#035 Tentara Revolusi (3)

2K 546 80
                                    

"Kalau tujuanmu hanya untuk balas dendam, aku tidak akan mengikutimu,"

Di malam hari, Jake menghampiri Kei yang berdiri di dekat salah satu kolam sendirian. Kei dan rombongannya memutuskan untuk menginap selama beberapa hari. Sedangkan, Daniel sudah pergi setelah berbincang sebentar dengan Sunoo tadi.

Kei berbalik, "Jangan berkata seolah kau mengenalku, Jake."

"Apa aku salah?" tanya Jake menantang.

"Tidak sepenuhnya benar. Kesimpulanmu apa kau ambil dari desas-desus tentangku yang beredar di seluruh Central?" tanya Kei balik.

Jake memiringkan kepala, "Ceritamu itu kalau dibuat novel pasti laku keras."

"Gosip adalah hal yang sangat dihindari oleh seluruh keluarga bangsawan karena itu menghancurkan reputasi mereka. Aku juga tidak tahu seberapa pentingnya reputasi sampai ibuku membuangku."

"Bagaimana bisa gosip ini kembali tersebar?" Lord Rossen –kakek Kei menggebrak meja begitu keras. Dia sangat marah karena pelayannya barusan mengatakan bahwa di pasar sedang ramai orang-orang yang membicarakan tentang anak haram kaisar yang hidup di rumahnya.

Kabar mengenai Lady Rossen yang melahirkan anak kaisar di luar nikah sudah diredam dan dialihkan. Banyak yang tidak mempercayainya dan berlalu menjadi gosip murahan.

Namun, entah darimana asalnya gosip itu muncul lagi.

"Pasti budak yang kabur beberapa hari lalu yang menyebarkan gosip ini."

Lord Rossen duduk sambil memegangi belakang kepalanya, "Aku bisa mati lebih cepat kalau begini."

"Bagaimana Tuan?"

"Biarkan saja. Gosip pasti akan segera dilupakan seperti sebelumnya," Lord Rossen beralih pada putrinya, "Maria, sebaiknya kau jaga dengan benar anakmu itu, reputasi keluarga dipertaruhkan."

Maria –wanita itu hanya menggumam tak jelas lalu pergi menuju kamar berpintu putih yang terletak di ujung koridor lantai dua. Setelah itu, dari sana terdengar jeritan seorang anak laki-laki.

"Maria! Tutup mulutnya dulu sebelum kau memukulnya!" teriak Lord Rossen dari ruang tamu.

Di dalam kamar, Kei kecil sedang dipukuli ibunya menggunakan sepatu. Sepatu cantik yang punya hak lumayan tinggi itu ternoda oleh sedikit darah. Tapi, sepertinya wanita itu tidak akan puas sampai darah mengotori seluruh badan sepatunya.

"Kenapa tidak ibu bunuh saja aku?" gumam Kei lemah saat ibunya berhenti memukulnya karena kelelahan.

Kei selalu memikirkannya. Bila memang keberadaannya adalah aib bagi keluarga, kenapa dia dulu dilahirkan?

Meski tidak dibesarkan dengan benar, ibunya memberinya pakaian bagus dan makanan yang enak. Setiap kali Kei membuat kesalahan atau ada sesuatu yang mengganggu ibunya Kei pasti dipukuli lalu dikunci di kamarnya tanpa makan dan minum.

Karena itu, Kei hampir mati beberapa kali.

Maria mendudukkan Kei dan mengusap wajahnya, "Kau tahu kenapa aku tidak pernah menyentuh wajahmu? Itu karena kau sangat mirip dengan dia. Melihatmu membuatku mengingat semua kenangan indah itu."

Sekalipun seluruh tubuhnya dipenuhi memar, hanya wajah Kei saja yang selalu bersih dari luka. Ibunya tidak pernah dan selalu menghindari untuk melukai wajahnya.

CLANS| ENHYPEN ft. I-LANDWhere stories live. Discover now