#003 Gunung di Belakang Kota (3)

2.5K 624 123
                                    

Militer datang lagi ke Kota Shin dalam jumlah yang sangat banyak. Bahkan, dari atas benteng Jay tidak dapat melihat ujung dari pasukan itu. Ada beberapa peleton tentara berkuda, mereka membawa bendera Central di punggung serta tombak-tombak panjang. Mereka bergerak beraturan, suara gesekan baju besi dan hentakan tentara terdengar hingga radius beberapa kilometer.

Invasi kedua rupanya jauh lebih serius dari yang sebelumnya.

Ketika barisan terdepan tentara militer berada tepat di depan pintu gerbang kota, mereka berhenti. Namun, tidak terlihat ada perwira tinggi atau orang berpakaian mencolok di antara mereka.

Sampai suatu waktu barisan pasukan itu terbuka dan berjalanlah seorang pria yang wajahnya tertutup helm besi, dia membawa sebuah senjata yang serupa dengan bazooka yang pernah dibawa Sunoo di punggungnya.

"Sial, itu pusaka," gumam Jake.

Orang itu mendongak ke atas benteng, "Oh! Jake, Sunoo!" suara teriakannya menggema di antara keheningan yang menegangkan.

Baik Jake maupun Sunoo membelalakkan mata saat orang itu membuka helmnya.

"Euijoo!"

"Kalian mengenalnya?"

Jake mengangguk, "Dia salah satu teman kami di panti asuhan."

"Hei, aku kesini tidak untuk kegiatan diplomasi jadi langsung saja, ya," Euijoo mengambil senjatanya dari punggung.

Itu adalah sebuah senapan mesin berukuran besar sepanjang satu meter. Pusaka ini punya bobot cukup berat, selain karena ukurannya yang besar juga karena ia terbuat dari material yang padat dan keras. Euijoo melepaskan tembakan asal tanpa membidik dan tembakan itu berhasil melubangi tembok benteng dengan sempurna.

"Kenapa jenderal harus repot-repot mengirim pasukan segini banyak? Hanya aku saja bisa meluluhlantakkan kota ini sendirian," ujar Euijoo ringan.

"Jangan sombong dulu," Jake melompat turun dari atas benteng, "Kami juga punya senjata."

Euijoo tersenyum miring, "Hanya melihat kalian di sini saja, itu sudah jadi senjata untuk mereka."

Tiba-tiba, tanah yang mereka pijak bergetar, membuat Euijoo dan para tentara lain kebingungan. Getaran itu semakin menguat seperti gempa. Lalu, terdengar ledakan besar dari arah kota, lebih tepatnya dari balik kota tempat dimana gunung paling tinggi di Stalzr itu berada.

Gempa itu disusul oleh hujan abu dan kerikil serta bebatuan. Butuh waktu lama bagi Euijoo untuk menyadari bahwa gunung yang seharusnya hanya gundukan batu besar itu kini telah meletus.

Para tentara porak poranda. Berlarian kalang kabut saat batu-batu yang jatuh ke arah mereka ternyata memiliki suhu yang sangat panas. Hujan abu itu juga sama sekali tidak membantu. Beberapa tentara tiba-tiba tumbang saat menghirupnya.

"Kalian berencana menghancurkan diri sendiri?!" sergah Euijoo.

Jay ikut melompat turun ke hadapan Euijoo, "Tentu saja tidak. Gunung ini melindungi klan kami bukan menghancurkannya,"

Sebuah lubang terbentuk di samping kanan Jay dan menyemburkan lava pijar. Jay menggerakkan tangannya lalu lava pijar itu menyerbu pasukan militer, membuat mereka berteriak kesakitan. Tak lama kemudian, semburan-semburan lava lain muncul mengelilingi seluruh benteng dalam pola lingkaran.

"Wah, warnanya cantik sekali seperti kare!"

Sunoo menampar tangan Jungwon yang terulur ke semburan lava itu, "Jangan dipegang! Kau bisa kehilangan jari-jarimu."

Di bawah sana, Euijoo masih bersikeras pada tujuannya, mengarahkan laras senapannya ke pintu gerbang. Tapi, Jake menurunkan senjata itu, "Menyerahlah. Little Brown terlalu berharga bila harus meleleh karena lava."

