#010 Ashton (2)

2.2K 590 72
                                    

"Mas Daniel?"

Daniel terkejut, "Sunoo? Sedang ap–"

"Sunghoon, tangkap dia!" Sunoo berteriak pada Sunghoon yang berlari di belakangnya. Sunghoon menyalip Sunoo, menghentakkan kakinya ke jalanan dan muncullah es yang menjalar hingga menjebak pergerakan pencopet tadi.

Tanpa memedulikan Daniel yang sedang membatu –memroses semuanya satu per satu, Sunoo menghampiri pencopet itu. Dia menarik kerahnya lalu merampas kantong uang mereka dari tangan anak itu.

"Kena kau!"

Mungkin ini juga menjadi hari yang sial bagi si anak karena dia malah berpapasan dengan orang yang sudah dia copet, tertangkap, dan tidak jadi mendapatkan uang. Dia bahkan belum sempat membelanjakan uangnya dan perutnya lapar sekali.

Sunoo yang menggantung anak itu saja bisa mendengar suara dari perutnya. Menghela napas, Sunoo mendudukkan anak itu di jalanan lalu merogoh kantongnya untuk mendapatkan beberapa koin emas, "Gunakan sebaik mungkin."

Anak itu kemudian lari meninggalkan tempat setelah Sunoo menyuruhnya pergi dengan menepuk punggungnya pelan. Sunoo tidak akan mengumpat, dia dan Jake dulu juga seperti itu. Apapun bisa dilakukan demi bertahan hidup.

"Lho, ada Mas Daniel?" Jake datang dengan napas ngos-ngosan. Dia tertinggal karena kurang makan.

"Oh, Jake!" Daniel tersadar dari lamunannya, "Sedang apa kalian di sini? Urusan di Central sudah selesai?"

"Belum selesai sebenarnya, tapi kami punya sesuatu untuk diperbaiki makanya kami datang ke tempat Klan Pengrajin," jawab Jake.

"Sudah dapatkan orangnya?"

Jake menggeleng, "Belum. Seharian kami mencari, tapi belum ada orang yang mau menerima permintaan kami. Yah, memperbaiki pusaka rupanya tidak semua pengrajin bisa melakukan."

Daniel tertegun mendengar 'pusaka'. Jake yang menyadari perubahan ekspresi Daniel lantas langsung memberinya penjelasan, "Punya teman kami. Kami meminjam, tapi tidak sengaja kami merusaknya."

"Oh begitu."

Beberapa saat, hanya keheningan yang tersisa di antara mereka. Tidak satu pun berniat untuk beranjak dan tidak satu pun berpikiran untuk memulai percakapan lain. Mereka tidak begitu mengenal Daniel, tapi juga tidak seasing itu untuk tiba-tiba pergi begitu saja.

Sampai udara malam yang dingin berhembus menerpa kulit mereka, "Mumpung uangnya sudah di tangan, kita harus segera mencari penginapan," kata Sunghoon.

"Oh ya, Mas Daniel tinggal dimana?" Sunoo beralih pada Daniel, "Apa kau juga seorang pengrajin?"

Daniel menggeleng cepat, "Bukan. Aku hanya sedang mengunjungi teman."

Merasa tidak ada lagi yang perlu dibicarakan dan situasi mereka juga semakin mendesak, Sunoo berpamitan pada Daniel lalu mereka meninggalkannya untuk mencari penginapan. Daniel hanya memperhatikan hingga bayangan mereka benar-benar menghilang.

"Daniel," seorang pria muncul dari balik gedung tinggi yang gelap.

"Berapa orang yang berhasil kau dapatkan?" Daniel bertanya tanpa menoleh pada orang itu.

"Dua ratus orang,"

"Dua ratus? Dari kota sebesar Ashton, kau hanya bisa mendapatkan dua ratus?" Daniel membuang napasnya kasar, "Bagaimana dengan bandit-bandit itu?"

"Mereka masih bertahan pada pendirian mereka."

Daniel berdecak kesal, "Primitif!"

"Bagaimana ini?"

"Biar aku sendiri yang turun tangan."

.

.

Jake menganga, Sunoo memicingkan mata, dan Sunghoon menghela napas. Ada satu alasan kenapa mereka bertiga melakukan itu.

"Anak-anak ini lagi!"

