#021 Klan Es (8)

2.2K 576 41
                                    

Belum genap dua hari mereka menumpang di rumah Nenek Kiyo, Jay dengan segala kekurang ajarannya bebas menggunakan dapur bahkan menyajikan segelas teh di atas meja.

"Jadi, namamu Magma, dari keluarga Vant?" orang besar itu mengangguk. Jay memindainya dari atas ke bawah, Magma adalah nama yang sangat sesuai untuk orang berbadan besar sepertinya.

"Memangnya adikmu itu seperti apa?"

"Meskipun tidak banyak bicara, adikku adalah anak yang lincah. Usianya masih muda, makanya dia tidak bisa ikut pemilihan kepala suku. Keluarga Vant itu sulit sekali punya keturunan laki-laki, makanya tahun ini pun kami tidak berpartisipasi."

"Lalu, kau sendiri bagaimana?"

Magma menunduk, "Ayah kami baru saja tutup usia, aku harus menggantikannya sebagai kepala keluarga."

Sebenarnya Jake sama sekali tidak peduli pada apapun yang terjadi pada klan ini, apalagi saat kondisi mereka bisa dikatakan lebih buruk. Melihat Jake yang sepertinya kesulitan, Sunghoon berinisiatif menggantikan Jake untuk bertanya.

"Kau bilang dia jatuh ke jurang, bukankah kecelakaan semacam itu sangat umum terjadi di tengah gunung?"

"Kalau itu kecelakaan, tidak mungkin emerald di kalungnya akan hilang begitu saja! Aku melihat orang tadi memiliki emerald itu, makanya aku yakin adikku pasti sengaja dilempar ke jurang" jawab Magma menggebu-gebu.

Magma mengepalkan tinjunya dan bangkit menuju pintu dengan langkah lebar, "Akan ku habisi dia."

"Duduk, ceritamu belum selesai."

Jay memeluk toples kue keringnya dengan tegang. Suasana hati Jake pasti buruk sekali. Entah dapat ilham dari mana, Magma menuruti perintah Jake dengan patuh.

Menghela napas, Magma melanjutkan, "Hari itu tepat 3 hari setelah calon kepala suku ditemukan meninggal. Padahal, kedua keluarga hampir saja mencapai mufakat untuk tidak melanjutkan perseteruan...."

"Tuan Magma!" pintu terbuka menampilkan Nenek Kiyo yang menjatuhkan sekeranjang ubi di tangannya.

Jake dan Sunghoon saling melirik, "Jay, apa yang pertama kali Kangmin lakukan saat datang ke rumahmu?"

"Dia langsung menerima pengobatan dari Kak Heeseung. Kakinya terluka dan dia datang ke rumah kami dengan pincang."

"Kalian bilang apa? Kangmin?" Magma menggoyangkan tubuh Sunghoon brutal, "Bagaimana kalian bisa mengenal adikku?"

"Tuh, kan," gumam Jake.

"Dengan ini, kedua keluarga memutuskan untuk menyelesaikan sengketa ini sebagai sebuah–"

Tiba-tiba pintu ruang rapat dibuka kasar, seorang wanita muncul dengan raut wajah resah, "Magma, Kangmin belum pulang!"

Seluruh orang dalam ruangan itu berdiri spontan. Magma sebagai kepala keluarga sekaligus kakak laki-laki Kangmin bergegas mengerahkan seluruh anggota keluarga dan pelayannya untuk menyisir gunung.

Malam itu, udaranya terasa lebih dingin dari biasanya padahal masih Oktober. Magma memegang lentera di tangannya dengan hati gelisah.

Dalam hati dia terus berdoa supaya Kangmin ditemukan sedang tertidur di dalam gua atau di atas pohon seperti biasanya.

"Tuan Magma!" seorang pelayan memanggilnya. Magma merasakan gelagat tidak enak, terlebih lagi pelayan itu mengulurkan obornya ke ujung jurang.

Mata Magma melotot kala dia melihat manik-manik yang biasa Kangmin pakai melambai-lambai, tersangkut pada salah satu akar pohon yang menjulur keluar. Tapi, emerald –batu mulia mahal yang pernah dihadiahkan Magma untuk Kangmin tidak ada di sana.

CLANS| ENHYPEN ft. I-LANDWhere stories live. Discover now