#028 Dataran Putih (6)

2.1K 606 160
                                    

Tersebutlah sebuah pulau yang menjadi tempat pembuangan para manusia-manusia gagal. Seluruhnya hanyalah pecundang yang sudah hampir habis ditelan kehidupan. Namun, mereka masih punya harapan.

Tetap hidup meski tak berguna.

Harapan sederhana itu didengarkan oleh dewa sehingga anugerah luar biasa diturunkan dari langit. Memberikan para pecundang itu tanah yang subur dan keturunan yang pandai sehingga mereka mampu bertahan hidup.

Sebagai ganti dari kemakmuran itu, langit mereka tak pernah libur dari mendung dan petir. Seumur hidup, manusia yang tinggal di pulau itu tak pernah lagi melihat matahari bersinar di langit di atas kepala mereka.

Orang-orang dari seberang memanggilnya Pulau Olympus.

"Sungai yang tak pernah mengering dan tanah yang gembur. Peradaban makmur yang abadi," Jay membaca baris demi baris tulisan yang terukir di atas batu itu.

Lalu, Sunoo melanjutkan, "Dewa memberi mereka kemampuan untuk menurunkan hujan semau mereka."

"Dilihat dari sisi mana pun, ini pasti tentang klanmu, Jake."

"Walaupun aku tidak yakin bagaimana sebuah tempat yang tidak pernah disinari matahari bisa punya tanah yang subur," sanggah Sunoo.

"Yah kalau yang melakukannya adalah dewa bukan hal yang tidak mungkin. Logikamu tidak bisa dipakai bila berurusan dengan sesuatu seperti itu," komentar Jay.

Jungwon ikut nimbrung, "Harusnya kalian memperhatikan bagaimana batu ini bisa begitu bersih tanpa sepetak lumut pun yang menempel padahal guanya selembab ini. Apa kau yang membersihkannya, Kangmin?"

Kangmin menggeleng, "Tidak, saat aku melihatnya untuk pertama kali penampilannya memang seperti ini. Mungkin Pedro dan militer yang menemukannya yang membersihkannya."

Selagi keempat orang itu ribut dan bergerak ke sana kemari demi membaca prasasti, Jake hanya terdiam.

"Senang?" Sunghoon menghampirinya.

Jake mengangguk sambil tersenyum. Sejak kepergiannya dari panti asuhan, Jake tak pernah sesenang ini.

Mereka pulang saat hari sudah mulai gelap. Tidak banyak informasi yang diperoleh dari prasasti itu. Hanya bercerita tentang hal-hal yang sudah pernah Jake baca di bukunya dulu atau dongeng-dongeng. Walaupun tetap ada beberapa fakta lain yang baru mereka ketahui.

Seperti bahwa klan itu adalah sekumpulan manusia buangan dari pulau seberang yang dalam hal ini pastilah orang-orang yang terusir dari Stalzr.

"Tapi dengan adanya prasasti itu, aku semakin yakin bahwa klanku memang ada di sana," ujar Jake penuh semangat.

Sunoo menangguk, "Kau benar. Olympus bukan dongeng, Jake."

"Jadi, Jay, sekarang kau tidak punya alasan untuk mengingkari janjimu, kan?" Jake merangkul Jay dengan wajah sumringah.

"Iya, tentu saja."

"Aku juga ikut!" Jungwon memisahkan Jake dan Jay lalu merangkul mereka berdua.

"Boleh saja, sih," kata Jake, "Tapi, jangan sampai mati lagi."

Jungwon sudah tahu semuanya. Tentang bagaimana dia mati, lalu dihidupkan kembali menggunakan elixir sama seperti Jay beserta semua resiko dan 'hutang'-nya pada Sunoo.

Waktu itu, Jungwon tidak memberikan komentar dan reaksi yang berarti. Tapi, Jake tahu bahwa anak itu menangis di belakang rumah Nenek Kiyo diam-diam.

"Mn," Jungwon hanya mengangguk mantap.

"Oi, lihatlah," Kangmin yang berjalan di depan mereka berhenti lalu menunjuk ke langit, "Aurora."

CLANS| ENHYPEN ft. I-LANDWhere stories live. Discover now