#040 Final Arc: Pemberontakan (2)

2.2K 549 146
                                    

"Sunoo, benar tak apa kita duduk makan bakpao di sini?" Kangmin bertanya sambil mengunyah bakpao di tangannya, "Katanya mau ada pemberontakan? Kenapa santai sekali?"

"Kau pikir kita harus mengadakan arak-arakan gitu di jalan? Ini pemberontakan, ya, bukan karnaval," jawab Sunoo.

"Tapi, sungguh, ku dengar dampaknya akan sangat besar? Terutama bila petir berskala maksimal punya Jake dilepaskan," Heeseung meneguk tehnya dengan muka khawatir, "Aku takut akan banyak korban yang berjatuhan. Terutama dari warga sipil."

Sunoo menelan bakpao di mulutnya sebelum berkata, "Makanya, Kei mengungsikan penduduk 'tidak bersalah' dalam radius 3 km dari istana. Sebagai gantinya, dia mengumpulkan para bangsawan dan orang-orang busuk dalam satu tempat untuk dibunuh sekaligus. Dan sekarang kita sedang berada dalam jarak aman."

"Oh," Kangmin mengangguk, "Itu alasannya kalian melaksanakan pemberontakan ini saat eksekusi?"

"Yap."

"Lalu, para penyihir akan membuat pelindung yang mencegah siapapun untuk kabur dari medan pertempuran, sekaligus mencegah kerusakannya melebar," tambah Sunoo.

"Penyihir? Mereka bisa membuat pelindung seperti itu?" tanya Heeseung.

"Ya. Tapi, pelindung itu tidak bisa mencegah orang lain masuk," Sunoo memerhatikan Heeseung menampilkan ekspresi yang tidak biasa, "Kenapa?"

"Ah, tidak. Aku hanya merasa aneh," Heeseung menunduk sambil memegangi gelas tehnya erat-erat, "Selama ini Klan Penjaga Kuil, termasuk aku, selalu memandang rendah para penyihir karena mereka menggunakan cara tidak terpuji untuk mendapatkan kekuatan. Kenyataannya, Klan An jauh lebih maju ketimbang Klan Penjaga Kuil. Mereka bahkan punya basis militer paling kuat di antara semua klan, padahal kami selalu menganggap mereka lemah."

"Mereka memang lemah, kok," sahut Sunoo, "Tidak seperti Kota Shin yang berdiri di atas tanah subur dan kaya raya, Udgar milik mereka berada di tengah-tengah gurun pasir yang keras. Mereka tidak punya pilihan lain untuk bertahan hidup."

Saat sedang menatap ke langit, terlihat tudung transparan –samar-samar berwarna pelangi seperti gelembung yang tertimpa cahaya matahari turun membentuk sebuah kubah. Tidak ada yang menyadari hal itu kecuali mereka bertiga yang sedang duduk di depan kedai makanan ringan.

"Kalian melihatnya?" tanya Sunoo.

Heeseung dan Kangmin mengangguk.

"Itulah hasil yang didapatkan orang lemah saat mereka berusaha,"

"Sudah dimulai?" tanya Kangmin.

Sunoo menelan potongan besar bakpao terakhir di atas mangkok, lalu berlari memasuki wilayah yang dilindungi oleh tudung tadi diikuti oleh Heeseung dan Kangmin.

"Kangmin, aku benar-benar minta maaf karena melibatkanmu. Padahal Magma mengirimmu ke rumah Jay agar kau menghindari pertempuran," kata Sunoo.

"Lupakan saja kakakku. Aku bahkan lebih kuat dari semua petarung di Nord tapi dia masih menganggapku seperti anak kecil yang lemah dan tak berdaya. Lagipula dengan adanya aku di sini, Sunghoon bisa fokus untuk membuka jalan, kan?"

"Kau benar."

"Sunoo," panggil Heeseung, "Walaupun membuat pelindung, bukankah percuma kalau pelindung itu bisa dimasuki siapa saja? Kita tidak tahu ada berapa banyak tentara militer di luar sana, mereka bisa mengirim bala bantuan kapan pun mereka mau."

"Makanya, Magma menyuruh Kangmin kabur ke Kota Shin. Agar dia tidak diikutkan dalam aksi penyergapan," jawab Sunoo.

"Penyergapan apa?"

CLANS| ENHYPEN ft. I-LANDWhere stories live. Discover now