#Ekstra - Ni-Ki

2.5K 628 84
                                    

Niki menatap kosong pada pedang pusakanya yang baru saja selesai diperbaiki. Sekelebat bayangan tentang kekalahannya beberapa waktu lalu menyeruak dalam pikirannya. Niki mengusap wajahnya kasar. Lagi-lagi dia dibodohi, kalah dari Jake.

Apa guna latihannya selama ini?

"Apa kau masih punya waktu untuk menyesal, Niki?" sang jenderal memasuki ruangannya.

"Jenderal," Niki bangkit lalu membungkuk hormat.

"Berapa kali kau kalah dan berapa kali kau kehilangan mereka berdua?"

Benar, berapa kali ya?

"Kau lemah,"

Niki menatap punggung Jake yang meninggalkannya dengan tatapan benci. Dia meremat segenggam salju di tangannya, berusaha untuk tidak menangis. Niki memang lemah, tapi Jake tidak perlu mengatakannya demikian, bukan?

"Kau tak apa?" tangan terulur di depannya, Niki mendongak dan mendapati sesosok wajah yang tersenyum, "Maafkan, Jake, ya. Dia tidak sedang dalam suasana hati yang baik."

Anak itu membantu Niki berdiri, dengan telaten membersihkan salju di bajunya, "Jake memang yang terburuk. Lihat bagaimana dia memperlakukan anak baru," ujarnya sambil cemberut.

Niki hanya mengamatinya dalam diam.

"Namamu?"

"Niki"

"Aku–"

"Hei, Sunoo! Cepatlah, di sini dingin!" belum selesai anak itu bicara, Jake berteriak memanggilnya di kejauhan. Lalu, dia pergi tanpa mengatakan apa-apa lagi pada Niki.

Bahkan setelah hari itu berlalu, Niki masih membenci Jake. Pun juga iri padanya.

Jake, Sunoo, bersama sang jenderal.

Setiap kali Niki mengintip bersama beberapa anak lain dari celah pintu perpustakaan, Niki selalu berpikir, seandainya dia juga ada di antara mereka pasti rasanya akan sangat menyenangkan.

Namun, belum sempat Niki mencoba untuk bicara lagi pada Jake dan Sunoo, mereka sudah pergi. Mereka berdua menghilang di malam bersalju. Menggemparkan seluruh penjuru panti asuhan ketika dua anak itu tidak ada di tempat tidur mereka di pagi hari.

Niki memandang dua pasang sepatu yang diletakkan berjajar di dekat kasur, "Mereka bahkan meninggalkan sepatu mereka."

.

.

"Aku tidak memberimu pedang hanya untuk dipandangi saja,"

Niki menunduk, "Maaf."

"Lupakan soal Jake dan Sunoo," Niki mengangkat kepalanya terkejut, "Ada hal yang lebih penting yang bisa kau lakukan. Dua anak itu, aku sudah tidak membutuhkannya."

Sungguhan? Apakah Rodric adalah tipe orang yang akan menyerah semudah itu? Tapi, orang ini memang tidak pernah mencoba mencari Jake dan Sunoo lagi selama setahun terakhir.

Niki mengikuti jenderal membawanya pergi tanpa sedikit pun mengendurkan penjagaannya. Rodric bisa melakukan apa saja. Termasuk membunuhnya sekarang jika dia mau. Niki sadar dia telah melakukan banyak kesalahan yang membuat jenderal itu marah.

Kaki mereka berhenti di paviliun pusat. Bangunan paling besar dan paling megah di istana.

Tempat tinggal raja.

"Apa yang kau inginkan?"

"Aku ingin naik, ke tempat paling tinggi," jawab Niki. Ke tempat yang lebih tinggi dari punya Jake.

