#011 Klan Elve (6)

2.9K 712 97
                                    

Jake dan kawan-kawan membereskan barang-barang mereka sebelum melanjutkan perjalanan. Mereka akan pergi sebelum matahari terbit. Senang sekali, Jungwon mau meminjamkan token miliknya. Hitung-hitung sebagai rasa terima kasih karena mereka sudah banyak membantu Klan Elve.

"Klan Elve sungguh sangat diberkati karena kehadiran kalian," kepala desa mengucapkan beberapa kata terakhir sebelum mereka pergi, "Setelah misi kalian selesai, jangan sungkan untuk mampir, ya."

Jay mengangguk sopan, "Anda juga. Jika Anda segitu percayanya dengan kekuatan dewa, seharusnya Anda datang ke Kota Shin untuk berdoa. Kami dengan senang hati akan menjamu kalian di rumah utama meskipun masakannya tidak seenak punya Jungwon."

Kepala desa dan beberapa orang lain yang mengantar kepergian mereka hanya tertawa. Tuan Tanah sudah pergi kemarin, tapi tidak ada perayaan khusus dan mereka juga harus segera pergi dari sini.

"Ayo berangkat!" Jungwon muncul dari dalam rumah. Dia berpakaian rapih dengan jaket dan tas di punggung.

"Kau mau kemana, Jungwon?" tanya Jake.

"Ikut kalian," jawab Jungwon ringan.

"Hah!?"

"Ka-kami hanya mau pinjam token-mu, kau tidak harus ikut," kata Jake kebingungan.

Jungwon mengangkat bahunya acuh, "Memangnya kenapa? Aku tidak mau, ya, kalian ejek terus gara-gara nggak pernah jalan-jalan."

Jay seolah kehabisan kata-kata, "Jungwon, kau lupa kau itu Freyr? Mana bisa pusat dari klan meninggalkan desa seenaknya. Gimana kalau terjadi sesuatu selama kamu pergi. Lagian, ini bukan jalan-jalan, tahu!"

"Hei, ku kasih tahu, ya. Pusat Klan Elve berbeda dengan Miko. Tidak peduli sejauh apapun Freyr terpisah dengan Yggdrasil, selama masih hidup semuanya akan baik-baik saja."

Jay menoleh ke kepala desa dan beliau hanya mengangguk membenarkan omongan Jungwon.

"Sudah, sudah. Tambah satu personil tidak ada ruginya, kan? Selain itu, dia pasti bisa membantu dengan kekuatannya. Dan yang paling penting kita bisa makan enak selama perjalanan," lerai Sunoo.

Jungwon tersenyum nakal, "Kalau begitu, sudah diputuskan!"

.

.

Mereka melanjutkan perjalanan dengan riang gembira. Tidak, yang terlihat gembira hanya Jungwon karena pertama kalinya dia berpergian jauh dari desa. Jay dan Sunghoon tenggelam dalam pikiran mereka sendiri, sedikit banyak tenggelam dalam rasa khawatir untuk keadaan Heeseung. Sedangkan, Jake yang sejak awal menentang ide untuk kembali ke Central hanya bisa berusaha menetralkan detak jantungnya.

Dia merasa adrenalinnya meningkat.

"Jungwon," panggil Jay tiba-tiba, "Keluarga yang kau pasok itu seperti apa?"

Jungwon terlihat berpikir, "Jay, kau bilang kau dari keluarga utama?"

Jay mengangguk.

"Kalau begitu aku juga. Di Klan Elve tidak ada keluarga utama seperti klanmu, yang ada hanyalah keluarga kepala desa. Yah, kepala desa bisa berganti-ganti, sih."

"Lalu?"

"Keluarga utama Klan Penjaga Kuil punya keistimewaan apa?" tanya Jungwon.

"Apa, ya? Setahuku, kami punya kekuatan spiritual lebih tinggi dan hanya keturunan keluarga utama yang bisa jadi Miko."

"Freyr Klan Elve tidak selalu berasal dari keluarga kepala desa. Mereka dipilih oleh Yggdrasil. Tapi, keluarga kepala desa juga punya keistimewaan yaitu mereka tidak memasok makanan untuk keluarga tertentu melainkan mengirim hasil panennya ke pasar."

"Tinggal bilang dikirim ke pasar aja, sih. Bertele-tele sekali," celetuk Jake.

Jungwon melemparkan tatapan tidak suka kepada Jake, "Jake, kau punya masalah apa denganku, hah?"

