#006 Klan Elve (1)

3.5K 747 137
                                    

Kini mereka telah sampai di Midgard, desa tempat tinggal Klan Elve. Mereka berhasil sampai dalam waktu kurang dari dua hari. Beruntung sekali karena cuaca sedang cerah dan mereka tidak bertemu dengan perampok yang dikhawatirkan Jake di awal perjalanan.

Desa itu sederhana. Berbeda dengan Kota Shin yang dikelilingi benteng batu, Desa Midgard tidak menggunakan pembatas apapun di sekitarnya. Reputasi Klan Elve sebagai petani terbaik di Stalzr terlihat dari betapa suburnya lahan kebun mereka. Namun, pemandangan indah nan hijau itu sedikit terlihat kacau.

"Hei, apa cuma perasaanku atau memang sedang terjadi perkelahian di depan sana?" tanya Jay.

Sunghoon turun dari kudanya lalu berjalan mendekat, "Lebih tepatnya mereka diserang."

Tampak perbedaan kekuatan yang mencolok dari dua belah pihak. Kaum yang mengenakan pakaian sederhana dan lusuh yang diduga adalah Klan Elve terdorong oleh mereka yang memakai baju besi lengkap dengan tombak. Dilihat dari sisi manapun, sedang terjadi penindasan pada Klan Elve.

Gluduk... gluduk...

Mendadak langit yang mulanya cerah tanpa setitik pun awan berubah menjadi mendung, seolah-olah hujan akan langsung mengguyur seperti air terjun.

"Apa cuma perasaanku atau memang cuacanya mendadak berubah?" Jay berusaha menahan angin kencang yang menerpa wajahnya.

Sementara itu, Sunoo melirik pada Jake, "Jake, jangan mulai."

"Sunoo, kemarikan!" Jake menyodorkan tangannya pada Sunoo. Tapi, Sunoo diam tak bergeming.

"Ayolah!" sergah Jake. Tak sabar, Jake merampas tas Sunoo lalu membukanya. Dia mengeluarkan tiga buah tongkat besi, masing-masing sepanjang lengan. Tongkat itu mirip pipa dengan rongga di tengahnya.

"Hei, apa yang akan kau lakukan," Sunghoon mencoba menghalangi Jake yang hendak pergi menuju tempat terjadinya kerusuhan.

Sunoo menggeleng ke arah Sunghoon. Wajahnya seolah mengatakan, "Sudah, biarkan saja."

Jake dengan cepat lari ke arah kerusuhan itu. Jake tersenyum sebentar sebelum berteriak, "Hentikan tindakan kalian sekarang juga!"

Tapi tidak ada yang peduli, mendengarkan saja tidak. Jake jadi kesal.

Dia menggabungkan ketiga tongkat itu menjadi satu buah tongkat panjang. Jake mengangkatnya tinggi, "Harusnya kalian mendengarkan kalau ada orang bicara."

Blarrrr!

Seutas pilar kilat menyambar tepat di tengah kerumunan. Membuat semua orang di sana terdiam membatu memandang tanah yang gosong akibat kilat itu.

Mereka menoleh ke arah Jake yang sedang berkacak pinggang, "Tidak baik menindas orang yang lebih lemah dari kalian. Orang-orang ini bahkan tidak punya senjata untuk melawan."

"Huh? Anak-anak mending diam saja,"

Semua orang yang mengenakan baju besi bergerak menyerbu Jake. Tapi sayang sekali, itulah yang Jake inginkan.

Sekali lagi Jake mengangkat tongkatnya ke udara. Petir menyambar tongkat itu seolah tertarik kesana membentuk untaian kilat terang yang terhubung dengan mendung.

Jake tersenyum lalu memukulkan tongkatnya ke tanah. Dalam sekejap, semua orang yang hendak menyerang Jake tersambar petir. Mereka semua terpanggang seperti kue yang terlambat diangkat dari oven.

Sama sekali tidak ada gerakan yang tak perlu. Pertempuran itu selesai dalam satu kedipan mata.

Jake meniup ke udara, "Semoga mereka tidak mati."

Di tempat lain, Jay dan Sunghoon berdiri kaku.

