#050 Kue Kacang (1)

2.2K 561 201
                                    

Waktu berlalu dalam damai sejak pemberontakan Tentara Revolusi berakhir. Sungguh. Tak ada lagi penindasan, tak ada lagi penyerangan. Perlahan-lahan, Stalzr mulai berbenah. Menyusun pemerintahan mereka dari dasar, membangun ulang infrastruktur, serta mengobati mereka yang terluka oleh peperangan.

Kei bilang masa pemulihan mungkin akan berlangsung lebih lama dari yang mereka perkirakan.

Tidak ada yang tahu bagaimana caranya pemimpin Tentara Revolusi itu berhasil selamat dari keruntuhan istana. Dia kembali ke rumahnya dalam keadaan baik dengan sebuah luka tusukan di perut. Saat dia pulang, dia disambut oleh bawahan setianya yang selamat dan juga tatapan tajam penuh amarah yang dilayangkan Jake dan kawan-kawan.

Pria itu pasrah seandainya mereka akan membunuhnya atau apa, tapi mereka hanya berkata begini padanya, "Kalau kau tidak bisa membereskan kekacauan ini dengan benar, kami akan mengirimmu ke samping makam Mas Daniel."

Mari lupakan tentang kesibukan para bangsawan 'tanah baru' dan beralih ke kediaman Jay di Kota Shin. Kembali ke rutinitas yang tenang dan membosankan.

"Sudah baca surat dari Nicholas?" tanya Jake pada Sunoo yang datang bersama Jungwon dengan membawa beberapa stoples kue kacang. Hasil kreasi mereka berdua sembari mengisi waktu luang.

Sunoo mengangguk, "Sudah. Aku juga sudah membalas suratnya dan mengirimkan kembali Choco pada Kak Hanbin."

Setelah sekian lama, pusaka itu akhirnya dikembalikan pada pemiliknya.

"Ada sesuatu yang menggangguku," celetuk Jungwon.

"Apa?"

"Tuan Kei bilang kalau semua pusaka akan memberikan penolakan bila digunakan bukan oleh pemiliknya, lalu selama ini kita menggunakan Choco–"

"Benar!" Jay memotong perkataan Jungwon sambil menepuk tangannya sekali, "Choco, kan, punya Kak Hanbin. Apa kita selama ini mengalami penolakan tertentu, mungkin sesuatu yang tidak ku sadari?"

"Kalau dipikir-pikir, semuanya jadi masuk akal sekarang," kata Sunghoon, "Jake, Sunoo, apa kalian mengetahui sesuatu?"

"Kesialan," jawab Jake singkat.

"Apa? Kesialan? Ahh, pantas saja selama ini kita tidak pernah mengalami hal baik."

Sunghoon menelisik ekspresi Jake, ia tampak gusar, "Mungkinkah, kesialan itu adalah kematian?"

Mereka memandang Sunghoon, lalu beralih pada Jake. Jake kemudian mengangguk mengiyakan.

"Aku menggunakannya dua kali," Sunghoon menegakkan duduknya, "Dan dalam periode itu Jay dan Jungwon mati. Meskipun mereka hidup lagi karena bantuan Sunoo. Lalu, pada hari pemberontakan Jake menggunakannya sekali dan Sunoo sekali..."

Di hari itu, Jake mendapatkan kematian Sunoo dan Sunoo menghadapi kematiannya sendiri.

"Tapi, bukankah kita juga menggunakannya untuk berangkat negosiasi ke Central? Apa ada yang mati waktu itu?" tanya Jungwon.

"Om Daniel," jawab Sunoo, "Aku yang memakainya dan itu adalah kali pertama aku bertemu dengan Om Daniel di alun-alun kota. Sebenarnya, aku sedikit beruntung karena dia tidak langsung mati sehingga aku masih sempat menikmati waktuku sebentar bersamanya."

Mereka menyadari raut sendu di wajah Sunoo. Sesaat ruangan itu diselimuti oleh aura duka, tidak suram tapi tetap saja menyedihkan.

"Lalu, kenapa Kak Hanbin memberikan benda itu pada kita?"

Heeseung langsung menyahut, "Tidak ada alasan. Dia pasti melakukannya hanya karena ingin membantu. Anggap saja dia tidak tahu bahwa pusakanya akan memberikan penolakan seperti itu."

CLANS| ENHYPEN ft. I-LANDWhere stories live. Discover now