Cemburu?

373 44 1
                                    


Dua bungkus nasi Padang di jinjingnya dalam plastik putih. Athalla tersenyum, ia mencium aroma sedap khas nasi bungkus daerah Minang itu.

Kakinya mengayun dengan langkah lebar, tak sabar melihat ekspresi bahagia Nara mendapatkan nasi dengan lauk kesukaannya, rendang dan ayam pop.

"Ngobrol apa aja yah mereka di dalem?" Ucap Athalla bermonolog, menduga-duga obrolan dua gadis di dalam ruang inap itu.

Athalla baru saja menginjakan kaki di halaman rumah sakit, namun langkahnya terhenti karna tak sengaja mendapati Nara keluar dari gedung utama bersama Kinan. Seolah tidak pernah terjadi sesuatu antara mereka, keduanya saling menghamburkan tawa hangat, bahkan tangan Kinan tanpa ragu mencubit pipi tembam Nara.

Athalla diam di tempat, dengan susah payah menelan ludahnya. Tak tahu harus bereaksi seperti apa.

Athalla tahu, memulai kisah dengan orang baru memang sulit, berbeda dengan mempertahankan dan mencoba memperbaiki kisah lama. Kinan lebih tahu hampir semua tentang Nara, hal itu sudah jelas dapat dengan mudah membuat Nara kembali ke pelukan pria itu saat luka kemarin sudah mulai mengering. Sedangkan Athalla? Kisahnya saja belum mulai, tapi sudah selesai duluan.

Athalla sepertinya tak membiarkan Nara dan Kinan berduaan, pria itu dengan sengaja membuntuti mereka tanpa sepengetahuan.

Athalla takut Nara nanti kembali di patahkan oleh Kinan, bagaimana jika di tengah jalan Nara di turunkan sambil menangis sesenggukan? Oke, itu hanya sebuah alibi konyol, nyatanya Athalla memang sengaja membuntuti karna tak mau mereka semakin dekat, itu saja.

Motor yang di tunggangi Nara dan Kinan sudah melaju bebas di jalanan, Athalla segera memakai helmnya, membuntuti diam-diam.

Mata Athalla menyipit, memperjelas pandangan sembari menduga-duga apa yang mereka bicarakan. Untung saja di depannya terhalang dua-tiga motor, Athalla bisa dengan bebas memantau tanpa takut ke tahuan.

***

Motor Kinan berhenti di depan rumah Nara, dari kejauhan Athalla dapat melihat pria itu membukakan helm Nara lalu merapikan anak rambut gadis itu, menyelipkannya ke belakang telinga.

Athalla menunggu beberapa saat sampai akhirnya Kinan melambaikan tangan lalu melajukan motornya, menjauhi rumah Nara.

Selang beberapa detik Athalla menarik gas motornya, menghentikannya tepat di depan Nara.

Gadis itu tersentak kaget. "Eh, kok lo di sini?"

Athalla menurunkan standar motornya. "Harusnya gue dimana?" Tanya Athalla dengan wajah datar.

"Bu--bukannya lo di rumah sakit?"

Athalla melipat tangannya di atas stang motor, menatap lekat manik mata Nara. "Harusnya gue yang tanya, lo kenapa pulang duluan ninggalin gue?"

Nara menggaruk belakang kepalanya, otaknya dengan keras mencari alibi tepat untuk menjawab pertanyaan Athalla.

"Gue-- gue, ah iya."

"Gue di telepon Mama, suru balik katanya mau hujan jemuran belum di angkatin." Ucap Nara, reflek. Oke kali ini Nara menggerutuki dirinya sendiri, dasar bodoh. Jelas-jelas langit siang ini sedang cerah-cerahnya.

Athalla hanya mengangguk kecil, seolah mengetahui kebohongan Nara, sudut bibirnya terangkat membentuk senyum kecut.

"Akrab banget sama Kinan, udah baikan? Gak inget dia kemarin udah bikin lo nangis sampai mau meninggal?" Sindir Athalla.

"Gak sampe meninggal juga dong." Sanggah Nara.

Detik berikutnya mata Nara membelalak, otaknya berusaha menyerap ucapan Athalla.

Nathalla [Selesai]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora