#044 Final Arc: Pemberontakan (6)

2.2K 556 141
                                    

"Ck!" Niki berdecak sambil menurunkan Taki dari punggungnya.

Sebelum Taki benar-benar menginjak lantai, Niki berbisik, "Larilah sejauh mungkin, Yang Mulia."

Taki pun berlari diikuti Perdana Menteri di belakangnya. Namun, Kei berhasil lebih dulu menangkap pundak perdana menteri dan menahannya agar tetap di tempat.

"Aku harus mengurusmu di sini," kata Kei dengan nada rendah.

Perdana Menteri melirik horror ke belakang. Perdana menteri yang tadinya mencemooh Kei, tiba-tiba merasa ketakutan dan bulu kuduknya berdiri bak melihat hantu. Pria itu masih keras kepala, merogohkan tangannya ke balik jubahnya diam-diam lalu dengan gerakan cepat mengayunkan pisau belati pendek dan berhasil melukai wajah Kei.

Kei menyentuh darah di pelipisnya, "Ibuku yang gila saja tidak pernah melukai wajahku, bagaimana kau bisa begitu berani?"

Perdana menteri mengayunkan pisaunya sembarangan meski tak kena. Pada ayunan ketiga, lantai paving istana mendadak kotor oleh darah berwarna merah pekat yang becampur dengan gumpalan-gumpalan berwarna senada. Saat dia merasakan ada sesuatu yang kurang pada dirinya, perdana menteri membelalak tatkala menemukan tangan kanannya sudah tak ada.

Tangannya terpotong sampai siku dan gumpalan-gumpalan berdarah yang tercecer di lantai itu berasal dari tangannya yang dihancurkan oleh Kei. Perdana menteri berteriak pilu, wajahnya memerah dan berlinang air mata.

Sakit sekali.

"Mati saja tidak cukup untuk menebus semua dosa-dosamu. Bahkan mungkin iblis saja enggan mengambil jiwamu karena terlalu menjijikkan,"

Perdana menteri menjerit ketakutan ketika kaki kirinya terpelintir, berputar, dan terpilin. Kei menjentikkan jarinya dan kaki itu hancur berantakan. Pria berperut buncit yang menjabat sebagai Perdana Menteri Stalzr itu tidak dapat berpikir jernih, dia merangkak menjauhi Kei.

Tapi, sia-sia saja. Kei menghancurkan sisa kaki dan tangannya. Membiarkannya tergeletak tak berdaya menunggu ajal menjemput dalam penderitaan.

Kei menghela napas lega. Mungkin tidak akan ada yang mengerti kenapa dia bisa jadi sosok yang kejam dan sesadis ini. Itu kisah yang akan dia ceritakan lain waktu, untuk saat ini Kei harus mengejar raja dan menyelesaikan semua urusannya.

Sebelum dia berbalik, Kei menatap Jungwon dan Niki yang masih diam membatu, "Maaf, karena menunjukkan pemandangan mengerikan ini pada kalian."

Lalu ia pergi. Berharap semoga Jungwon dan Niki yang dasarnya sudah sadis itu tidak berubah jadi tambah sadis setelah melihatnya.

"Sungguhan?" kata Niki, "Sungguhan kau membantu orang seperti dia?"

"Perdana menteri juga bukan orang baik, omong-omong," balas Jungwon.

"Taki mungkin akan mengalami hal yang sama."

"Taki? Serius ini letnan nyebut raja pakai namanya?" Jungwon membatin.

Jungwon mengendikkan bahu, "Itu bukan urusanku."

"Bukan urusanmu? Wah, aku ingin tertawa. Kau dan teman-temanmu pasti datang kesini dengan semangat keadilan. Iya, kan? Kalian pasti berpikir membunuh raja dan para bangsawan yang tak sejalan dengan kalian adalah tindakan heroik," Niki menarik pedangnya, "Tapi, pada akhirnya kalian bukan apa-apa kecuali pembunuh."

Tang!

Niki menghalau sabit Jungwon hingga terpental. Sabit itu kemudian Jungwon tarik dan masuk ke dalam genggamannya.

"Kau benar. Aku bukanlah orang yang berbakat seperti Jake dan Sunoo, pun bukan orang-orang yang punya dendam kesumat pada Central seperti Kei atau Mas Daniel. Aku di sini hanya meminjamkan kekuatanku untuk teman-temanku."

CLANS| ENHYPEN ft. I-LANDWhere stories live. Discover now