Jake hanya mengendikkan bahu. Jungwon mungkin sudah lupa kalau dia menodongkan pisau pada Jake di awal mereka bertemu. Jake masih kesal dengan itu.

"Ngomong-ngomong, Central itu seperti apa?" Sunghoon mencoba mengalihkan topik, "Jake dan Sunoo kan pernah tinggal di sana."

"Apa mereka benar-benar punya banyak toko yang menjual berbagai macam barang? Central pasti dipenuhi orang-orang berpakaian indah dan menarik," Jungwon juga antusias.

Sunoo menghela napas sebelum bercerita, "Aku tidak ingin menyalahkan Jungwon karena orang Central yang dia temui di desa pastilah kaum bangsawan. Yah, itu tidak salah juga, sih. Rupanya banyak cerita tentang Central tersebar di setiap klan yang mengatakan bahwa Central itu bak utopia yang indah."

"Tapi, tidak semuanya benar," lanjut Jake.

.

.

Kedua tangan itu masih saling menggamit bahkan ketika mereka berhenti di sebuah pasar. Kaki mereka terlalu sakit untuk dipakai berlari lagi. Orang-orang pasti menatap aneh ke arah mereka yang hanya mengenakan pakaian tipis tanpa alas kaki di tengah hujan salju yang lebat. Harusnya begitu.

Tapi kenyataannya, tak satu pun yang peduli. Bahkan di tengah cahaya lampion-lampion yang menyilaukan, Jake dan Sunoo seperti tak terlihat. Semua orang dewasa melewati mereka begitu saja tanpa menoleh sedikit pun.

Jake masih mengatur napasnya yang ngos-ngosan karena berlari. Sedangkan Sunoo mengeratkan pegangannya pada Jake. Berharap mereka bisa sedikit berbagi kehangatan.

"Aku takut, Jake," Sunoo semakin menempelkan tubuhnya ketika mendapati beberapa preman menatap mereka lapar. Jake menyadari itu lantas menarik Sunoo ke tempat yang lebih aman. Tidak seharusnya mereka berada di sini lebih lama.

Atau tidak.

Mungkin lebih baik jika mereka mondar-mandir di jalanan pasar karena sekarang mereka malah terkepung oleh preman-preman berbadan besar. Mereka terjebak di sebuah gang sempit minim pencahayaan.

Salah seorang preman memukulkan tongkat besi ke tembok. Suaranya yang nyaring membuat Sunoo terlonjak kaget. Jake menggenggam tangan Sunoo begitu erat sampai buku-buku jarinya memutih.

"Jangan melihatku begitu, nak. Kau membuatku takut," kata preman itu dengan nada dibuat-buat.

"Bos, mereka hanya anak-anak."

"Ya, bukan anak-anak biasa. Kau tidak lihat fisik mereka? Mereka pasti mahal jika dijual di pasar gelap. Kau tahu, kan, akhir-akhir ini bangsawan-bangsawan itu hobinya semakin aneh."

Mendengar kata 'dijual' membuat Sunoo semakin gemetar ketakutan. Dia hanya bisa terus memanggil Jake dengan lirih.

Sunoo menjerit ketika salah seorang preman berusaha melepaskannya dari Jake. Begitu pun Jake yang bersikeras untuk menarik Sunoo kembali. Tapi, seperti yang para preman itu bilang, mereka hanya anak-anak.

Plak!

Seseorang menampar Sunoo begitu keras hingga tersungkur. Beberapa tetes darah mengotori salju di bawahnya dengan warna merah.

"Jangan memberontak atau aku akan memukulmu lebih keras!"

Jake membeku. Tiba-tiba ingatan tentang hukumannya selama di panti muncul di otaknya. Mengalir deras seperti sebuah kilas balik. Hukuman dimana dia ditunjukkan visi mengenai hal yang paling dia takutkan di dunia ini.

Dan bagi Jake itu adalah Sunoo yang terluka.

Namun ini bukan penglihatan. Ini kenyataan. Kenyataan yang harus dia hadapi jika dia berani menentang.

Sunoo menoleh lemah pada Jake, dia tersenyum, "Aku tidak apa-apa, Jake."

Saat itu, Jake kehilangan kewarasannya. Jake melepaskan diri dari orang yang memeganginya, bergerak cepat merampas pisau dan menyabetkannya ke leher preman-preman itu. Jangan salah, selama di panti dia dilatih untuk ini. Dia punya lebih dari cukup bekal untuk bertahan hidup.

Di usia 12 tahun, pertama kalinya Jake membunuh manusia.


-to be continued-

CLANS| ENHYPEN ft. I-LANDWhere stories live. Discover now