gak mungkin mikir logis kalo mau bertindak." Kata Jane, menurunkan bibirnya.

Nara memeluk Jane sebentar, terharu dengan sahabatnya itu.

"Kalo ada apa-apa sama lo, gue ngerasa gagal jadi sahabat. Apa lagi gue tau pas lo nangis tapi gak gue kejar." Ucap Jane menyalahkan dirinya sendiri.

"Hust, gak boleh nyalahin diri sendiri." Nara meralat ucapan Jane.

"Lagian gue gak kabur kok, lo liat mata gue." Nara menyentuh bawah matanya.

"Lo abis nangis berapa abad?" Tanya Jane, yang baru menyadari mata Nara yang membengkak.

"Makannya itu gue kompres mata dulu biar mama gak panik." Kata Nara.

Jane hanya mengangguk kecil.

Jane menaruh kedua tangannya di pundak Nara. "Ya udah intinya kalo ada apa-apa, cerita sama gue."

Nara menarik ujung bibirnya membentuk bulan sabit. "Pasti."

Nara dan Jane berpelukan lagi saling melampiaskan rasa sayang dan peduli satu sama lain.

***

Jaka satu-satunya anak ambisius yang sangat peduli akan akademik di antara tiga temannya.

Di tengah-tengah kegaduhan Wawan yang sedang asyik memukul-pukul drum sambil bernyanyi dengan suara cemprengnya, Jaka masih saja fokus pada buku paket kimianya, tangannya bergulat dengan buku catatan, mempelajari materi yang akan di ujikan minggu depan.

Ruang musik yang mereka sewa memang kedap suara, jadi sebising apa pun tak akan terdengar hingga keluar.

"Jak, anak-anak lama banget sih." Jaka menduduk bokong di sofa panjang, memposisikan diri samping kanan Jaka, menyandarkan punggungnya di badan sofa.

Nathalla [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang