#012 Selamat Datang di Central (1)

2.9K 692 11
                                    

Mereka telah sampai di Central.

Jungwon menganga, Central di hadapannya sekarang ternyata lebih menakjubkan dari yang pernah ia bayangkan selama ini. Banyak bangunan tinggi dan bertingkat, orang-orang memakai pakaian yang bagus dan berwarna-warni, membuat Jungwon bertanya-tanya bagaimana selembar pakaian bisa memberikan warna seperti itu?

Jangan lupakan pemandangan paling hebat di Central, Istana Raja Stalzr. Stalzr dipimpin oleh seorang raja yang tinggal di istana yang begitu besar dan megah di tengah kota.

Istana itu dibangun bertingkat-tingkat dengan satu kubah besar di puncak. Dari tempat mereka, istana tersebut tampak seperti tergantung di langit. Mengingatkan mereka tentang sebuah pujian; raja keturunan para dewa.

"Aku harus beli banyak oleh-oleh untuk orang di desa," pekik Jungwon.

"Jungwon," Jay menatap Jungwon sengit, "kita tidak datang ke sini untuk wisata, ingat?"

Jungwon meringis. Dia mengurungkan niatnya untuk mengambil uang di kantong.

"Tapi, hebat, ya," Sunghoon menoleh ke gerbang Central yang dipenuhi penjaga, "hanya dengan menunjukkan token yang harga materialnya bahkan tidak sebanding dengan meja di rumah Jay kita bisa melewati penjaga tanpa banyak pemeriksaan."

"Ini mau di bawa kemana?" tunjuk Jake pada gerobak yang diikatkan pada Berry. Gerobak berisi sayuran yang Jungwon tumbuhkan tadi pagi.

"Ah!" Jungwon mengambil selembar kertas dari dalam tasnya, lalu mengajak mereka menembus gang-gang pasar hingga sampai di depan sebuah kios yang menjual buah dan sayuran. Kios itu terlihat cukup besar dibanding kios lain.

"Permisi,"

Penjaga kios itu menghentikan kegiatannya sejenak, "Ada apa, ya?"

Jungwon memberikan kertas di tangannya pada si penjaga kios, "Saya mengantarkan pesanan Anda atas nama ayah saya. Beliau sedang kurang sehat untuk pergi keluar desa."

"Oh begitu," penjaga kios membaca surat dari Jungwon sebentar, "padahal aku belum mengirimkan pesan tapi ayahmu tanggap sekali."

"Iya, sudah waktunya Anda meminta kiriman. Takutnya kalau pesan Anda terlambat sampai atau bagaimana, jadi ayah saya mengirimnya lebih dahulu."

Penjaga kios itu menghela napas berat, "Bukannya terlambat, tapi aku memang tidak berencana untuk memesan."

"Eh?" Jungwon dan teman-temannya saling berpandangan.

"Ekonomi sedang merosot, seperti yang kalian lihat pasar juga sepi sekali. Memang sudah tanggalnya untuk mengganti sayuran, tapi mungkin aku hanya akan mengambil setengah dari pada biasanya."

"Memang apa yang terjadi di Central, paman? Tidak biasanya," tanya Jake penasaran.

"Tiba-tiba pajak dinaikkan menjadi 50 tiap bulan,"

"Benarkah? Seingatku bulan lalu aku masih membayar 25," kata Jay.

"Kenaikan pajaknya sangat tinggi. Tidak, ini dua kali lipat," komentar Sunghoon.

"Semua ini terjadi sejak kematian raja ke-12 sekitar 3 bulan yang lalu. Perlahan-lahan banyak sekali kebijakan yang tidak masuk akal,"

"Bukankah, Stalzr punya putra mahkota?" Sunoo memilih beberapa buah apel di rak, "Ku dengar putra mahkota adalah orang yang bijaksana."

"Putra mahkota memang sangat bijaksana tapi dia meninggal tidak lama setelah dinobatkan."

"Hah?!"