Sunoo menunjuk pada pria di balik meja resepsionis, "Harusnya kami yang bilang begitu!" pria itu adalah salah satu dari bandit yang menyekap mereka tadi siang.

"Dari semua penginapan, kenapa mereka harus ada di sini," Sunoo menggerutu.

"Ada apa ribut-ribut?" pria besar –pemimpin mereka muncul dari pintu belakang. Penampilannya masih sama, masih terlihat menakutkan. Hanya saja tidak ada senjata di tangannya.

"Bahkan paman ini juga?" ujar Jake tidak percaya.

"Ini penginapanku, kau mau apa? Kalau tidak mau menginap di sini, cari saja tempat lain."

"Kami pesan satu kamar untuk 3 malam!" Sunoo meletakkan 2 keping koin emas di atas meja tanpa basa-basi.

"Hanya satu?" tanya resepsionis.

Sunoo mengangguk, "Sulit berkoordinasi jika berbeda kamar."

Resepsionis mengambil uang mereka lalu menggantinya dengan kunci kamar. Sunoo mengambil kunci itu, tapi saat hendak berjalan, lengan bajunya ditarik oleh Jake. Jake menyambar kantong uang lalu mengeluarkan dua koin lagi.

"Mau tambah kamar?"

Jake menggeleng, "Kami butuh informasi. Seharian kami mencari tapi tidak satu pun orang bisa memperbaiki pusaka kami. Mungkin kalian punya kenalan pengrajin hebat? Pasti paman bandit punya satu atau dua orang."

"Jangan panggil aku paman bandit. Namaku Lucas."

"Oke, paman Lucas. Apa kau punya informasi dimana kami bisa memperbaikinya?"

"Semua pengrajin yang membuka toko di Ashton adalah orang berpengalaman. Bukannya tidak bisa, tapi mereka tidak mau memperbaiki pusaka kalian," jawab Lucas.

Jake mengernyit, "Kenapa? Kami punya uang, apa biayanya sangat mahal?"

"Bukan masalah uang, Nak," seseorang dari meja makan di samping mereka menyahut, "Pusaka adalah sesuatu yang identik dengan bangsawan dan para pengrajin sedang tidak menerima permintaan dari Central apalagi bangsawan. Sama sekali."

"Maksudnya, kalian sedang melakukan boikot?" tanya Sunoo.

"Kami tidak akan menerima tawaran apapun dari Central sampai raja memperbaiki kebijakan ekonominya. Kesejahteraan para pengrajin dipertaruhkan di sini."

"Bukankah itu malah memperburuk kondisi kalian?" kata Jake, "Selain Klan Hunter yang biasa menggunakan peralatan untuk berburu, tidak ada klan lain yang begitu membutuhkan jasa kalian. Memboikot Central hanya memotong penghasilan kalian saja. Tidak kurang, tidak lebih."

"Setidaknya mereka tidak akan punya persediaan senjata untuk beberapa waktu," sanggah Lucas.

"Kekanak-kanakan sekali. Seperti anak kecil yang merengek karena permennya dirampas,"

"Jake!" tegur Sunghoon karena Jake mulai agak kelewatan.

Sunghoon mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan, orang-orang di sini mulai menatap mereka tajam. Memang tidak ada yang membawa senjata, tapi tidak ada yang tahu bila mereka menyembunyikan pisau atau semacamnya di balik jubah mereka.

"Yah, kami tidak ada urusan dengan klan kalian. Tapi, kami benar-benar butuh pusaka ini untuk diperbaiki. Siapa kira itu mungkin akan membantu kalian di masa depan?" tawar Jake.

"Berapa?" tanya Lucas.

"Ya?"

"Berapa bayaran yang akan kalian berikan?"

Jake tersenyum, "Kami punya uang yang sangat banyak. Bila masih kurang, paman tahu sendiri, kan, betapa kayanya Keluarga San dari Klan Penjaga Kuil?"

"Ada toko reparasi di belakang penginapan. Besok pagi, bawa saja kesana. Biar ku perbaiki."

Setelah mengatakan itu, Lucas menghilang di balik pintu. Mereka bertiga terlonjak girang. Akhirnya, malam ini mereka bisa beristirahat dengan tenang.



-to be continued-

Karena malming saya tidak ngapa-ngapain, saya double up saja.

CLANS| ENHYPEN ft. I-LANDTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon