#019 Klan Es (6)

2.3K 587 170
                                    

Kebetulan sekali malam itu Sunoo ingin buang air kecil. Sambil menahan kantuk, dia berjalan menyusuri lorong rumah Jay yang gelap dan berhasil menuntaskan hasratnya di toilet. Kemudian kala dia melewati kamar Jungwon, dia melihat cahaya dari dalam sana.

Sunoo memberanikan diri untuk membuka pintunya dan mendapati Jungwon sedang menulis dengan ditemani sebatang lilin di atas meja. Buku itu dia beli saat kedatangan mereka di Central pertama kali –Sunoo ingat sekali. Waktu itu, Sunoo meneriaki Jungwon karena dia ditipu sudah membeli buku catatan itu dengan harga mahal.

"Menulis apa?"

Jungwon berjengit kaget, "Sunoo! Ku kira hantu."

"Tidak ada hantu yang akan datang ke rumah yang punya jimat di setiap sudut ruangan," kata Sunoo.

Jungwon hanya mengangkat pundak lalu kembali menulis. Kalau diperhatikan, tulisan Jungwon meski tidak terlalu bagus tapi rapi juga untuk ukuran anak yang tidak pernah menerima pendidikan formal.

"Siapa yang mengajarimu menulis?"

"Ayahku," jawab Jungwon, "Dia bilang, tidak apa seumur hidup bekerja di ladang tapi bisa membaca dan menulis akan membuatku jadi orang yang lebih bijaksana."

Sunoo mengusak kepala Jungwon, "Sedang menulis apa?" tanya Sunoo lagi.

"Catatan perjalanan!" jawab Jungwon riang. Dia membalik beberapa halaman yang sudah ditulisnya dan menunjukkannya pada Sunoo.

"Perjalananku dengan kalian itu keren sekali! Aku mengunjungi banyak tempat dan tahu banyak hal. Lihatlah! Aku menggambar pakaian bagus yang ku lihat di Central," Jungwon menunjuk gambar di bukunya dengan antusias, "Aku juga menggambar lampu kristal yang diinginkan Jay meskipun aku tidak begitu berhasil melakukannya."

Jungwon bilang, "Ini kenangan penting, aku tidak tahu bagaimana agar itu tersimpan dengan baik. Jadi, aku menulisnya sehingga seandainya aku mulai tua dan pikun nanti aku bisa membacanya dan mengingat semuanya."

Anak laki-laki Klan Elve itu bercerita banyak hal, ada beberapa yang tidak diketahui Sunoo juga. Seperti aksi heroiknya ketika invasi militer sampai ke Midgard atau alasan kenapa dia sempat ribut-ribut dengan anak Klan Penjaga Kuil di pasar hingga Jay memulangkannya.

Sunoo memangku wajah, memperhatikan Jungwon dengan senyuman dan mendengarkan semua ceritanya sampai pagi datang.

Ah, semalaman tidak akan cukup menceritakan semua kisah mereka selama ini.

"Menyenangkan sekali," Sunoo sangat ingat senyum lebar Jungwon merekah bersama matahari terbit yang masuk dari sela-sela jendela kamarnya.

Tapi, kenapa perjalanan mereka yang seharusnya selalu menyenangkan itu malah jadi mimpi buruk begini?

"Jungwon! Jungwon!" Sunoo sudah tersedak oleh air matanya sendiri. Memeluk Jungwon yang terpejam dengan tangan dan baju berlumuran darah.

Saat mereka menuruni gunung, tiba-tiba terdengar dentuman keras lalu tanpa mereka sadari, longsoran salju datang ke arah mereka dengan kecepatan tinggi. Tak sempat menghindar, tubuh mereka tergulung oleh longsor hingga ke dasar.

Saat sadar, Sunoo langsung terbatuk karena dia menelan banyak sekali salju. Dia menepuk dadanya keras-keras agar salju itu keluar dari kerongkongannya. Mengedarkan pandangan ke sekitar, yang pertama kali dia lihat adalah Kangmin yang pingsan.

Sunoo memeriksa jalur pernapasannya dan sepertinya Kangmin akan baik-baik saja.

Tapi, ketika dia menemukan Jungwon tidak jauh dari sana, Sunoo berteriak.

Ada pohon yang patah dengan kayu-kayu tajam mencuat ke atas dan Jungwon jatuh menimpanya. Batangnya menembus tubuh Jungwon hingga anak itu bermandikan darahnya sendiri.

"Jungwon! Jungwon!" Sunoo menggeleng, menarik Jungwon ke dalam pelukannya. Salju yang ia duduki terasa basah dan lembab saking banyaknya darah Jungwon yang tercecer di sana.