"Sekarang adiknya lah yang menduduki tahta, seorang pangeran yang usianya masih sangat muda. Karena dia belum memiliki kemampuan untuk menjadi raja, maka perdana menteri yang menjalankan pemerintahan," jelas penjaga kios.

Sunoo memberikan sekantong apel untuk ditimbang lalu membayarnya.

"Aku mengerti, jadi perd-" Jake membungkam mulut Jay sebelum dia selesai berbicara.

"Jangan bicara sembarangan, tempat ini punya banyak mata dan telinga," bisik Jake sambil melirik sekitarnya dan mendapati ada beberapa orang yang tengah memperhatikan mereka.

Setelah Jungwon menerima bayarannya, mereka pergi dari kios itu. Walaupun Jungwon hanya dibayar setengah, dia memberikan seluruh bawaannya pada penjaga kios. Toh, percuma juga kalau dibawa pulang. Dia bisa menumbuhkan tanaman lagi sebanyak yang dia mau.

"Sekarang apa yang akan kita lakukan?"

Sunoo mengambil apel di kantong lalu memberikannya satu pada Jake dan satu untuk dirinya sendiri.

"Kalian tahu kemana mereka membawa Heeseung?" tanya Sunoo pada Jay dan Sunghoon yang hanya dibalas dengan gelengan.

"Sudah ku duga. Jake, kau ingat ada berapa kuil di sini?"

Jake mengunyah apelnya sambil berpikir sebentar, "Hanya tiga. Tapi, aku ragu kalau Miko sehebat dia akan ditempatkan di salah satu kuil-kuil itu."

"Lalu, kita harus bagaimana?"

Sunoo tersenyum, "Ada tempat yang pasti punya informasi. Ayo!"

.

.

Semakin jauh menyusuri jalanan, semakin hilang bayangan indah mereka tentang Central. Jake dan Sunoo hanya berjalan santai, tapi Jungwon, Jay, dan Sunghoon yang baru pertama kali menginjakkan kaki di ibukota hanya terus menoleh ke kanan dan ke kiri sepanjang perjalanan mereka.

Sesekali meringis dan menatap iba pada kehidupan orang-orang yang susah di sana. Ada yang meringkuk di antara celah sempit tembok-tembok tinggi, ada pula yang memeluk saudara mereka yang terlihat lemah dan kelaparan.

Entah berapa kali Sunoo dan Jungwon berebut apel yang baru Sunoo beli karena Jungwon ingin membagikannya pada anak-anak jalanan. Jungwon tidak peduli dengan yang dewasa, tapi baginya anak-anak tidak pantas hidup menderita.

"Biarkan saja mereka!" bentak Sunoo kala apel terakhirnya ingin Jungwon berikan pada dua gadis kecil lusuh yang duduk di dekat selokan.

"Kau tidak punya hati, ya! Mereka membutuhkannya,"

Jay tidak mampu untuk melerai.

"Kalau butuh ya biar mereka cari sendiri, dong!"

"Kau gila, ya. Mereka masih anak-anak!"

"Terus kenapa kalau anak-anak?" Sunoo menatap sengit pada dua anak yang ketakutan karena pertengkarannya dengan Jungwon. Sesaat dia mengingat masa-masa sulitnya bersama Jake dulu.

Sunoo melemparkan kantong berisi satu-satunya apel yang dia punya pada mereka, "Kalau terus seperti ini, kalian bisa mati, lho. Berusahalah sedikit untuk bertahan hidup."

Lalu, Sunoo melengang pergi meninggalkan mereka dalam diam. Menyisakan sejuta pertanyaan di pikiran Jungwon.

Setelah beberapa lama, langkah Sunoo berhenti di depan sebuah kedai, "Sudah sampai!"

"Kedai?"

"Ada dua tempat yang jadi sumber gossip di Central. Pertama pasar dan kedua adalah kedai makan. Pasar terlalu beresiko makanya kita datang ke sini," jelas Jake.

"Dan kami juga ingin mengenalkan kalian pada seseorang yang mungkin saja bisa membantu," tambah Sunoo.



-to be continued-

CLANS| ENHYPEN ft. I-LANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang