#010 Klan Elve (5)

2.9K 713 130
                                    

"Jungwon?" Sunoo menatap tidak percaya pada Jungwon yang memeluknya.

Kemudian, perhatiannya beralih pada selubung akar yang melindungi mereka bak benteng di balik punggung Jungwon.

Semua orang yang melihatnya terperangah.

"Freyr... Itu adalah akar Yggdrasil!"

Tuan Tanah menarik pedangnya kembali. Ini di luar rencana.

Jungwon bangkit lalu berdiri di hadapan Sunoo. Dia mengembalikan akar-akar itu ke dalam tanah lalu menatap tuan tanah tepat di mata, "Jangan sentuh klanku!"

"Jadi, selama ini Jungwon adalah Freyr?" tubuh kepala desa merosot ke tanah saking terkejutnya.

Sunghoon yang berada di dekatnya sigap membantunya berdiri, "Bahkan di tempat kami, api biru suci langsung diwariskan kepada Miko yang baru begitu Miko sebelumnya meninggal. Begitu pula dengan Yggdrasil, saya yakin dia pasti sudah punya pengganti ketika Freyr kalian meninggal dua bulan lalu."

Alasan Sunoo bersikeras tetap tinggal di Midgard adalah dia punya firasat bahwa pusat klan ini, yaitu Freyr pasti sudah ada penggantinya. Dia mencurigai Jungwon karena seorang pusat klan pastilah punya keistimewaan dan kelebihan dibandingkan anggota klan yang lain.

Dan Jungwon punya kelebihan itu; dia tidak kenal takut, bahkan cenderung emosional dibandingkan anggota klan lain yang lebih tenang. Jungwon siap pasang badan ketika ada warga desanya yang dilukai, dengan berani dia menenteng senjata dan pergi ke rumah tuan tanah sendirian meminta pertanggung jawaban saat pemuda lain yang bahkan lebih tua darinya memilih untuk berserah diri pada dewa.

Itu adalah tanggung jawab seorang pusat untuk melindungi klannya dengan gagah berani.

Jay menatap Jungwon sambil tersenyum kecil, "Dia mengingatkanku pada Kak Heeseung."

Karena tak sedikitpun tuan tanah beserta pasukannya berniat pergi, Jungwon menaikkan akar-akar lain yang lebih besar dan kuat ke permukaan tanah. Menyabet seluruh pasukan tanpa terkecuali hanya dengan satu gerakan tangan. Dia juga melilit beberapa orang menggunakan sulur berduri.

Seorang pria tua bergumam di samping Jake, "Dia berbeda. Dia berbeda dengan semua Freyr sebelumnya. Dia punya keinginan dan kemampuan untuk bertarung."

"Melihat kebiasaan kalian, pasti Freyr yang dulu enggan membuat perubahan, ya. Yah, itu hal yang biasa terjadi pada klan yang tinggal di desa terpencil seperti ini," timpal Jake.

Sunoo berjalan mendekati Jungwon, "Tuh, kan sudah ku bilang. Yggdrasil memilihmu bukannya tanpa alasan. Kau hanya perlu menggunakan sedikit keberanianmu, Jungwon."

Jungwon hanya melirik Sunoo.

"Selain itu," Sunoo menunjuk pada tuan tanah yang berdiri ketakutan karena seluruh anak buahnya dibabat habis, "Pusaka itu bahkan tidak bisa memotong akar Yggdrasil, apalagi menebang pohonnya. Kalian benar-benar ditipu."

"Gerbang ketujuh, dark string!"

*astaga saya nulis apa :' tadinya mau pake simbol-simbol begitu tapi takutnya malah tidak terbaca

Tiba-tiba, sebuah wujud berwarna hitam bergerak menuju tuan tanah lalu mengikatnya seperti tali. Spontan, pedang di tangannya jatuh, menimbulkan bunyi bedebum yang cukup keras.

"Siapa?"

Seorang laki-laki berseragam militer memasuki desa dengan begitu percaya diri. Dia membawa beberapa tentara lain di belakangnya. Seragamnya berwarna putih dengan jubah panjang. Dilihat dari pakaiannya dan lencana yang berjejer, orang itu pasti bukanlah pejabat militer biasa.

