#029 Reruntuhan

2.2K 568 118
                                    

Heeseung menyambut mereka dengan air mata dan pelukan saat mereka tiba di depan pintu rumah. Mereka bahkan tidak perlu banyak bercerita, Heeseung sudah tahu semuanya.

Meski jauh, Miko itu tetap mengawasi mereka dengan tangan berkatup dan hati cemas.

Begitu tiba, Heeseung membuatkan mereka satu teko teh beraroma wangi. Setelah masing-masing dari mereka meminum segelas, mereka tidur untuk waktu yang lama. Membiarkan tubuh mereka istirahat, menjauhkan fisik dan pikiran dari segala hal yang mengganggu adalah hadiah kecil yang bisa Heeseung berikan untuk adik-adik barunya yang telah berjuang keras.

Setelah sekitar 10 hari, satu per satu dari mereka bangun lalu duduk di beranda sambil menikmati angin lembut yang menyejukkan. Bersantai sebentar, tidak ada alasan untuk terburu-buru. Rasanya sudah cukup lama mereka tidak menikmati hari yang tenang seperti ini.

Jungwon langsung pulang ke rumahnya begitu bangun sehingga kini hanya tersisa Jake yang mengobok-obok kolam, Sunoo yang makan mochi, dan Sunghoon yang duduk melamun.

Sedangkan, Jay mendekati Jake dan menariknya menjauh dari kolam, "Nanti kolamnya gak bisa dibuat melihat lagi kalau dimainkan begitu."

"Omong-omong, ada satu hal yang janggal dari cerita Kangmin," Sunghoon membuka pembicaraan di tengah aksi malas-malasan mereka.

"Apa itu?" tanya Sunoo dengan mulut penuh.

"Garis waktunya," sahut Jake yang berhasil dijauhkan dari kolam.

Jay mengerutkan alis, lagi-lagi mereka akan memulai bahasan 'berat' yang lainnya. Maka dari itu, dia memilih untuk tiduran dan mendengarkan saja. Otak dan tenaganya sudah terlalu banyak terpakai akhir-akhir ini.

"Kalau dari ceritanya, berarti perang saudara di Klan Es dimulai setelah Kangmin jatuh ke jurang," kata Sunghoon yang dibalas anggukan oleh Sunoo, "Saat tahu klannya sedang mengalami masalah, Kangmin yang baru saja selamat dari maut terbang ke Selatan untuk minta bantuan."

"Kau benar. Lalu janggalnya dimana?"

Jake menyambar sepotong mochi di mangkok Sunoo lalu melemparnya ke mulut, "Kangmin itu bisa bolak balik dari utara ke selatan dalam semalam. Tapi, apa kau ingat berapa lama jarak antara surat Nicholas yang mengatakan bahwa Nord sudah diserang dengan kedatangan Kangmin ke sini?"

"Kira-kira dua minggu,"

Jay langsung bangun begitu mendengarnya, "Kalau begitu...."

"Antara Kangmin yang berbohong atau dia terkapar di jurang itu selama dua minggu sampai bangun lagi."

Hal yang semula tidak terasa aneh malah jadi masalah sekarang. Sunoo juga sepertinya tidak menyadari hal itu sampai Sunghoon menanyakannya tadi. Kemungkinan Kangmin mengelabui mereka juga sangat kecil sekali.

Tidak mungkin anak itu berbohong, tidak ada untungnya juga.

"Tapi, pingsan selama dua minggu di dalam jurang, aku benar-benar kagum dia masih bisa hidup. Udara di Nord itu sangat dingin," komentar Jay, "Sekalipun dia tidak terluka parah, dia akan tetap mati membeku."

"Yah," Jake menepuk tangannya sekali, "Bisa jadi itu adalah keunggulannya. Dia kan pusat klan. Malah aneh kalau dia bisa mati semudah itu."

Jay mengangguk, "Benar sekali, Jake. Tidak mungkin, kan, ada yang menolongnya lalu meletakkanya kembali di jurang. Untuk apa melakukan hal yang merepotkan begitu."

.

.

"Wah benar-benar hancur lebur," seorang tentara dengan baret merah menjulurkan obor untuk melihat puing-puing batu di dalam gua. Gua yang mulanya menyimpan prasasti dan menyebabkan kekacauan di Nord.

CLANS| ENHYPEN ft. I-LANDWhere stories live. Discover now