"Apa cuma perasaanku atau memang barusan Jake mengendalikan petir?"

"Bukan cuma perasaanmu, Jay. Aku juga melihat hal yang sama," kata Sunghoon, "Menurutmu apa itu mirip dengan api biru milik Kak Heeseung?"

Jay menggeleng, "Tidak, Sunghoon. Aku tahu aku ini bodoh, tapi petir dan api itu dua hal yang sama sekali berbeda."

"Tapi, klan mana yang bisa mengendalikan petir?"

"Klannya Jake," jawab Sunoo cepat.

"Klannya Jake? Klan apa?"

Sunoo menggeleng, "Tidak tahu. Tapi, klan itu berasal dari Pulau Olympus yang kami tuju."

Jay sekali lagi melihat ke tempat Jake yang sedang memandang hasil sambaran petirnya dengan puas. Sepulang dari sini, Jay benar-benar harus banyak belajar.

"Ayo!" Sunoo membuat gestur agar Jay dan Sunghoon mengikutinya.

Orang-orang Klan Elve mengerubungi Jake dan menyalaminya. Mereka mengucapkan terimakasih berkali-kali sambil menangis haru, "Kalau tidak ada kau, mungkin akan banyak korban yang berjatuhan."

Jake tersenyum lebar, "Itu bukan masalah besar, orang jahat memang harusnya dihukum. Tapi, saya tidak tahu apakah saya berlebihan, takutnya mereka malah mati."

Mereka menoleh pada tumpukan besi gosong di samping mereka.

"Orang-orang itu lebih baik mati. Mereka tidak pantas disebut manusia," ujar salah seorang warga Midgard.

"Hiyaaaaa, pergi kalian! Pergi!"

Tiba-tiba seorang anak laki-laki yang kira-kira seusia Sunoo atau lebih muda berlari ke tengah kerumunan sambil mengibaskan pisau sembarangan. Dia rupanya melakukan itu tanpa tahu apa-apa bahkan sambil menutup mata.

"Jungwon!"

Seseorang berusaha menghentikan gerakan tangan anak yang bernama Jungwon itu supaya tidak melukai orang yang tidak perlu.

"Hei, sudah, para penjaga sudah pergi."

"Eh?" Jungwon membuka matanya dan menatap ke sekeliling dengan wajah heran, "Kok bisa?"

Tangan Jake menunjuk pada penjaga yang tadi tersambar petir.

"Siapa yang melakukannya?"

"Aku," Jake menunjuk dirinya sendiri dengan bangga.

Jungwon menyipitkan matanya lalu menodongkan pisau ke arah Jake, "Kau pasti tuan tanah yang baru, ya? Atau kau adalah anaknya? Jawab aku, hah!"

"Jungwon, dia sudah menyelamatkan kita tadi, jangan bersikap seperti itu. Kalau dia anak tuan tanah mana mungkin dia menghabisi anak buahnya sendiri?"

"Pak Kepala Desa jangan terlalu polos jadi orang, gampang ketipu nanti. Anda tidak lihat dia pegang senjata? Orang Central mengendalikan kekuatan mereka dengan pusaka," Jungwon menunjuk pada tongkat di tangan Jake.

Sunoo tertawa, "Siapa namamu tadi? Jungwon? Hei, Jungwon, yang benar saja, tongkat di tangan Jake itu dibuat dari besi rongsokan, mana mungkin itu adalah pusaka. Kau harus belajar untuk membedakan mana benda mahal dan mana yang murah."

Jungwon semakin marah dan tak segan menarik kerah Sunoo, "Huh? Kau sendiri pasti juga orang Central, kan? Ngaku saja! Dari penampilan dan warna kulitmu aku yakin kau juga berasal dari Central."

Sunoo hanya berani membatin, "Dibilang dari Central memang betul, sih."

"Jungwon," tegur kepala desa, "kau sudah tidak sopan! Lepaskan tanganmu darinya, mulai sekarang mereka adalah tamu di desa ini."

Dan tidak satupun yang mendengarkan teriakan protes dari Jungwon.



-to be continued-

CLANS| ENHYPEN ft. I-LANDWhere stories live. Discover now