"Tuan Grid, akhirnya aku bisa menangkapmu setelah berbulan-bulan," katanya begitu kakinya sampai di hadapan Tuan Tanah, "aku tidak menyangka, bukan saja kau mencuri pusaka tapi juga menggunakannya untuk hal yang tidak benar seperti menindas kaum Elve."

"Bawa dia!" orang itu memerintahkan anak buahnya untuk menggeret Grid si Tuan Tanah pergi dari sana. Dia memungut pedang besar itu lalu memasukkannya ke sarung pedang yang menggantung di punggungnya.

Laki-laki itu berjalan menuju kerumunan klan Elve, "Dia adalah Grid, pengusaha yang mencuri pusaka di Central. Kebetulan, dia mencuri milikku. Beberapa bulan aku kebingungan harus mencari kemana, tapi seseorang dari klan kalian mengadu pada salah satu keluarga bangsawan hingga aku sampai di sini."

"Terima kasih, Tuan," kepala desa membungkuk memberikan hormat.

"Namaku Ni-ki, pangkatku masih letnan, Anda tidak perlu terlalu segan."

Jungwon mengernyitkan dahinya, "Masih letnan tapi dia sudah punya pusaka? Itu agak aneh, kan, Sunoo?"

Tak dapat jawaban, Jungwon menyadari bahwa Sunoo telah hilang. Padahal barusan dia ada di sampingnya.

"Sunoo?" panggil Jungwon lagi.

"Kau bilang apa? Sunoo?"

Jungwon terkejut tiba-tiba Niki sudah ada di depannya dengan wajah serius. Sekelebat, pembicaraannya dengan Sunoo semalam muncul di ingatannya.

"Kabur dari Central?"

Sunoo mengangguk, "Kami dibesarkan di sebuah panti asuhan. Kami dipaksa untuk melakukan hal-hal seperti belajar menggunakan pedang, mempelajari administrasi negara, bahkan dituntut untuk mendapat nilai tinggi di setiap tes yang kami jalani sejak kami masih sangat belia. Jika kami melakukan kesalahan, kami akan dihukum."

"Hukuman seperti apa?"

"Aku tidak pernah melanggar peraturan dan nilaiku juga selalu tinggi jadi aku tidak tahu hukumannya seperti apa. Tapi Jake sedikit nakal. Aku tidak tahu apa yang mereka lakukan padanya, tapi setelah dia kembali dari hukumannya, Jake gemetar dengan wajah penuh trauma. Setelah itu, Jake jadi lebih penurut dibanding siapapun."

Jungwon tidak bisa berkata apa-apa.

"Oleh karenanya, kami kabur dari tempat itu. Aku dan Jake lari dari sana dan sampai di sini sekarang."

"Berarti kalian adalah buronan?" tanya Jungwon.

"Tidak. Kami sama sekali tidak melakukan sesuatu yang menyebabkan kerugian pada Central, kepergian kami juga tidak berpengaruh pada kehidupan mereka barang sedikitpun. Tapi, mungkin ada beberapa orang yang masih mencari kami."

Jungwon gugup, "Iya, Sunoo. Dia temanku, putra Pak Hun penjual buah di sana," Jungwon menunjuk asal pada Pak Hun sembari memberikan kode karena sebenarnya Pak Hun sendiri masih lajang.

"I-Iya. Putraku tadi ada di sini, entah kemana dia."

"Oh," entah hanya perasaan Jungwon atau dia memang melihat sang letnan, Ni-ki menunjukkan wajah sedih sebelum akhirnya pamit untuk pergi meninggalkan desa bersama satu rombongan besar narapidana.

Sementara itu, di atas salah satu dahan pohon Yggdrasil bertengger dua anak manusia, tersembunyi di antara ranting dan dedaunan.

"Hampir saja, ya, Jake,"

"Semenjak aku melihat pedang itu aku sudah punya firasat," kata Jake.

"Siapa yang mengira pedang itu bisa dicuri."

Jake menatap sendu pada bekas luka di kakinya, "Sedetik pun aku tidak pernah lupa ukiran pedang yang seperti kanal-kanal darah itu. Punggung Naga, pusaka milik Ni-ki."

Sunoo hanya tersenyum lalu menarik Jake dalam rangkulan.

"Semoga kita tidak bertemu lagi dengannya,"

"Tidak, kita sedang menuju Central. Cepat atau lambat kita akan bertemu lagi dengannya."




-to be continued-

CLANS| ENHYPEN ft. I-LANDWhere stories live. Discover now