#111 Epilog

2.8K 673 132
                                    

Ada sebuah cerita tentang klan yang tinggal di perbatasan antara wilayah barat dan selatan. Klan itu berisi manusia-manusia cendekiawan. Mereka memiliki peradaban yang tinggi dengan segala kebijaksanaan dan kecerdasan. Hidup damai di tengah kota kecil bernama Chroma.

Klan Alkemis meskipun sangat pandai, tak sedikitpun punya ambisi untuk menduduki kursi di pemerintahan. Padahal, kemampuan mereka akan melebihi kepiawaian penasehat kerajaan jika mereka mau.

Klan Alkemis punya kemampuan untuk menggabungkan atau menguraikan semua benda berwujud. Mengurai semua unsur dari sebuah batu mineral atau membuat baja berkualitas tinggi hanya dengan menggenggam materialnya saja.

Tak perlu repot-repot memanaskan, menuang, dan mendinginkan seperti halnya pandai besi.

Bahkan ada kabar burung yang mengatakan bahwa klan itu bisa mengubah timah menjadi emas.

Seorang pemuda berawakan tinggi berjalan riang menyusuri padatnya pasar di Kota Chroma. Pakaiannya sederhana tapi rapi, rambutnya hitam dan halus berkilau di bawah sinar matahari. Usianya masihlah sangat muda, antara 15 dan 16.

"Daniel!" pemuda itu berhenti di depan salah sebuah kios ketika namanya dipanggil.

"Bawa ini untuk kakakmu," pemilik kios itu memberikan sekeranjang sayur dan buah-buahan pada Daniel, "Buah-buah itu datang jauh dari Midgard."

"Anda tidak perlu repot-repot," Daniel terpaksa menerima keranjang itu karena terus menerus dijejalkan kepadanya.

"Meskipun pusat kita tidak seistimewa pusat klan lain, kelahiran seorang anak di dunia ini haruslah dirayakan dan didoakan. Selamat untuk untuk kakakmu, ya."

Daniel tersenyum senang, "Terima kasih!"

"Kau masih remaja tapi sudah punya keponakan."

Daniel melanjutkan perjalanan menuju rumah dengan sekeranjang sayur dan buah. Dia membuka pintu rumahnya, mendapati kakak perempuannya sedang duduk di kursi goyang sambil menimang seorang bayi.

"Kau sudah pulang, Daniel."

"Ada hadiah untukmu, Kak," Daniel mengangkat keranjang pemberian tadi dan meletakkannya di atas meja.

Bayi dalam gendongan kakaknya mengeliat dan merengek menggemaskan kala Daniel menunduk untuk mengecup puncak kepalanya. Kakak Daniel baru saja melahirkan seorang bayi laki-laki beberapa hari lalu. Sebuah kebahagiaan setelah selama sembilan bulan mereka berdua mengalami banyak kesulitan.

Bayi itu harus lahir tanpa ayah. Tapi, Daniel merasa dia bisa menjadi paman sekaligus ayah untuk keponakannya.

Tiba-tiba terdengar gedoran di pintu, "Isabella! Kami tahu kau ada di dalam. Segera keluar!"

Mendengar namanya dipanggil, Isabella –kakak Daniel menyerahkan bayinya pada Daniel, "Bawa Sunoo. Jangan sampai mereka mengetahui keberadaanmu dan bayiku. Dengar, Daniel, jangan mencariku, jangan coba untuk pergi kemanapun sampai aku kembali."

Setelah mengatakan hal itu, tubuh tinggi Daniel didorong masuk ke dalam kamar. Pintu didobrak, menampilkan beberapa orang berseragam militer. Daniel melihat kakaknya dibawa, wanita itu tersenyum pada Daniel yang mengintip di sela-sela pintu kamar sebelum benar-benar pergi.

"Aku akan kembali," itu yang Daniel dengar dari membaca gerakan bibir kakaknya.

Tapi, kakaknya tidak pernah kembali.

Dunia Daniel hancur saat sebuah peti mati datang ke tempatnya. Di dalamnya ada sang kakak yang terbaring kaku, kurus, dan pucat. Daniel menangis sambil memeluk Sunoo dalam dekapan.

"Seperti darahnya disedot habis hingga kering," begitulah yang dikatakan orang-orang ketika melihat mayat kakaknya.

Saat pusat klan perempuan hamil, seluruh darah elixir akan berpindah pada bayinya. Darah elixir diwariskan tapi jika tak sempat, maka elixir akan mengalir dalam darah keturunan lain dalam beberapa dekade.

Begitulah kakak Daniel mati dan meninggalkan seorang bayi berdarah elixir pada Daniel. Tapi, Daniel melepaskan bayi itu ketika panah-panah api datang menghujani Chroma.

Dia berjalan tertatih menaiki bukit, menggendong Sunoo dan meninggalkan ribuan rasa bersalah serta kebodohannya di belakang. Daniel mendengar tentang orang-orang berbaju putih yang membawa puluhan bayi terlantar yang melewati gunung-gunung waktu malam.

"Permisi," Daniel menghentikan rombongan berbaju putih itu, "bisakah saya menitipkan anak ini pada kalian?"



-end for part 1-

Seperti yang saya bilang, bagian satu akan selesai sebelum akhir tahun. Tapi, siapa sangka cerita ini selesai lebih cepat dari yang saya duga. Ini semua berkat para readers yang sudah membaca, memberi bintang, dan komentar. Terima kasih banyak. Tanpa semangat dan antusiasme dari kalian cerita ini mungkin tidak akan pernah sampai di sini.

Bagian dua saya tidak bisa menjanjikan dalam waktu dekat.

Sungguh.

Bagian dua mungkin akan kental dengan permainan politik dan akan banyak menjawab pertanyaan yang muncul di sini sekaligus akan muncul tokoh-tokoh lain dari klan yang mungkin hanya sempat disebut saja di bagian satu.

Saya sudah menaruh beberapa clue di tiap chapter.

Akhir kata, terima kasih banyak :-)

Saya cinta sama kalian.

CLANS| ENHYPEN ft. I-LANDWhere stories live. Discover now