#111 Epilog: Hari Heeseung yang Sibuk

3.1K 585 380
                                    

*epilog sekaligus episode special Heeseung ngeteh yang saya janjikan

Heeseung biasanya bangun sebelum matahari terbit, saat langit masih sangat gelap dan udara juga masih sangat dingin. Biasanya dia akan langsung pergi ke Kuil Utama untuk berdoa tapi hari ini Heeseung kebetulan bangun terlalu siang. Dia baru membuka mata ketika pintu kamarnya diketuk oleh pelayan yang memintanya untuk segera pergi sarapan.

Ini pasti karena dia terjaga semalaman.

Heeseung menikmati sarapannya sendirian. Kakeknya pergi ke Central karena ada pertemuan dengan seluruh pemimpin klan dan adik-adiknya sedang pergi berkelana. Katanya jauh ke selatan, mengantar Jake mencari asal-usulnya.

Setelah seluruh nasi di mangkoknya tandas tak bersisa, Heeseung mengambil seperangkat teko dan gelas teh kesayangannya. Dia pergi ke dapur dan meminta pelayan untuk memanaskan air, lalu beralih ke rak-rak cabinet untuk mendapatkan sekotak daun teh kering. Teh hijau akan sangat menyegarkan di hari yang cerah ini.

Heeseung membawa sekotak teh dan seteko air panas ke ruangan pribadinya. Dia sudah bersiap untuk menikmati satu lagi hari tenangnya dengan meminum teh.

Prang!!

Terdengar suara pecah belah yang diikuti oleh suara berisik dari arah dapur. Heeseung langsung meletakkan air panasnya lagi dan pergi kesana. Rupanya salah satu pelayan menumpahkan kuah panas dan melukai tangannya sendiri. Kulitnya memerah dan melepuh.

"Maafkan saya!" pelayan yang terluka itu menangis kebingungan saat Heeseung tiba di sana.

"Kenapa minta maaf? Akan ku bantu mengobatinya,"

Luka itu selesai dengan mengoleskan beberapa herbal dan dibalut dengan kain putih bersih. Si pelayan hampir saja bersujud karena sudah diobati secara pribadi oleh Miko. Tapi, Heeseung menahannya dan menyuruhnya untuk tidak melakukannya.

Saat perjalanan kembali ke kamarnya, Heeseung mendapati satu pot bonsai milik Jay jatuh dan pecah. Buru-buru Heeseung pergi ke gudang, mengambil beberapa peralatan dan pot pengganti untuk memindahkan tanaman itu. Heeseung tidak begitu suka berkebun, tapi selama di rumah Heeseung lah yang menggantikan Jay merawat tanamannya.

Heeseung meletakkan pot bonsai itu kembali ke tempatnya. Menyamankan posisinya sedikit agar tidak jatuh lagi. Lagipula hewan macam apa yang bisa menjatuhkan pot batu seberat ini?

Sesampainya di kamar, air panas Heeseung sudah tidak panas lagi. Suhunya menurun karena tadi Heeseung lupa menutupnya. Dia menghela napas, sepertinya dia harus mendidihkannya lagi atau tehnya tidak akan terasa enak.

Baru saja Heeseung bangkit, tiba-tiba dia mendengar pintu gerbangnya dibuka kasar. Beberapa orang dari dojo muncul di hadapannya dengan napas tidak beraturan. Mereka sepertinya berlari ke rumahnya dalam keadaan panik.

"Ada apa?" tanya Heeseung.

"Tuan Miko, ada yang kerasukan di dojo!"

Heeseung lagi-lagi menghela napas, dia lantas langsung mengikuti orang-orang tadi menuju dojo. Anak yang katanya kerasukan itu baru delapan tahun. Rupanya dia bermain-main dengan sebuah pembakar dupa dan ada roh yang tak suka.

Akhir-akhir ini banyak anak Klan Penjaga Kuil yang kerasukan. Apa Heeseung harus membuatkan jimat? Mengadakan ritual? Atau dia harus berdoa lebih banyak lagi?

Omong-omong soal doa, Heeseung ingat dia belum memanjatkan doa hari ini karena kesiangan. Oleh karena itu, Heeseung memutar jalannya menuju Kuil Utama. Lagipula air miliknya pasti sudah sangat mendingin sekarang.

Tak apa, dia bisa menyeduh tehnya nanti.

Setiap orang yang berpapasan dengannya pasti menundukkan kepala, menyapanya dengan penuh hormat. Miko adalah orang suci, kesayangan dewa. Klan Penjaga Kuil percaya bahwa dewa menurunkan kasihnya melalui seorang Miko. Makanya, Heeseung sangat diagungkan oleh klannya.

CLANS| ENHYPEN ft. I-LANDWhere stories live. Discover now