#053 Olympus (2)

2.3K 577 266
                                    

"Beomgyu?" tanya Jake memastikan.

Beomgyu mengangguk, "Tuanku adalah dewa yang mengendalikan petir. Aku dilahirkan hanya untuk selalu setia dan melayaninya sampai akhir hayatku."

"Raijin? Tuanmu adalah dewa Raijin?"

"Tuanku tidak punya nama, lagipula kalian menamai dewa-dewa seperti yang kalian inginkan. Seumur hidup aku hanya memanggil 'Tuan' pada tuanku," jawab Beomgyu.

Dalam legenda Klan Penjaga Kuil, setiap dewa memiliki pelayan setia. Pelayan yang mengabdi padanya dan menuruti setiap perintah dewanya, apapun itu. Pelayan-pelayan ini memang sengaja diciptakan untuk membantu dewa mengerjakan urusan mereka di langit sekaligus mendampingi mereka kemana pun mereka pergi.

Raijin, dewa petir dalam kepercayaan Klan Penjaga Kuil dipercaya memiliki seekor rubah sebagai pelayan.

"Aku tidak percaya aku benar-benar melihat siluman dengan mata kepalaku sendiri," ujar Jay.

"Aku bukan siluman!" sanggah Beomgyu, "Aku adalah pelayan tuanku!"

"Iya, iya, kami mengerti tuan pelayan," Jay menanggapi dengan malas, "Tapi, kalau kau pelayan dewa petir bukankah itu berarti dia adalah tuanmu?" tambahnya sambil menunjuk pada Jake.

Jake menatap Beomgyu penuh harap. Beomgyu adalah kunci untuk semua misteri mengenai identitasnya. Jake yakin itu. Hanya Beomgyu yang tahu apakah dia benar-benar dewa atau bukan.

"Bukan."

"Hah?"

"Tuanku adalah dewa petir dan manusia ini bukanlah dewa petir."

Mereka semua terdiam. Bahkan Jake dan Sunoo yang otaknya selalu encer itu pun tidak bisa berkomentar. Rasanya sulit sekali mencerna tiap kata yang terlontar dari mulut Beomgyu barusan.

Kalau Jake bukan dewa, lalu apa?

"Apa memang kebetulan benar-benar ada klan yang bisa mengendalikan petir?" tanya Sunoo hati-hati.

"Tidak ada."

"Lalu?"

"Tuan! Tuan! Anda mau kemana?" Beomgyu menahan lengan tuannya yang hendak pergi ke luar rumah. Tanah Olympus selalu diguyur hujan dan petir. Hari itu, Beomgyu memohon sambil berlutut pada tuannya agar dia tidak pergi di bawah derasnya air hujan.

"Bagaimana Anda bisa melakukan hal ini? Bagaimana Anda bisa..."

Tuannya menghampiri Beomgyu lalu mengelus kepalanya sebentar, "Berkatku masih akan ada di tanah Olympus, jadi kau tidak harus kemana-mana."

Meskipun tuannya bilang begitu, satu per satu manusia di Olympus tumbang. Mereka mati bukan karena wabah atau pertempuran. Melainkan memang sudah waktunya ajal mereka menjemput.

Beomgyu tak menghitung berapa lama, tahu-tahu dia sudah ditinggalkan sendirian. Mereka meninggalkan Beomgyu bersama rumah-rumah mereka di atas tanah yang kosong.

Bahkan ketika matahari mulai bersinar lagi di atas tanah Olympus, tak ada satu pun yang menemani Beomgyu menikmatinya.

"Tuanku begitu kejam meninggalkanku sendirian di sini,"

"Tuanku sudah tidak ada," Beomgyu menunduk, menatap ranting-ranting yang patah di antara kobaran api unggun.

"Kemana?"

"Dengan turunnya tuanku ke bumi, dia kehilangan legitimasinya sebagai penghuni langit dan tidak lagi menjadi dewa. Namun, di bumi tuanku masih punya kekuatan meski pada akhirnya tuanku harus merelakan semua yang dia miliki untuk menebus dosa," jelas Beomgyu.

CLANS| ENHYPEN ft. I-LANDWhere stories live. Discover now