Nama pusaka Euijoo adalah Little Brown. Di bagian belakang, ada penyimpan energi sebagai tempat untuk menampung energi spiritual pengguna yang nantinya akan ditembakkan melalui laras panjangnya dalam bentuk tembakan energi. Meskipun namanya 'little', kerusakan yang ditimbulkan oleh senjata itu tidaklah kecil.

Berdecak kesal, "Ck! Kenapa kalian bisa ada di sini?" Euijoo akhirnya menurunkan senjatanya.

"Panjang ceritanya. Kami harus mulai dari dua tahun ditambah satu tahun lagi sejak meninggalkan panti kalau kau mau dengar semuanya."

Euijoo menghela napas, "Hanya tiga orang."

"Hah?"

"Dari bangunan kita di panti, hanya tiga orang yang bertahan. Aku tidak tahu anak-anak dari bangunan lain, tapi dari kita hanya tersisa tiga. Bahkan, Elena sudah meninggal sebulan lalu, hanya ada aku dan Niki yang tersisa."

Alis Jake berkedut, "Apa yang mereka lakukan pada kalian?"

Euijoo mengangkat bahunya, "Yah, kau tahu lah," dia lantas menyingkap lengan bajunya dan menunjukkan lengannya yang sudah dimodifikasi menjadi lengan mesin, "Aku berhasil bertahan hidup dari pelatihan neraka itu asal kau tahu. Dan pusaka yang sangat diinginkan Sunoo dulu, Little Brown sekarang ada di tanganku."

Tiba-tiba, Sunoo datang di antara mereka dan memeluk Euijoo.

"Hei, jangan seperti ini," Euijoo memberontak dari pelukan Sunoo.

"Tenang saja, semua tentara itu sudah tidak ada di sini."

Euijoo menoleh ke belakang dan benar saja, sebagian besar sudah habis oleh hujan batu panas tadi dan sisanya memilih untuk melarikan diri, "Sepulang nanti, Jenderal pasti akan menghukumku."

"Jadilah sekutu kami," tawar Jake.

"Masih ada Niki di Central, aku tidak mungkin meninggalkannya begitu saja. Lagipula, aku tidak sebodoh dirimu yang seenak jidat menawari musuh untuk jadi sekutu," tolak Euijoo sambil melepaskan pelukan Sunoo, "Aku pulang."

"Tunggu," cegah Jay.

"Katakan pada orang-orang Central itu bahwa kami Klan Penjaga Kuil serta seluruh wilayah pelabuhan tidak lagi berada dalam naungan Kerajaan Stalzr," kata Jay tegas.

"Oh, kau pintar juga untuk membuat klanmu tidak lagi berada di bawah hukum Stalzr. Tapi, aku hanya tentara biasa, tak ada yang bisa ku lakukan. Tentu saja, kau harus mengatakan itu secara resmi di hadapan raja atau minimal mengirim sebuah petisi ke istana," jawab Euijoo. Dia menyimpan lagi Little Brown di punggungnya lalu berjalan pergi dengan santai sambil melambaikan tangan.

Semburan lava berangsur-angsur mereda. Begitu pula dengan hujan abu yang sudah berhenti dan terganti oleh langit biru cerah.

Di atas benteng, Jungwon duduk bersila sambil memangku wajahnya dengan kedua tangan, "Kenapa cepat sekali? Tidak ada perang. Membosankan –aduh!"

Sunghoon mengeplak kepala Jungwon menggunakan sarung pedangnya, "Jangan bicara aneh-aneh."

"Dia beneran teman kalian?" tanya Jay.

Jake dan Sunoo mengangguk.

"Tapi dia ada di pihak Central."

"Pilihannya hanya dua, mati atau bekerja untuk Central," kata Sunoo, "Niki pun begitu. Atau bahkan sejak awal mereka tidak pernah punya pilihan."

"Sunoo, Niki itu dendam padaku. Dia bukannya tidak punya pilihan, tapi dia yang membuat pilihan itu menjadi satu-satunya,"

Sunoo kemudian berlari mengejar Jake yang berlalu, "Jake! Berhentilah membahas itu. Lagipula bagaimana kau begitu yakin kalau Niki punya dendam padamu?"

"Dilihat dari matanya saja aku sudah tahu,"

Jay memandang semuanya dalam diam. Sepertinya, untuk sementara ini Klan Penjaga Kuil akan aman. Tapi, sebuah tanaman harus dicabut sampai ke akar kalau tidak mau tumbuh lagi.




-to be continued-

CLANS| ENHYPEN ft. I-LANDWhere stories live. Discover now