#034 Tentara Revolusi (2)

2K 563 139
                                    

Jake melipat tangan sambil terus menerus menoleh pada ruangan dimana Lord Rossen sedang berbincang dengan Tuan Besar. Meskipun Jake selalu menolak dengan tegas dan menentang Tentara Revolusi secara terang-terangan, dia tidak bisa memungkiri bahwa dia juga penasaran pada apa yang akan direncanakan oleh mereka untuk menggulingkan pemerintahan.

Pasti sesuatu yang besar. Jake sangat menantikannya.

"Kenapa kau malah jadi tidak sabar?" tanya Jay.

"Aku penasaran. Seratus persen aku yakin mereka membutuhkanku untuk menjalankan rencana mereka. Yah, walaupun aku berharap tidak usah saja," jawab Jake.

Wajah Jay mengerut, "Bagaimana kau bisa yakin sekali? Kau tidak terlalu percaya diri? Jangan-jangan kau ditolak lagi seperti barusan."

"Dia dengan susah payah mendapatkan surat adopsiku dan Sunoo. Panti asuhan kami itu milik Jenderal dan di bawah pengawasan khusus militer kerajaan. Dia sampai repot-repot melakukannya meskipun aku tahu itu hal yang mudah bagi bangsawan kelas atas sepertinya."

"Sama sekali tidak merepotkan," terdengar sahutan dari balik punggung Jake.

Itu adalah Lord Rossen yang tersenyum ramah lalu ikut duduk bersimpuh di dekat mereka tanpa permisi.

"Sepertinya sekarang giliran saya yang harus bicara pada kalian semua," katanya.

Jake menaikkan alisnya, "Kalian?"

"Tentu saja. Banyak tentara revolusi yang menyaksikan aksi heroik kalian di Nord beberapa waktu lalu,"

Mereka saling berpandangan.

"Ya, itu sangat heroik," komentar Jake, "Teman kami bahkan kehilangan nyawanya sekali selama di sana."

"Jake," tegur Sunoo.

"Heroik tapi juga berbahaya. Lord pasti tidak punya hati dengan menempatkan kami yang masih anak-anak di medan perang," ujar Jake langsung.

"Wah, sepertinya niat saya sudah kelihatan, ya."

Tentu saja kelihatan! Jelas sekali, gerutu Jake dalam hati.

"Omong-omong, jangan panggil saya Lord. Anda bisa memanggil nama kecil saya, Kei."

"Kei?"

Kei menangguk, "Semua orang di tentara revolusi tidak pernah memanggil saya Lord. Bahkan Daniel yang di belakang saya ini selalu memanggil saya dengan nama itu."

"Lalu," Kei beralih dari Jake pada Sunoo yang duduk di dekatnya, "Sepertinya Daniel punya beberapa hal yang ingin dia katakan."

Setelah Kei mengatakan itu, Daniel dan Sunoo berpamitan untuk berbincang secara empat mata di lain tempat. Meninggalkan Kei bersama lima orang lain yang tersisa.

"Biar saya ambilkan teh," Heeseung hendak berdiri.

"Tidak perlu," Kei menggelengkan tangan, "Saya sudah minum cukup banyak tadi."

"Langsung saja, apa rencanamu?" tanya Jake tanpa basa-basi.

"Sebelum itu, perkenalkan nama saya Kei dari Keluarga Rossen. Sekarang saya adalah kepala keluarga, tapi Anda sekalian tidak perlu terlalu formal."

"Tidak ada yang ingin bersikap formal padamu di sini," sahut Jungwon ketus.

Kei tertawa kecil, "Daniel benar saat dia bilang anak-anak yang ditemuinya di Central bulan lalu sangat unik. Untung saja sifat kurang ajar kalian itu setimpal dengan kemampuan kalian. Kalau tidak–"

"Kalau tidak memang kenapa?" potong Jungwon. Setelah mendengar berbagai cerita tentang kekejaman Kei sebagai seorang bangsawan tadi, Jungwon jadi bersikap defensif. Jungwon masih punya stigma buruk mengenai bangsawan omong-omong.

CLANS| ENHYPEN ft. I-LANDWhere stories live. Discover now