"Aku akan membawamu ke sana,"

Begitulah Niki menerima pendidikan khusus dari sang jenderal, tepat seminggu setelah kaburnya Jake dan Sunoo dari panti asuhan. Dia bersama beberapa anak lain menjalani latihan yang sangat keras untuk menjadi tentara di usia mereka yang sangat muda. Dari sepuluh anak, hanya tiga yang bertahan termasuk dirinya.

'Punggung Naga' adalah sebuah pedang berukuran besar yang seperti namanya, punya ukiran sulur serupa naga di sepanjang bilah pedang. Pertama kali Niki menerima pedang itu sebagai hadiah kelulusannya, pedang itu bahkan lebih panjang dari tinggi badannya.

Tapi, Niki sudah dilatih habis-habisan untuk menguasai pedang itu. Dia menanjak dengan cepat, jabatannya selalu naik dengan cepat hingga dia bisa berdiri di samping sang jenderal sebagai orang kepercayaannya.

Dengan pedang itu pula dia melukai Jake dan hampir membunuhnya.

Waktu itu sedang hujan lebat. Sunoo menangis keras sambil menutup luka besar di kaki Jake menggunakan kedua tangannya. Luka itu tak hanya merobek kakinya hingga hampir terbelah jadi dua, tapi juga mengeluarkan asap hitam karena Niki mengaktifkan sihirnya pada pedang itu.

Jake akan mati karena racun dan kehabisan darah.

"Itu yang akan kalian dapatkan jika melawan," kata Niki, "Racunku akan menyebar ke seluruh tubuhnya dengan cepat. Dia tidak akan selamat."

Sunoo menatap sengit pada Niki, "Kalau begitu bunuh aku juga."

Entah kenapa, Niki ragu waktu itu. Ketika dia mengangkat pedangnya, itu terasa berat.

"Kau harusnya tidak kehilangan keyakinan pada pedangmu," Jake yang tadinya terlihat pingsan menerjang Niki dengan cepat, menghempaskan pedangnya jauh-jauh kemudian mencekiknya dan melepaskan listrik ribuan volt hingga Niki tak sadarkan diri.

"Kau masih lemah, jangan pernah berpikiran untuk mengalahkanku," itu kata-kata terakhir Jake yang ia dengar sebelum seluruh pandangan Niki menggelap.

Ketika Niki berada tepat di depan kamar tidur raja, dia menahan napasnya, "Jenderal..."

"Raja kecil kita merengek minta teman dan ku rasa kau akan jadi pilihan terbaik karena jarak usia kalian yang tidak terlalu jauh,"

Pintu itu terbuka. Kamar tidur raja sungguh besar dan luas padahal hanya dihuni oleh satu orang saja.

Raja Stalzr hanyalah anak-anak yang kini sedang duduk di lantai bersama banyak sekali mainan di sekelilingnya. Raja ini berusia dua tahun lebih muda dari Niki, rambutnya bergelombang dan tentu saja punya tubuh yang pendek dan kecil.

"Yang mulia," Niki menunduk hormat mengikuti gerakan jenderal.

Raja itu menoleh pada mereka lalu tersenyum ramah, "Kalian datang."

"Bawahan saya usianya masih sangat muda. Dia bisa menjaga Anda sekaligus menjadi teman bermain yang baik."

"Benarkah?" raja berlari mendekati Niki dengan wajah cerah.

Niki mengangguk canggung, "Hormat saya pada Yang Mulia."

"Namamu?"

"Niki."

"Taki. Wah, nama kita mirip. Boleh aku memanggilmu Niki saja?" Taki –sang raja kecil mengulurkan tangannya pada Niki.

Niki memandang tangan itu dan raja bergantian. Ada bercak berwarna ungu kehitaman di punggung tangannya dan Niki tersenyum kecut saat sadar itu adalah tanda kutukan.

Niki menjabat tangan itu, "Ya, tentu saja, Yang Mulia."

"Apa saja yang sudah anak ini lakukan demi mendapatkan tahta?"



***

CLANS| ENHYPEN ft. I-LANDWhere stories live. Discover now