Sunoo menangis keras ketika tak dia rasakan napas Jungwon di tengkuknya. Dia mengeratkan pelukannya, "Masih banyak yang harus kamu lihat, Jungwon. Jangan begitu."

Harusnya Sunoo mencegah kepergian mereka saat ia menemukan daun yang jatuh tadi. Seharusnya dia tidak menutup mata. Sunoo tahu dengan pasti bahwa daun yang jatuh itu adalah daun Yggdrasil dari gelang Jungwon.

Padahal Yggdrasil sudah memberi peringatan. Tidak, mungkin Yggdrasil sudah tahu nasib Jungwon sejak awal dan bersedih karenanya.

Seandainya Jungwon saat ini sedang mengerjainya, Sunoo tidak akan marah, "Aku tidak akan memarahimu lagi, aku akan menendang Jake kalau dia memukulmu. Aku..."

Tenggorokan Sunoo tercekat, "Ayahmu menunggumu pulang. Heeseung juga. Kita sudah janji akan ke Olympus sama-sama, kan? Jadi, Jungwon, bangunlah dan bilang kau sedang mengerjaiku, ya?"

Namun, sayangnya Jungwon tidak sedang bercanda waktu itu.

.

.

"Jay, kenapa?"

"Barusan,"

"Barusan kenapa?" Sunghoon mengguncang tubuh Jay tidak sabar. Bukannya menjawab, Jay malah semakin menangis keras.

"Jungwon, dia..."

Tak perlu mendengar jawaban lebih panjang, mereka sudah tahu maksud Jay. Sunghoon mematung dan Jake mengeratkan giginya.

"Aku tidak mendengar suara napasnya lagi," lanjut Jay. Pemuda Penjaga Kuil itu menunduk semakin dalam. Air matanya menetes seperti salju yang jatuh ke tanah.

Jake mengusap kasar wajahnya, dia tidak tahu harus bagaimana lagi.

Salah siapa sebenarnya?

Kalau Jake adalah orang sekasar dan sedangkal Jay, ingin sekali dia melimpahkan semua kesalahannya pada Kangmin. Atau malah Sunghoon yang bersikap kekanak-kanakan sehingga Kangmin melakukan tindakan nekat?

Jake menggeleng, ini bukan salah siapa-siapa.

"Tapi, dia bersama Sunoo, kan? Kalau begitu–"

Bugh!

Jake meninju wajah Jay tanpa aba-aba, "Jangan seenaknya bicara! Sudah cukup dia menanggung beban hidup dua orang!"

"Jake, apa maksudmu?" Sunghoon meraih Jake.

"Sunoo itu, semakin banyak dia memberikan darahnya untuk menyelamatkan nyawa, semakin banyak pula hutang yang harus dia bayar."

"Aku tidak mengerti, katakan dengan jelas," bentak Jay.

"Kau pikir kenapa akhir-akhir ini dia jadi sering sakit, huh? Itu karena energinya terus menerus kita 'makan'," Jake menunduk dengan kedua tangan terkepal erat, "Kalau dia memberikan darahnya pada Jungwon yang seorang pusat, itu artinya dia bersiap untuk mati."

Yang paling terpukul saat mendengar hal itu adalah Jay. Jadi, selama ini dia hidup berparasit pada tubuh Sunoo? Betapa kejamnya dia yang pernah menyakiti hati Jake dan Sunoo. Benar-benar persis seperti yang Heeseung katakan, tidak tahu terima kasih.

Baru sekarang Jay merasakan penyesalan yang sedalam-dalamnya.

"Lalu, apa yang harus kita lakukan?"

Jake menggeleng, "Aku tidak bisa membuat keputusan apapun," lalu melengang pergi meninggalkan Jay dan Sunghoon yang masih terpaku.

Bila Sunoo tidak memberikan darahnya, maka Jungwon benar-benar mati. Tapi jika Sunoo memberikan darahnya, hanya kecil kemungkinan baginya untuk hidup. Dan Jake sangat membenci pilihan kedua. Sebut saja Jake jahat pada Jungwon, dia tidak peduli.

Jay tidak tahu bagaimana dan dimana Jungwon meninggal sehingga mereka tidak bisa berbuat apa-apa meski Jake sangat ingin sekali menebas seluruh pepohonan dan salju di tempat ini untuk mencari mereka.

Tanpa sengaja, petir Jake lepas dan menghancurkan sebuah batu besar di dekatnya. Jake menatap kosong pada puing-puing batu itu, "Bahkan aku tak punya dewa untuk berdoa."



-to be continued-

CLANS| ENHYPEN ft. I-LANDWhere stories live. Discover now